Dalam berbagai hal masyarakat Indonesia memang banyak maunya, termasuk urusan membeli mobil. Terlebih lagi bagi kita-kita yang berduit cekak dan hanya bisa membeli satu buah mobil, kredit panjang pula. Mobil yang diinginkan sebisa mungkin dapat digunakan untuk segala kebutuhan, mulai dari bepergian dengan nyaman, mengangkut anak cucu sampai tetangga, sekaligus kuat dibanting-banting di jalanan Indonesia yang berlubang. Tak lupa, tampilannya juga harus sporty sehingga tidak malu-maluin kalau dibawa nongkrong atau mudik ke kampung. Terakhir dan terpenting, harganya wajib murah.
Padahal jika dipikir-pikir, sejatinya tidak ada jenis mobil yang bisa memenuhi kriteria bejibun macam itu. Kelebihan dalam kapasitas penumpang dan kenyamanan umumnya dimiliki oleh mobil berjenis Multi Purpose Vehicle (MPV), sedangkan ketahanan dan tampang sporty menjadi ranah Sport Utility Vehicle (SUV). Lalu bagaimana pabrikan mengompromikan mengombinasikan kelebihan keduanya sekaligus menjaga harganya tetap terjangkau?
Di sinilah beberapa pabrikan berinovasi menciptakan mobil (yang katanya) SUV tetapi berbasis MPV. Beberapa model, misalnya Toyota Rush-Daihatsu Terios, memiliki bentuk yang sangat berbeda dari basisnya (Avanza) karena hanya mengambil sasis dan mesinnya, sedangkan bodinya dibikin ulang dari nol. Tidak heran duet Rush-Terios menjadi salah satu LSUV paling wangun, karena pada dasarnya sasis Avanza sudah semi ladder frame macam SUV.
Sebagian lagi—yang tidak wangun-wangun amat—masih berbentuk mirip versi MPV karena mayoritas ubahannya hanya bermodal kosmetik, salah satunya Suzuki yang baru-baru ini meluncurkan XL7 yang berbasiskan Suzuki Ertiga. Di segmennya, mobil ini menjadi kompetitor sengit bagi Mitsubishi Xpander Cross sekaligus pelengkap derita bagi Honda BR-V yang penjualannya nyungsep meski sempat laris di awal peluncurannya (ironisnya, Honda Mobilio yang menjadi basisnya tetap laku). Lalu, apakah mobil make up-an semacam ini layak dibeli? Bagaimana perbandingannya?
To make it simple, mari coret saja Honda BR-V dari komparasi ini karena saat ini jelas kalah value. Saya tidak perlu membahasnya panjang-panjang, tengok saja angka penjualannya yang terlihat ngenes untuk produk pabrikan sekelas Honda.
Kedua mobil ini bisa dipastikan memiliki kenyamanan yang baik. Hal ini tak mengherankan, mengingat basis keduanya (Ertiga dan Xpander) juga merupakan MPV ternyaman di kelasnya. Joknya empuk dan nyaman, lega hingga baris ketiga, memiliki body roll wajar, dan bantingannya tidak mengocok perut. Meski ada beberapa penyesuaian spesifikasi (misalnya pada velg dan suspensi) untuk membuatnya lebih garang dibanding versi MPV-nya, rasanya hal ini tidak begitu berpengaruh. Kenyamanan ini juga membuat keduanya mengungguli kompetitornya yang “lebih SUV”, yaitu duet Toyota Rush dan Daihatsu Terios.
Sementara itu, desain eksterior XL7 dan Xpander Cross bisa dikatakan sama-sama keren (subjektif sih sebenarnya). Pada dasarnya tampang Xpander memang sudah sangar, sehingga Xpander Cross juga tampak keren meski perubahan besarnya hanya tampak di grille depan dan bumper. Di sisi lain, desainer Suzuki berhasil mengubah desain Ertiga yang tadinya elegan menjadi sporty dengan perubahan radikal terutama di mukanya. Hal ini membuat keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri-sendiri.
Secara pribadi saya merasa tampang XL7 lebih fresh dan timeless karena desainnya yang tidak terlalu tajam-tajam, tetapi unik dan tetap enak dilihat. Sebaliknya, desain Xpander Cross cenderung futuristik, tetapi style-nya serupa dengan berbagai mobil lain sehingga kurang memiliki efek “wow”. Ditambah lagi, menurut saya desain bumpernya terlalu mengotak dan kurang dinamis. Di sisi lain, Xpander Cross tampak lebih proporsional untuk disebut sebagai SUV karena ground clearance dan body yang lebih tinggi mengotak, serta ditunjang velg berukuran lebih besar.
Untuk desain interior, sebenarnya keduanya tidak memiliki perbedaan signifikan dari versi MPV-nya yang memang sudah cukup bagus. Baik XL7 maupun Xpander Cross masih mempertahankan desain interior basisnya. Di XL7, perbedaan besarnya terletak di joknya yang terbungkus kombinasi bahan fabric dan kulit (sebelumnya hanya fabric) serta penggunaan panel bermotif karbon menggantikan wood panel. Sedangkan Xpander Cross memiliki interior yang bernuansa gelap, serupa dengan Xpander tipe Sport.
Dari segi fitur, sebenarnya kedua mobil sama-sama telah menyediakan fitur yang mencukupi, terutama jika membeli varian tertinggi. Mulai dari sistem keyless, multi information display (MID) full-TFT, hill start assist untuk varian transmisi otomatis, hingga head unit layar sentuh. Akan tetapi, XL7 memiliki kelebihan berupa e-Smart Mirror (spion tengah dengan kamera), AC digital dengan auto climate, dan pengaturan ketinggian lampu depan. Sebaliknya, Xpander Cross memiliki fitur cruise control, setir teleskopik, dan head unit yang mendukung Android Auto dan Apple Car Play.
Kelebihan-kelebihannya cukup sampai situ saja.
Kalau Anda berharap mobil ini bisa off-road mentang-mentang dilabeli SUV, siap-siap kecewa. Mesin kedua mobil ini hanya 1500 cc, tanpa turbo pula. Ditambah lagi, mobil ini berpenggerak roda depan saja. Selain itu, rasanya membanting-banting mobil macam ini tidak begitu meyakinkan, mengingat sasisnya tidak diciptakan untuk hal tersebut. Satu-satunya kelebihan adalah ground clearance-nya yang meninggi, terutama Xpander Cross yang GC-nya 225 mm. Spesifikasi seperti ini memang cukup untuk perkotaan, mendaki di jalan mulus, atau menyicipi jalan-jalan tanah berlubang, tetapi jelas kalah aji untuk digunakan off-road dibanding SUV beneran.
Jika disuruh memilih, saya akan memilih XL7 dibanding Xpander Cross. Alasan utamanya? Tentu saja karena harganya lebih murah dengan fitur yang tak jauh berbeda. Akan tetapi pada dasarnya dua mobil ini tidak jelek, cukup bagus malah. Hanya saja, kita memang harus sadar bahwa bagaimanapun kedua mobil ini bukanlah SUV tulen, melainkan MPV yang dimahalin di-make up menjadi ala SUV sehingga tampak lebih jantan. Oleh sebab itu, jangan harap tenaga dan kapabilitas off-road keduanya bisa menyamai SUV asli. Sisi plusnya, model seperti ini umumnya lebih nyaman karena berbasis MPV, yang memang lebih memprioritaskan kenyamanan.
Akan tetapi jika Anda memang mencari kapabilitas off-road, lebih baik Anda mencari SUV tulen macam Pajero Sport atau Fortuner, yang tentu saja jauh lebih mahal. Bila budget Anda terbatas, Rush-Terios dengan penggerak belakang dan sasis semi ladder frame-nya sudah lebih siap untuk digas dan dibanting-banting. Down side-nya adalah Rush-Terios terasa agak mirip pelawak kalau dibawa jalan. Kocak soalnya hehehe~
BACA JUGA Cegah Pengemplang, Sudah Saatnya Pajak Kendaraan Disatuin dengan Harganya atau tulisan Rafie Mohammad lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.