Pergi dari Jogja (mungkin) mudah, tapi lapangan pekerjaan tak semudah pergi dari kota ini. Kita bicara skill dan pengalaman kerja. Jika orang tersebut memang biasa kerja di dunia pariwisata, Jogja jadi lebih cocok sebagai tempat kerja. Mosok seorang tour guide di Jogja malah merantau ke Cikarang, yo ra mashok bosku. Pekerja yang erat di dunia seni juga terpaksa untuk bertahan di Jogja. Karena skill mereka lebih laku di daerah yang istimewa upahnya ini.
Sebenarnya skill saya cukup laku di luar Jogja. Tapi setiap melamar, pasti yang cocok juga di Jogja. Kalau saya disuruh merantau, belum tentu skill saya dibutuhkan dunia kerja di luar sana.
Bicara privilese, saya tidak ada saudara yang tinggal di luar Jogja. Tidak banyak teman yang merantau ke luar daerah. Maka merantau jadi hal yang sulit. Bagi beberapa orang, mereka bisa menumpang bahkan dapat relasi orang dalam. Lha kalau seperti saya, merantau sama saja judi yang sudah dimanipulasi bandar. Alias kemungkinan menang, atau sukses, menjadi sangat kecil.
Mungkin alasan ini terdengar klise. Tapi bagi saya, ada ikatan batin dengan Jogja. Ikatan yang terbentuk setelah 3 dekade hidup di Jogja. Meninggalkan Jogja berarti meninggalkan tempat yang sudah saya kenal baik bahkan sampai ke gang-gang ruwetnya. Dan dengan situasi-situasi sebelumnya, meninggalkan Jogja akan membawa masalah baru
Tak usah jadi seperti motivator yang bilang keluar dari zona aman. Lha nek kon milih, pasti semua ingin di zona aman. Saya tidak punya cukup kapital untuk mengadu nasib. Dan zona aman ini juga diganduli banyak tanggung jawab.
Pada akhirnya orang seperti saya jadi takut untuk merantau. Dan memilih untuk bertahan di Jogja dengan segala keruwetan yang romantis itu. Maka menuntut upah minimum naik sesuai Kriteria Hidup Layak (KHL) adalah cara kami hidup layak. Sama seperti orang lain yang merantau agar hidupnya juga layak.
Jadi sebelum koar-koar nyuruh merantau, coba cuci muka dahulu. Jangan lupa sikat gigi agar ucapan Anda tidak bau. Siapa tahu justru Anda adalah orang yang lebih beruntung daripada kami yang tidak bisa merantau. Dan ketika orang Jogja seperti saya memperjuangkan kenaikan upah agar layak, itu sama seperti Anda yang berani merantau.
Penulis: Prabu Yudianto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Upah Minimum Yogyakarta Itu ya Harus Minimum, Nggak Usah Berharap Naik Signifikan, Halu!