Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

‘Nggak Enakan’ Orang Indonesia sepertinya Perlu Dikasih Batas

Muhammad Reza Ananta Putra oleh Muhammad Reza Ananta Putra
3 Agustus 2020
A A
Orang yang Nggak Enakan dan Suka Ngalah Sering Kali Jadi Korban Eksploitasi Temannya
Share on FacebookShare on Twitter

Saya selama ini tidak tahu kalau ketika saya pamit untuk beli makanan, sudah menjadi ketentuan umum kalau saya mau nggak mau membelikan orang-orang yang saya pamiti tersebut makanan. Budaya ini sepertinya ada hubungannya dengan sikap nggak enakan orang Indonesia pada umumnya. Mungkin saya yang terlalu lebay, soalnya ketika saya ingat-ingat lagi dalam memori otak yang usang ini, kejadian ini pernah benar-benar eksis sebelumnya.

Pertengahan tahun 2016, saya pindah kos ke kontrakan. Kontrakan ini adalah tempat sewa turun-temurun atau warisan dari senior-senior saya di Mapala. Jadi bisa dibilang saya adalah warga termuda Yayasan Lempongsari (kami menamai tempat itu dengan mengadopsi nama jalan depan kontrakan), karena saya menggantikan posisi senior yang sudah lulus.

Karena saya pindahan dibantu dengan pacar, otomatis doi ikut masuk-masuk memindah barang dan mau nggak mau ikut kenalan dengan penghuni kontrakan. Usai pindahan, pacar inisiatif beli makanan buat ganti stamina. Kebetulan, di dekat kontrakan ada warung penyetan yang buka dari pagi hari. Jadilah doi beli makan di warung itu.

Setelah nungguin pacar sambil nonton tv di ruang tengah, akhirnya penantian datang juga. Menu makan hari pertama di kontrakan: nasi penyetan. Yha walaupun nggak spesial-spesial amat, paling nggak masih pakai nasi sama lauk. Dengan sigap, bungkusan kantong kresek pun saya buka. Tak menyana, pacar saya membeli tiga ekor lele goreng.

“Ini satunya buat siapa? Buat aku, ya? Kamu kok perhatian banget sih shay…”, tanya saya dengan nada alay.

“Ngawur ae, ini buat Mas Codet, dia kan tuan rumah”, doi membantah.

“Lha kamu pikir aku numpang doang kayak ikan nemo gitu po di sini?”, respon balik saya dengan sedikit perasaan kesal.

Mas Codet yang sedari tadi sibuk dengan aktivitasnya di dalam kamar akhirnya keluar. Sewaktu ditawari makanan, respon dia malah seperti ini:

Baca Juga:

Budaya di FBSB UNY: Sekadar Tambahan Nama atau Beneran Punya Makna?

Ganti Nama Tidak Menjamin Apa-apa, Bajingan Tetaplah Bajingan sekalipun Ganti Nama Seribu Kali

“Lain kali kalau beli apa-apa buat sendiri aja, nggak usah beliin yang lain juga.”

BOOOM!!! Bener kan dugaan saya? Mau beli makanan doang kenapa harus beliin orang lain. Dia aja ngerti, walaupun akhirnya dimakan juga nasi penyetannya.

Baru-baru ini kejadian serupa juga sempat membuat saya tak habis pikir. Saya diajak pacar untuk membeli donat yang lokasinya ibarat merangkak aja nyampe. Sekitar pukul enam petang, saya keluar kos. Mbak Ika (pemilik kos) yang kebetulan lagi santuy di ruang tengah kemudian menyapa,

“Mau kemana, Za?”

“Beli donat, Mbak.”

Saya keluar kos untuk menghampiri pacar saya, jalan kaki. Memang kami sengaja memilih kos yang berdekatan biar nggak boros bensin. Setelah sampai, untuk mengisi kekosongan selama perjalanan ke penjual donat, saya cerita saja kalau barusan saya bilang ke Mbak Ika mau keluar kos-kosan buat beli donat. Pacar seketika nggak terima, “Kok kamu apa-apa bilang ke Mbak Ika sih, kalau kayak gitu kamu harus beliin anak-anak kos juga!!1!1!”.

Saat ini saya termasuk golongan orang yang berpacaran lama, bertahun-tahun, tapi masih suka heran kenapa cewek berpikiran sejauh itu. Saya kan cuma mau jujur aja, masa nggak boleh? Maksudnya, apa resiko yang ditimbulkan kalau saya ngomong terang-terangan mau beli donat? Data pribadi saya kesebar, gitu? Tahu-tahu saya ke Indomaret mau ke rak mi instan ternyata ada Indomie varian baru rasa donat, gitu?

Betapa ribetnya kalau setiap kita mau keluar membeli barang yang ingin kita konsumsi sendiri harus selalu diikuti dengan kegelisahan. Misalkan besok pagi-pagi banget mau ke pasar. Sesampainya di pasar, kepikiran anak-anak kos buat sekalian dibeliin bahan masakan. Akhirnya random aja gitu beli belanjaannya. Nggak taunya belanjaan yang dibeli masih banyak stoknya di dapur kosan. Belum lagi kalau bahan masakan yang telanjur dibeli ternyata ada yang nggak doyan atau alergi. Hadeh, smh~

Mungkin ini juga ada kaitannya dengan budaya beli oleh-oleh setiap kali kita pergi ke suatu tempat yang jauh. Padahal nggak ada yang minta, tapi rasanya kayak ada yang kurang kalau kita pergi liburan tanpa membeli oleh-oleh. Kalau ternyata barang yang kita beli nggak kepakai, kan mubazir. Buat saya, ini budaya yang nggak perlu-perlu amat.

Sepertinya taraf “nggak enakan” orang Indonesia perlu dibikin batasnya. Ambil contoh kasus saya di atas. Pacar saya ngerasa dirinya orang baru yang perlu kenalan dulu sama orang kontrakan. Doi menggunakan ‘nasi penyetan’ sebagai media kenalan untuk menutupi rasa nggak enakannya.

Di pikiran pacar saya saat itu, mungkin, karena ngerasa ‘orang baru’, makan-makan sendiri di rumah orang itu nggak sopan. Jadinya dia beliin nasi penyetan tersebut. Tapi, respon penerima makanan ternyata nggak selinear dengan pikiran pacar saya> Mas Codet ngerasa itu hal yang tidak perlu. Walaupun akhirnya dia makan nasi penyetan itu, saya yakin Mas Codet juga ngerasa “nggak enakan” buat menolak apa yang sudah diberikan.

Jadi, budaya apa yang perlu diteruskan kalau akhirnya sama-sama nggak enakan?

BACA JUGA Panduan Mengakhiri Chat di WhatsApp Biar Nggak Cuman Pakai “Haha-Hehe” Thok.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 3 Agustus 2020 oleh

Tags: Budayanggak enakan
Muhammad Reza Ananta Putra

Muhammad Reza Ananta Putra

ArtikelTerkait

daftar tamu undangan pernikahan ra srawung rabimu suwung seserahan adik nikah duluan gagal nikah dekorator pernikahan playlist resepsi pernikahan mojok

Menolak Falsafah ‘Ra Srawung Rabimu Suwung’

6 Juli 2021
nggak enakan

Sulitnya Menjadi Orang yang Nggak Enakan

30 Juni 2019
Orang yang Nggak Enakan dan Suka Ngalah Sering Kali Jadi Korban Eksploitasi Temannya

Orang yang Nggak Enakan dan Suka Ngalah Sering Kali Jadi Korban Eksploitasi Temannya

18 November 2019
gender dalam suku bugis

Mengenal Lima Gender dalam Suku Bugis

22 April 2020
panjat pinang

Kenapa Sih Mau Bergembira dengan Panjat Pinang Kok Dilarang?

8 Agustus 2019
kepuhunan

Kepuhunan, Larangan Menolak Makanan di Kalimantan

9 Desember 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.