Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Nasionalisme Tidak Melulu Upacara dan Baris-berbaris Saja

Novy Eko Permono oleh Novy Eko Permono
20 Juli 2019
A A
nasionalisme, apa yang sudah kamu lakukan untuk negara

Sesat Pikir Pertanyaan “Apa yang Sudah Kamu Lakukan untuk Negara?”

Share on FacebookShare on Twitter

Belum reda ontra-ontran masalah zonasi. Konon kabarnya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggandeng Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk membina karakter nasionalisme peserta didik baru. Progam pembinaan nasionalisme ini akan dilaksanakan pada masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) mulai jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di seluruh Indonesia pada tahun pelajaran 2019/2020.

Duh, nasionalisme tidak melulu perkara upacara bendera dan latihan baris-berbaris loh.

Sesat pikir seperti itu kok masih terus-menerus diproduksi. Begini, maksud saya masih banyak hal-hal kecil dan sederhana—menyangkut kehidupan sehari-hari—yang tidak kalah nasionalis. Misalnya menjaga kebersihan. Terutama membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Itu dulu deh bentuk sederhana menunjukkan rasa nasionalisme kita. Nggak perlu yang mbulet-mbulet.

Perkara sampah memang seringkali dianggap remeh—bahkan diabaikan. Padahal kita saat ini masuk sebagai negara penyumbang sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Cina. Justru ini lebih urgent untuk segera diatasi. Saya takut, jika produksi sampah plastik tidak bisa ditekan, diperkirakan tahun 2050 sampah plastik di laut akan lebih banyak daripada ikan.

Yang menjadi masalah klasik tentu bukan hanya produksi sampah kita yang kian meningkat setiap tahunnya. Tetapi lebih kepada lemahnya kesadaran masyarakat. Bisa jadi kamu juga loh guys.

Tentu itu bukan omong kosong belaka. Coba kita pikir, sudah seberapa sering kalian melihat orang membuang sampah sembarangan, termasuk ketika berada di pusat perbelanjaan, tempat wisata, bahkan dari dalam mobil. Padahal kita semua tahu betapa besar akibat buruk membuang sampah sembarangan. Mulai dari lingkungan sekitar yang kotor dan bau, hingga timbulnya beragam penyakit serta banjir.

Oleh karena itu memberikan kesadaran pentingnya kebersihan lingkungan, penumbuhan sikap dan perilaku membuang sampah pada tempatnya harus dimulai sejak dini. Tentu harapannya ketika dewasa kelak anak sudah terbiasa dan tanpa perlu diingatkan serta dengan sendirinya mempunyai tanggung jawab dalam menjaga kebersihan.

Nah, pada posisi inilah lembaga pendidikan memiliki peran besar untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terutama generasi muda. Pembelajaran tentang sampah bisa dimasukkan ke dalam kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing-masing.

Baca Juga:

5 Kebiasaan Feodal di Sekolah yang Tidak Disadari dan Harus Segera Dibasmi

3 Keunggulan Sekolah di Desa yang Jarang Disadari Orang

Lembaga pendidikan jangan hanya menjadi tempat menempel poster bertema peduli lingkungan tapi nihil aksi nyata. Misalnya sebuah poster bertuliskan ‘Buanglah sampah pada tempatnya!’ tentu kalimat tersebut sangat mudah kita temui di sekolah. Juga dikampanyekan dihampir setiap kegiatan upacara bendera hari Senin.

Meskipun demikian, sayangnya poster-poster tersebut nyaris seperti tulisan semata yang tidak pernah diimplementasikan. Banjir—terutama di kota-kota besar seperti Jakarta dan Bandung, seolah menjadi bencana rutin setiap tahunnya.

Tidak lain tidak bukan perilaku sebagian besar masyarakat kita masih membuang sampah sembarangan, padahal tempat sampah yang representatif sudah disediakan pemerintah. Ironisnya ialah ketika banjir tiba, alih-alih berintrospeksi atas kebiasaan membuang sampah sembarangan, mereka justru menya­lahkan pihak lain. Banjir kirimanlah, curah hujan tinggilah. Hadeh.

Kebiasaan membuang sampah pada tempatnya tentu bukan perkara kecerdasan akademik tetapi kematangan karakter. Orang yang karakternya terdidik tentu menganggap poster untuk tidak membuang sampah sembarangan tersebut lebih dari poster semata.

Itu instruksi yang harus dilaksanakan karena akan berdampak buruk apabila dilanggar. Berbeda dengan orang yang hanya cerdas secara akademik semata, mereka belum tentu memahami kalimat sederhana tersebut.

Maka tidak heran jika di negara berflower ini banyak orang menyandang gelar berderet, tetapi masih malas untuk membuang sampah pada tempatnya. Gelar bukan indikatornya guys.

Membenahi karakter masyarakat untuk sadar terhadap bahaya sampah tentu tidak bisa dilakukan dengan sekejap, bahkan bisa dikatakan memerlukan waktu bertahun-tahun. Pendidikan karakter yang ditanamkan sejak dini, dimulai dari lingkungan keluarga serta di dukung oleh lembaga pendidikan.

Peserta didik harus mulai diajarkan, dibiasakan serta diberi contoh untuk membuang sampah pada tempatnya. Lembaga pendidikan bisa menyediakan tiga tempat sampah yang berbeda yaitu organik, anorganik, dan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Jika terus diabaikan, saya khawatir perilaku membuang sampah sembarangan akan berdampak pada kesehatan kita bersama. Keikutsertaan kita menjaga kebersihan melalui perilaku membuang sampah pada tempat bisa jadi pintu awal untuk mencintai bangsa dan negara—nasionalisme.

Bagaimana, perkara pengelolaan sampah tidak kalah nasionalis bukan?

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: anak sekolahgenerasi penerus bangsanasionalismepembinaan karakterTNI
Novy Eko Permono

Novy Eko Permono

ArtikelTerkait

Perbedaan Gaya Menyontek dari Generasi Ibu, Kakak, dan Saya Sendiri terminal mojok.co

Beda Gaya Menyontek Generasi Ibu, Kakak, dan Saya

1 Oktober 2020
Mas Gibran, kalau Anak SD dan SMP Belajar dan Bisa Coding, Lalu Selanjutnya Apa?

Mas Gibran, kalau Anak SD dan SMP Belajar dan Bisa Coding, Lalu Selanjutnya Apa?

12 November 2024
5 Urutan Ekstrakurikuler Paling Populer di Sekolah terminal mojok.co paskibra masa sekolah nostalgia

5 Urutan Ekstrakurikuler Paling Populer di Sekolah

24 Desember 2020
Namanya doang Study Tour, Aslinya Lebih Banyak Jalan-jalan daripada Studinya Mojok.co

Namanya doang Study Tour, Aslinya Lebih Banyak Jalan-jalan daripada Studinya

28 Desember 2023
Sebagai Guru dan Seorang Ibu, Saya Nggak Setuju Masuk Sekolah Jam 5 Pagi. Ngerepotin!

Muncul Kebijakan Masuk Sekolah Jam 5 Pagi di NTT. Sebagai Guru Sekaligus Ibu, Saya Nggak Setuju. Ngerepotin!

1 Maret 2023
RUU TNI Disahkan, dan Kita Harus Lebih Kuat, Makin Kuat, karena Kita Tak Punya Siapa-siapa untuk Dipercaya

RUU TNI Disahkan, dan Kita Harus Lebih Kuat, Makin Kuat, karena Kita Tak Punya Siapa-siapa untuk Dipercaya

20 Maret 2025
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
8 Aturan Tak Tertulis Tinggal Surabaya (Unsplash)

8 Aturan Tak Tertulis di Surabaya yang Wajib Kalian Tahu Sebelum Datang ke Sana

1 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.