Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Politik

Mungkinkah Dewi Fortuna Menjadi Milik Joko Widodo – Ma’ruf Amin di Pilpres 2019?

Yoseph Yoneta Motong Wuwur oleh Yoseph Yoneta Motong Wuwur
13 Juni 2019
A A
dewi fortuna

dewi fortuna

Share on FacebookShare on Twitter

Plato (427-347 SM) memaknai kata virtue sebagai semacam pengetahuan bahwa menjadi pribadi saleh—virtuous—berarti mengerti mengenai hal yang “baik”. Tapi Niccolo Machiavelli (1469-1527) memberi makna lain yang bahkan nyaris membingungkan. Meski mendukung kehidupan beragama—Machiavelli berpendapat bahwa bagi seorang pemimpin moralitas berada di tempat kedua di bawah kebergunaan bagi khalayak dan keamanan negara. Ini bukan karena Plato seorang idealis sedangkan Machiavelli realis—melainkan karena Machiavelli mengacu pada kualitas kebajikan (virtue). Menurut Machiavelli, ini manifestasi kepentingan pribadi yang menetap dalam sifat manusia dan dengan begitu bisa dimanfaatkan bagi kebaikan bersama.

Machiavelli menekankan pentingnya menganalisis situasi secara rasional sebelum bertindak dan mendasarkan tindakan bukan atas bagaimana sebaik-baiknya mereka berperilaku—melainkan bagaimana mereka akan berperilaku dalam kepentingan pribadinya. Bagi Machiavelli, konflik sosial adalah dampak tak terelakkan dari sifat mementingkan diri manusia. Pendapatnya itu bertentangan dengan pandangan keagamaan Abad Pertengahan yakni mementingkan diri bukanlah kondisi alamiah.

Menghadapi sifat mementingkan diri, seorang pemimpin perlu mempekerjakan taktik perang. Meskipun percaya bahwa sebagian besar orang merupakan penentu nasibnya sendiri—Machiavelli mengenali unsur ketakterdugaan yakni fortuna. Penguasa mesti memerangi kemungkinan ini, seperti juga memerangi kelemahan sifat manusia—yang lagi-lagi berkorespondensi dengan fortuna.

Benarkah Machiavelli menantang Dewi Keberuntungan? Machiavelli—yang terbukti lebih mewarisi kepercayaan Romawi ketimbang Kristen Eropa pada Abad Pertengahan—menganggap separuh dari nasib seseorang bergantung padanya. Yang baru dari Machiavelli adalah pendapat betapa fortuna bisa berpihak—tepatnya diperjuangkan agar berpihak. Dan karena fortuna sebagai Dewi Fortuna adalah perempuan—ia harus ditaklukkan atau dipikat oleh unsur-unsur vir—seperti keberanian. Meski yang paling memikatnya tetaplah virtu, eponim bagi kelelakian sejati lelaki Machiavelli melihat kehidupan politik adalah kesinambungan persaingan unsur-unsur virtue dan fortuna—dalam hal ini analog dengan keadaan perang.

Tentu saja ini merupakan analisis politik dengan menggunakan teori militer yang membuatnya berkesimpulan bahwa esensi kehidupan politik adalah konspirasi. Sama seperti sukses dalam perang yang bergantung pada spionase, intelijen, kontraintelijen, dan tipu daya—sukses politik juga mempersyaratkan kerahasiaan, intrik, dan lagi-lagi tipu daya. Gagasan tentang konspirasi sudah lama dikenal di kalangan ahli militer dan dipraktikkan para pemimpin politik.

Machiavelli adalah orang pertama yang secara eksplisit mengajukan teori konspirasi politik di dunia Barat. Pemikiran ini—seperti penipuan misalnya—bertentangan dengan gagasan bahwa negara mesti menjaga moralitas warga. Menurut dia—meski intrik dan tipu daya tidak dibenarkan dalam kehidupan pribadi—sangatlah bijak menggunakannya bagi sukses kepemimpinan dan bisa dimaafkan bila digunakan untuk kebaikan khalayak.

Dari logika semacam inilah datangnya pendapat kontroversial—penguasa mesti penuh tipu daya dan dengan bijak tak perlu menghormati kata-katanya sendiri. Ini sahih jika segala tindak terhormat itu membahayakan kekuasaannya dan mengancam stabilitas negara. Bagi sang pemimpin ini kemudian memaksanya untuk berurusan dengan konflik tak terelakkan yang dihadapi—bahwa tujuan memang menghalalkan cara Machiavelli sering dikutuk karena menunjukkan realitas politik pada masanya. Tapi banyak pemimpin politik mempelajari—bahkan menjalankannya.

Dalam suatu pertandingan atau perlombaan setiap orang berusaha untuk memenangkan pertandingan atau perlombaan itu. Namun sangat didukung juga dengan aspek lain seperti strategi. Strategi-strategi dibangun demi memenangkan perlombaan—untuk mecapai suatu maksud tentu ada upaya dalam menggapainya. Demikian halnya politik aspek yang perlu diperhatikan di dalamnya adalah kekompakan tim dalam memenangkan pertandingan.

Baca Juga:

Jokowi Jadi Presiden Biar Aman Saat Mengkritik Negara: Sebuah Plot Twist

Pak Prabowo Foto Tanpa Pasangan: Ya Memangnya Kenapa?

Salah satu faktor yang mampu mempengaruhi keberpihakan Dewi Fortuna adalah aspek kepribadian. Kepribadian ini mengenai berbagai aspek yang terkandung di dalamnya seperti moral dan etika, id, ego dan super ego, selain itu IQ, SQ dan EQ. Kepribadian pasangan calon juga menentukan keberpihakan Dewi Keberuntungan. Sebab sesungguhnya politik merupakan suatu drama kehidupan yang diperankan oleh setiap politisi. Untuk itu aspek id, ego, dan super ego menurut Sigmud Freud sangat berpengaruh. Faktor kepribadian ini juga mempengaruhi keberuntungan.

Pesta demokasi sesungguhnya sebagai ajang adu keberuntungan. Sepertinya Dewi Fortuna menjadi milik Joko Widodo – Ma’ruf Amin—setelah tanggal 17 April 2019 ketikq masyarakat Indonesia telah melaksanakan pencoblosan dan pada tanggal 21 Mei KPU mengumumkan pemenang dari pesta demokarasi Indonesia. Namun, pasangan penantang Prabowo-Sandi menggugat keputusan Komisi Pemilihan Umum ke Mahkamah Konstitusi.

Di akhir pertandingan, kepada siapa Dewi Fortuna berpihak? Mungkinkah Dewi Fortuna berpihak kepada Prabowo – Sandi atau mungkinkah Dewi Fortuna menjadi milik Jokowi – Amin? Mari kita menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi.

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: Dewi FortunaJokowi - AminMahkamah KonstitusiPolitik IndonesiaPrabowo - Sandi
Yoseph Yoneta Motong Wuwur

Yoseph Yoneta Motong Wuwur

ArtikelTerkait

mendadak tahu bulat

Selain Tahu Bulat, Apakah yang Mendadak Itu Tetap Enak?

31 Mei 2019
humanis 22 mei

Potret Humanis dan Sisi Positif dari Aksi 22 Mei 2019

24 Mei 2019
perdamaian politik

Kebersamaan Keluarga Pak SBY dan Ibu Mega dan Pentingnya Perdamaian Dalam Politik

9 Juni 2019
pilkades

Pilkades Rasa Pilpres

4 Agustus 2019
Daripada Blusukan Daring, Gibran Rakabuming Mending Lakukan Hal yang Lebih Wangun kaesang pilkada jokowi terminal mojok.co

Jika Gibran dan Kaesang Layak Menjadi Politisi, Itu Karena Hasil Survei

6 Agustus 2019
buzzer negeri ini

Mari Kita Sambat Soal Negeri ini

2 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

7 Fakta Surabaya yang Bikin Kota Lain Cuma Bisa Gigit Jari

30 November 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat
  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.