Pernah mengalami menunggu lift tanpa teman yang bisa diajak ngobrol? Dan sekeliling adalah orang-orang baru. Rasa canggung saat itu tidak dapat dihindari atau istilahnya mati gaya. Banyak orang lebih memilih menunduk atau pura-pura sibuk dengan smartphone. Padahal kalau online di dalam lift itu tidak bisa, karena sinyal hilang, terhalang oleh tembok maupun dinding-dinding. Jadi dapat dipastikan jika melihat orang-orang sibuk dengan smartphone di lift ia 99% hanya pura-pura sibuk.
Bukan sesuatu yang baru di kalangan masyarakat Indonesia terlebih yang tinggal di perkotaan. Maka dapat dipastikan setiap gedung pencakar langit dilengkapi dengan lift. Baik itu mall, hotel, rumah sakit dan bahkan rumah pribadi. Kalau desa jangan ditanya, saya orang desa pertama kali mau naik lift harus buka google terlebih dahulu. Takut jika salah dan ditertawakan pengguna yang lain. Terlepas dari itu semua adanya lift (elevator) sebagai fasilitas umum memudahkan kehidupan sehari-hari.
Beberapa etika yang tidak tertulis saat naik lift, namun menjadi hal wajib untuk diketahui. Ini berguna untuk keamanan dan kenyamanan pengguna. Tidak ada salahnya juga untuk melakukannya karena etika ini mencerminkan kebiasaan yang baik dan masuk akal. Berikut beberapa hal unik dan jangan dilakukan saat naik lift.
Seperti uraian sebelumnya untuk membunuh rasa canggung atau mati gaya saat menunggu lift. Cara pura-pura sibuk adalah yang terbaik. Dari pada kita menatap satu per satu pengguna lift yang lain. Maka itu akan dianggap sangat tidak etis dan mengganggu privasi. Walaupun dalam situasi yang memungkinkan untuk menatap, jangan menatap lama-lama. Berikan senyum sekilas dan kembali menatap smartphone atau melihat barisan angka yang terdapat di dalam lift.
Selanjutnya, jika posisi berdiri berdekatan dengan tombol lift, jangan lupa untuk menutup kembali pintu. Saat orang lain turun, dan tidak ada lagi pengguna yang ingin naik maka segera tekan tombol, agar pintu kembali menutup. Karena akan malu sekali dilihat dari luar dan sangat canggung dengan pengguna yang ada di dalam. Jika kondisi itu terjadi, dan tiba-tiba terdengar bunyi jangkrik maka akan cocok sekali
Lift sebagai tranportasi vertikal yang mengantarkan penumpangnya dari satu lantai ke lantai yang lain. Situasi kembali canggung ketika didalam lift hanya ada 2 orang yang tidak saling kenal. Maka hal unik yang tanpa sadar terjadi adalah berdiri saling bejauhan, antara pojok satu dengan pojok yang lain. Menerapkan teori prosemik, teori yang mempelajari tentang perlaku manusia pada saat berhubungan dengan ruang publik dan pribadi. Maka mereka akan cenderung berdiri berjauhan atas dasar takut melanggar prosemik yang berarti juga akan mengganggu privasi seseorang.
Jangan buru-buru masuk lift, meskipun sedang tergesa-gesa. Karena seperti halnya penumpang kereta, dan bus, di mana mereka harus mengutamakan penumpang yang akan turun. Baru setelahnya penumpang yang akan naik. Hal ini juga diterapkan pada penguna lift. Meskipun juga tidak tertulis secara jelas, namun ini menjadi adab yang harus dilakukan demi kenyamanan bersama. Ini penting untuk menghindari saling berebut pintu atau bahkan membuat kegaduhan.
Jangan membuat kegaduhan di dalam lift. Misalnya saja sedang merasa takut. Tetaplah mencoba tenang dan tunggu beberapa saat untuk sampai di tempat tujuan. Termasuk pula jangan membuat kegaduhan dengan berteleponan ketika sedang berada di lift. Karena pasti akan didengar oleh semua penumpang dengan bilik sekecil itu. Keadaan akan diperparah ketika saat berteleponan dengan kondisi tidak stabil atau marah.
Ruangan balok tertutup, kedap suara. Sangat sulit dibayangkan jika terjadi peristiwa lift rusak dan pengguna terjebak di dalamya. Udara pasti sangat terbatas dan terasa pengap. Karena oksigen yang masuk terbatas. Kondisi yang tak kalah parah adalah kentut di dalam lift. Tentu ini akan mengganggu pengguna yang lain. Tidak dapat dibayangkan betapa parahnya kondisi tersebut. Namun jika itu terjadi pada anda, sebagai tersangka utama. Maka berpura-pura tidak tahu dan menikmati keadaan sebagai korban adalah pilihan terbaik.
Lift memang membantu untuk sampai lebih cepat dengan tenaga yang sedikit. Tapi sekali-kali pakailah tangga. Apalagi ketika hanya ingin naik satu lantai. Alternatif terbaik adalah menggunakan tangga darurat. Selain untuk kesehatan karena mampu membakar kalori dan menggerakkan sendi agar aktif. Juga sebagai bentuk menghargai pengguna lift yang lebih membutuhkan misal ibu hamil, mengendong anak, dan lansia. Setidaknya dengan tangga kita dapat mengurangi antrian lift yang berjubel. (*)
BACA JUGA Liverpool Jangan Jumawa: Segerakan Meraih Gelar Liga Inggris! atau tulisan Novi Setya Ningrum lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.