• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
Home Kampus Pendidikan

Museum yang Sepi Pengunjung dan Terlupakan

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
12 Agustus 2019
0
A A
museum

museum

Share on FacebookShare on Twitter

Kali pertama saya pergi ke museum adalah saat SMP bersama teman-teman. Kala itu, entah apa yang membuat kami betul-betul ingin pergi ke sana. Tidak ada tugas dari guru atau apa pun yang harus dikerjakan. Hanya sekadar iseng dan ingin tahu bagaimana suasana dan rasanya berkunjung ke museum. Saat itu belum ada satu pun dari kami yang pergi ke tempat tersebut.

Museum yang kami kunjungi dan dekat dengan sekolah adalah Museum Perjoeangan Bogor. Sampai dengan saat ini saya mengingat betul, tiket untuk dapat masuk ke museum sewaktu saya masih SMP terbilang murah, hanya seribu rupiah, itu pun sudah sekaligus dipandu jika memang diinginkan. Berkeliling museum sendiri pun boleh.

Akhirnya, kami berkeliling ditemani oleh Pemandu Museum yang terbilang sudah tua. Meski begitu, beliau tetap antusias dan semangat menjelaskan segala foto dan atribut yang ada di sekeliling museum—seakan tahu banyak apa saja yang sudah terjadi dan dilewati. Usut punya usut, menurut pengakuan beliau, walau tidak terlibat langsung sewaktu kemerdekaan Indonesia dahulu, beliau sempat membantu para pahlawan di Bogor dalam menjaga pos dan benteng sekaligus menyiapkan berbagai macam keperluan.

Pada waktu itu museum sedang tidak ramai pengunjung. Saya pikir, mungkin karena hari kerja yang mana para orang tua tidak bisa menemani anak-anaknya untuk pergi atau sekadar jalan-jalan. Namun hal itu langsung dibantah oleh Bapak Pemandu di museum. Menurut penuturannya, saat itu pengunjung memang semakin sepi. Mungkin memang kurang antusias lagi dalam bertandang ke museum. Apa pun alasannya.


Agar mengetahui lebih jauh alasannya, saya pun sempat bertanya kepada teman-teman ihwal mengapa mereka enggan pergi ke museum. Semacam sample kecil-kecilan. Yang paling utama, mereka menganggap tidak ada yang menarik dari museum—membosankan—begitu-begitu saja sambil mendengarkan Pemandu berbicara. Hal lainnya, karena banyak tempat lain yang lebih menarik seperti mall dan tempat bermain lainnya.

Selain itu, mereka juga merasa tanpa harus pergi ke museum, apa yang mereka ingin tahu bisa didapat melalui pencarian di Google, tinggal mengetik kata kunci apa yang ingin diketahui dan semua informasi dapat muncul seketika lengkap dengan beberapa perbandingan penjelasannya di banyak artikel agar dapat mengetahui gambaran validitas informasinya.

Saya tidak dapat menyangkal jika alasannya memang demikian. Sebab, saya pikir hampir semua dari kita saat ini selalu mengandalkan Google untuk mendapatkan informasi terkini. Selain lebih update juga tidak repot. Dibanding harus membaca koran dengan hardcopy-nya yang besar, misalnya. Dengan handphone dalam genggaman, semua dapat diakses dengan cepat dan mudah.

Selain menjadi efek laten, hal tersebut juga sudah menjadi disrupsi bagi banyak hal yang konvensional atau cara yang dipertahankan sejak lama. Sama halnya dengan walkman atau kaset yang tersisihkan oleh musik digital, penyedia jasa transportasi yang kalah saing dengan jasa transportasi berbasis aplikasi, dan lain sebagainya.

Sedangkan museum, dengan segala informasi dan cerita sejarah yang didapat, tergerus oleh internet juga media belajar lain yang dirasa lebih mudah dipahami dan dapat diakses secara cepat juga lebih update. Namun bagi saya, pergi ke museum tetap menjadi hal yang berbeda. Sensasi melihat secara langsung pakaian atau seragam dari para pejuang yang sudah lusuh seakan membawa saya ke masa itu dan membayangkan bagaimana perjuangan para pahlawan melawan para penjajah.

Selain museum yang berkaitan dan menceritakan perjuangan para pahlawan, ada beberapa yang sudah saya kunjungi, di antaranya Zoologi dan Museum Wayang di Kota Tua Jakarta. Sekali lagi, meski segala informasi kini bisa didapatkan dengan mudah melalui pencarian di internet, sensasi melihat langsung tentu jauh berbeda dengan melihat di layar kaca—televisi, handphone, PC, dan lain sebagainya.

Kini, belajar memang bisa dari mana saja dan tergantung selera masing-masing. Yang utama dan masih digunakan meski sudah memasuki era digital adalah buku, selain memiliki dampak negatif, internet, jika digunakan secara positif dan baik tentu akan menghasilkan sesuatu yang baik pula.

Media lain adalah melalui museum. Meski museum di sekitar tempat saya tinggal sudah semakin sepi pengunjung, fungsi dan keberadaannya di beberapa waktu lalu sulit tergantikan. Dan semoga, dalam waktu ke depan banyak museum yang semakin modern dan sesuai dengan selera juga kebutuhan—mengikuti zaman—sehingga semakin banyak orang yang ingin berkunjung dan memanfaatkan keberadaan museum sebagai salah satu pusat pembelajaran. (*)

 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.

Terakhir diperbarui pada 4 Februari 2022 oleh

Tags: Curhatkepedulian sosialKritik Sosialmuseum
Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

Artikel Lainnya

3 Museum yang Wajib Kamu Kunjungi ketika Liburan ke Bandung terminal mojok

3 Museum yang Wajib Kamu Kunjungi Saat Liburan ke Bandung

31 Oktober 2021
jakarta bebas rokok rokok andalan iklan sampoerna rokok mojok

Iklan Kritik Sosial Terbaik Jatuh kepada Sampoerna A Mild

11 Juli 2021
Solomon’s Paradox solomon's paradox mojok

Solomon’s Paradox : Alasan Kita Berpikir Lebih Jernih dan Bijak tentang Masalah Orang Lain daripada Masalah Sendiri

19 Juni 2021
sinopsis preman pensiun episode 1 musim 1 mojok.co preman pensiun episode 2 preman pensiun episode 3 episode 4 episode 5 episode 8 episode 10 episode 19 kang bahar

Kritik Sosial dalam Serial ‘Preman Pensiun’ 5

10 Mei 2021
Beberapa Opsi Kalimat Anti Toxic Positivity Pengganti “Yok Bisa Yok” terminal mojok.co

Beberapa Opsi Kalimat Anti Toxic Positivity Pengganti “Yok Bisa Yok”

20 Januari 2021
5 Cara Jadi Pendengar Curhat yang Baik seperti Master pada Serial Midnight Diner terminal mojok.co

5 Cara Jadi Pendengar Curhat yang Baik seperti Master pada Serial Midnight Diner

10 Desember 2020
Pos Selanjutnya
menggugat mantan

Menggugat Mantan

Terpopuler Sepekan

Jangan Nyinyirin Megawati yang Tak Mau Punya Menantu Tukang Bakso

Jangan Nyinyirin Megawati yang Tak Mau Punya Menantu Tukang Bakso

24 Juni 2022
Lawang Sewu Semarang (Unsplash.com)

5 Fakta Keliru Terkait Semarang yang Telanjur Dipercaya Banyak Orang

21 Juni 2022
museum

Museum yang Sepi Pengunjung dan Terlupakan

12 Agustus 2019
4 Oleh-oleh Khas Solo yang Sebaiknya Jangan Dibeli

Kota Solo, Sebaik-baiknya Kota untuk Menetap

24 Juni 2022
Stasiun Cipeundeuy Beneran Sakti Atau Keselamatan Harga Mati Terminal Mojok

Stasiun Cipeundeuy: Beneran Sakti Atau Keselamatan Harga Mati?

21 Juni 2022
6 Budaya Kerja Jepang yang Bikin Geleng-geleng Kepala Terminal Mojok

6 Budaya Kerja Jepang yang Bikin Geleng-geleng Kepala

25 Juni 2022
Sudahi Perdebatan Antara Indomie dan Mie Sedaap, Misoa Instan Adalah Sebenar-benarnya Mi Instan Terminal Mojok

Sudahi Perdebatan Antara Indomie dan Mie Sedaap, Misoa Instan Adalah Sebenar-benarnya Mi Instan

22 Juni 2022

Dari MOJOK

  • Penyimpangan Izin Holywings Buat Usaha Lain Cemburu
    by Hammam Izzuddin on 28 Juni 2022
  • Tjipto Mangoenkoesoemo: Jurnalis dan Dokter Radikal Anti Raja dan Anti Kolonial [Bag.1]
    by Ali Ma'ruf on 28 Juni 2022
  • Daftar Negara yang Mengalami Serangan Hacker Rusia Setelah Invasi ke Ukraina
    by Hammam Izzuddin on 28 Juni 2022
  • Polisi Amankan 15 Pelaku Kecurangan SBMPTN di UPN Veteran Yogyakarta
    by Yvesta Ayu on 28 Juni 2022
  • Cara Mahasiswa India Lolos Interview Kerja di Google, Amazon, dan Facebook
    by Hammam Izzuddin on 28 Juni 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GzeZNzywPSE&t=45s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In