Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Politik

Negeri ini Lupa Bercinta

Adib Khairil Musthafa oleh Adib Khairil Musthafa
24 Mei 2019
A A
negeri ini lupa bercinta

negeri ini lupa bercinta

Share on FacebookShare on Twitter

Jujur saja, sampai sekarang saya masih tidak habis pikir dengan kelakuan para elite politik kita.

Selama lima tahun kita terpecah menjadi dua kubu—sudah banyak pertikaian yang pernah membuat negeri ini sangat kegerahan. Saya mendadak menjadi takjub dengan kelakuan pihak 01 dan 02 yang dengan masifnya memecah keakraban kita berwarganegara menjadi kubu-kubuan. Banyak yang bilang selama itu demokrasi kita menjadi sangat dewasa—katanya—tapi ternyata ongkosnya cukup mahal. Sudah banyak sekali kericuhan dan perpecahan kita lewati—darah dan nyawa tak terhitung jumlahnya.

Kemarin misalnya ketika pemilu sudah usai—ternyata tidak dengan kegaduhan—di media para elite politik itu saling nunjuk menunjuk, ricuh sana sini, sampai ada yang ngambek tidak mau tanda tangan berita acara di KPU. Alasannya KPU curangnya masif dan sistematis.

Di media sosial apalagi—sarkasnya minta ampun—ujaran kebencian tak terbendung, hinaan sampai celaan tak terhitung, saling caci-maki. Saya khawatir pertikaian ini menjadi tabungan konflik yang berkepanjangan. Bukan apa-apa—jika kemarin ricuhnya sudah seperti itu—lalu bagaimana 2024 jika ‘seandainya’ pihak provokator kali ini kembali jadi aktor utama?

Di jalanan huru-hara atas nama kedaulatan rakyat meletus. Sebelumnya aksi itu disebut bertajuk damai, namun setelah beberapa jam tiba-tiba saja aksi itu menjadi sangat ricuh. Hal ini mengingatkan saya pada 21 tahun silam—saat rezim orde baru—berhasil kita tumbangkan. Keadaan kemarin sama ricuhnya—seperti halnya saat itu—kemarahan rakyat tak terbendung. DPR diduduki, Soeharto berhasil digulingkan. Bedanya adalah reformasi di masa lalu adalah gerakan yang diinisiasi oleh orang-orang biasa, elitenya juga orang-orang biasa. Sedangkan aksi 22 Mei kemarin rasanya saya masih perlu bertanya apakah memang benar itu adalah kedaulatan rakyat? Rakyat yang mana?

Sejak dulu sosok Amien Rais memang adalah aktor yang suka ‘bermain’ di balik setiap permainan. Jika ada kegaduhan politik nama Amien Rais mesti selalu disangkaut pautkan. Tak heran beliau di waktu jaman refomasi dia dijuluki “Bapak Reformasi”. Berkat reformasi bahkan Gus Dur juga dilengserkan—taktik propagandanya dari dulu memang jarang meleset. Terbukti pula hari ini propaganda berbalut agama dan istilah People Power yang ia gadang-gadangkan berhasil membuat sejagad Indonesia gaduh.

Terlepas dari siapapun elitenya yang melempar batu, pada akhirnya sama saja mereka akan sembunyi tangan. Begitulah politik—penuh taktik dan siasat licik. Saya cukup kesal dengan aksi massa kemarin yang mengatasnamakan kedamaian namun ujung-ujungnya kericuhan—menuntut kezaliman, namun ujung-ujung mengorbankan kemanusiaan. Tambah kesal lagi ketika elite politiknya tiba-tiba berduyun-duyun kembali berkhutbah, mengucap bela sungkawa dan menyerukan perdamaian. Lah emang dari dulu kemana? Saat api sudah terlanjur berkobar kau ingin padamkan semudah itu?

Di media sosial juga begitu, para elite tiba-tiba menjadi orang yang sangat bijak dengan seruan perdamaian, mengecam kekerasan, tapi mereka lagi-lagi menyalahkan aparat yang represif—bukannya meredam ketegangan, eh malah berulah lagi.

Baca Juga:

Pak Prabowo Foto Tanpa Pasangan: Ya Memangnya Kenapa?

Jika Politik Bisa Ada Plot Twistnya, Apakah Cinta Juga Bisa Demikian?

Saya jadi berpikir, di tengah kegaduhan ini sepertinya negeri kita lupa cara bercinta—menebar cinta dan kasih sayang yang sebenarnya adalah identitas kita. Sebagai negara dunia ketiga banyak yang bilang kita adalah penduduk dengan mayoritas penduduk muslim terbesar didunia, bahkan konon katanya orang-orang Timur Tengah kagum terhadap negeri ini karena kebhinekaannya.

Saya ingat pidato presiden Amerika—Barack Obama—di tahun 2017 lalu ketika berkunjung ke Jakarta, beliau menyebutkan bahwa dunia perlu mencontoh Indonesia dalam hal keberagaman dan toleransi. Berkaca dari pidato itu, seharusnya hal itu menjadi pelajaran sekaligus pukulan untuk kita yang sadar sebagai bangsa yang telah dibesarkan dengan toleransi dan keberagaman. Hari ini identitas kebhinekaan itu baru saja dicabik-cabik oleh kelakuan para elite politik kita.

Sudah saatnya mengingatkan bangsa yang sudah terlalu lama dirundung kegelisahan, bahwa kita hanya perlu cinta dan kasih sayang untuk mengembalikan persatuan.

Sekali lagi, politik memang adalah sesuatu yang sangat penting. Hanya saja jangan sampai politik menjadikan negeri ini terlalu lama berada dalam keadaan yang genting. Tentu politik yang santun adalah politik yang berbatas agar setiap taktik dan strategi yang dilakukan tetap berada dalam koridor yang pantas.

Marilah kembali bercinta, merajut kebhinekaan di negeri yang sudah lama rindu persatuan.

Terakhir diperbarui pada 5 Oktober 2021 oleh

Tags: Aksi 22 MeiBercintaNegeriPolitik Indonesia
Adib Khairil Musthafa

Adib Khairil Musthafa

Saya adalah seorang yang suka tidur, menganggur, ngopi, dan bermimpi.

ArtikelTerkait

naga calon presiden

Kursi Iron Throne Meleleh dan Andai Saja Kemarin Calon-Calon Presiden Kita Punya Naga

24 Mei 2019
plot twist

Jika Politik Bisa Ada Plot Twistnya, Apakah Cinta Juga Bisa Demikian?

23 Oktober 2019
sidang MK

Di Sidang MK Para Ahli Hukum Berkumpul dan Berdebat, Saat Itulah Saya Kebingungan Memahami Bahasa Level Tingginya

26 Juni 2019
buzzer pak jokowi

Sebenarnya Pak Jokowi Tidak Perlu Buzzer

3 Oktober 2019
lapor

Lapor-Laporan Itu Budaya Kita Sejak Kecil

3 Juni 2019
lebih baik setelah idul fitri

Akankah Kita Menjadi Lebih Baik Setelah Lebaran?

5 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

4 Alasan Orang Jakarta Lebih Sering Liburan ke Bogor daripada ke Pulau Seribu

25 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025
Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

Alasan Posong Temanggung Cocok Dikunjungi Orang-orang yang Lelah Liburan ke Jogja

27 Desember 2025
Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

Kuliah Bukan Perlombaan Lulus Tepat Waktu, Universitas Terbuka (UT) Justru Mengajarkan Saya Lulus Tepat Tujuan

24 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.