Desa Cawitali menyimpan banyak cerita yang bikin kalian penasaran untuk mengunjunginya
Jalan Jejeg-Banjaranyar merupakan jalan yang saya lalui ketika hendak menuju ke Slawi. Jalan tersebut merupakan jalan alternatif, jadi jarang dilalui oleh kendaraan bermotor baik itu siang apalagi malam, ditambah lagi minim penerangan dan kanan kiri didominasi oleh sawah, sungai, dan hutan.
Di sepanjang jalan tersebut terdapat beberapa desa, salah satunya adalah Desa Cawitali. Desa tersebut merupakan salah satu desa di Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal, terletak di ujung, dan berbatasan dengan Dukuh Cenggini, Desa Batu Agung, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal. Bagi pencinta sejarah dan misteri Desa Cawitali tentu sangat asyik untuk ditelisik. Sebab, di dalamnya kaya akan misteri.
Desa tersebut memiliki beberapa objek wisata, di antaranya Curug Monyet, terletak di Dukuh Gunung Guntur. Lalu Curug Pengantin, terletak di Dukuh Kembang. Kemudian Curug Sentul, terletak di Dukuh Lemah Abang.
Dinamakan Curug Monyet sebab tempat tersebut dulunya menjadi habitat dari kera Jawa atau lutung. Sementara Curug Pengantin, dinamakan demikian, sebab air terjunnya sepasang. Ada juga versi yang mengatakan bahwa dulu ada sepasang pengantin yang baru menikah jatuh dari curug tersebut. Sedangkan Curug Sentul belum ada yang tahu mengenai asal-usulnya.
Daftar Isi
Legenda Curug Pengantin
Terdapat sebuah legenda yang berkembang di masyarakat sekitar bahwa di Curug Pengantin penguasanya adalah Nyai Rantamsari. Menarik untuk ditelisik lebih lanjut, sebab Nyai Rantamsari dikenal oleh masyarakat Tegal itu merupakan penguasa Pantai Utara Tegal, di mana ia masih memiliki hubungan dengan Nyai Roro Kidul di Pantai Selatan.
Hal tersebut tentu membuat sebagian orang-orang yang tahunya Nyai Rantamsari merupakan penguasa Pantai Utara Tegal bertanya-tanya. Apakah benar demikian bahwa ia merupakan penguasa Curug Pengantin. Tetapi jika menggunakan cerita berkembang di masyarakat, di mana cerita tersebut sedikit yang tahu, bahwa Nyai Rantamsari merupakan penguasa aliran sungai yang mengalir dari Gunung Slamet, maka cerita bahwa Nyai Rantamsari merupakan penguasa Curug Pengantin dapat diterima. Ditambah lagi aliran-aliran sungai yang berasal dari kaki Gunung Slamet memiliki keterikatan saling terhubung satu sama lain, jika dilihat dari kacamata batin.
Tempat pertempuran Raden Arjuna dan Adipati Karna
Selain mitos berkaitan dengan hantu air atau dikenal dengan Wiyangga, Curug Pengantin juga digunakan untuk pertapaan orang dulu guna mencari kesaktian. Bukan hanya itu saja, tempat tersebut juga digunakan untuk melarung benda-benda pusaka. Menurut penuturan kakek buyut saya, sungai di Curug Pengantin tersebut menjadi salah satu sungai yang digunakan oleh orang-orang dulu untuk melarung benda pusaka.
Mitos lainnya yang berkembang di masyarakat sekitar, Curug Pengantin merupakan tempat pertempuran antara Raden Arjuna dengan Adipati Karna. Terlepas itu merupakan mitos yang harus kita hargai, tetapi cerita pertempuran antara Raden Arjuna dengan Adipati Karna merupakan cerita pewayangan yang digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk berdakwah menyebarkan agama Islam. Mungkin saja Desa Cawitali masih memiliki kaitannya dengan Sunan Kalijaga. Bisa juga beliau langsung yang menyebarkan Islam di tempat tersebut, atau bisa juga muridnya.
Kemudian, mitos lainnya berkaitan dengan penampakan perempuan berbaju putih sedang mencuci di malam hari di aliran sungai dekat Curug Monyet, namanya Sungai Kaliarus. Tanda kehadirannya didahului dengan bau melati. Mungkin itu sebabnya jika malam hari pasti sepi.
Ada cerita yang saya dapatkan dari adiknya ayah saya. Saat ia mudik dari Jakarta menggunakan sepeda motor bersama dengan suaminya membawa 3 anak yang masih kecil. Ia memilih menggunakan Jalan Jejeg-Banjaranyar, otomatis harus melewati Sungai Kaliarus. Tepat ketika melewati jembatan, motornya macet. Jika siang hari tidak masalah, lah ini malam hari. Akhirnya ia menelpon ponakannya untuk dijemput, ketika sedang menunggu itulah anaknya yang nomor 2 melihat, perempuan berbaju putih sedang mencuci. Setelah kejadian tersebut sakit berhari-hari, sembuh setelah kembali ke Jakarta.
Desa Cawitali juga jadi tempat persinggahan Syekh Siti Jenar
Salah satu dukuh di Desa Cawitali yaitu Dukuh Lemah Abang atau Lemabang juga menyimpan cerita yang menarik. Ada hubungannya dengan Syekh Siti Jenar. Nama lain dari Syekh Siti Jenar yaitu Syekh Lemah Abang.
Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat sekitar, Dukuh Lemah Abang, Desa Cawitali merupakan salah satu tempat yang dikunjungi oleh Syekh Siti Jenar sewaktu melakukan perjalanan dari Demak menuju Banten. Tempat petilasan di Dukuh Lemah Abang diberi nama Petilasan Depok. Petilasan tersebut mirip dengan petilasan Syekh Siti Jenar di tempat lain yaitu terletak di tempat yang sulit untuk dijamah. Dukuh Lemah Abang sendiri terletak di sisi barat bukit, dikelilingi hutan dan aliran sungai.
Terdapat 2 makam di petilasan tersebut, lalu setiap tanggal 10 Muharram diadakan acara sedekah bumi. Dulunya Dukuh Lemah Abang bernama Dukuh Keputihan. Lalu setelah datangnya Syekh Siti Jenar berganti menjadi Dukuh Lemah Abang. Dukuh Lemah Abang dilewati oleh sungai yang mengalir hingga Desa Wanasari, Kecamatan Margasari, Kabupaten Tegal yaitu Kali Kumisik. Di mana sungai tersebut di Dukuh Lemah Abang terdapat beberapa arca yaitu Arca Ula, Arca Watu Sembrani, Arca Sepur.
Itulah cerita misteri yang terdapat di Desa Cawitali, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal. Daripada penasaran, kenapa nggak langsung tancap gas main ke Tegal?
Sumber gambar: Akun Instagram @cawitalibumijawategal
Penulis: Malik Ibnu Zaman
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Tegal: Kota yang Tepat untuk Menghabiskan Uang