Bukan Twitter namanya kalau tidak menimbulkan keributan. Setelah beberapa saat lalu meributkan masalah fresh graduate salah satu universitas di Indonesia yang menolak pekerjaan dengan gaji 8 juta, minggu ini Twitter rame karena pembahasan masalah lulus kapan. Seorang dosen universitas di Bandung mencuitkan masalah mahasiswanya yang sedang mengajukan skripsi di semester 7 perkuliahannya. Beliau tanya masalah pencapaian mahasiswa tersebut: apakah dia udah magang, apakah punya exposure internasional, hingga apakah dia pernah ikutan program pertukaran mahasiswa ke luar negeri. Ternyata exposure dibutuhin nggak cuman pas mau endorse artis.
Tujuannya sih sebenarnya baik: beliau ingin make sure anak bimbingannya lulus nggak cuman cepet dan IPKnya tinggi, tapi juga punya pengalaman yang dijadikan modal ketika nanti nyari kerja. But, apparently, beberapa orang nggak setuju sama pendapat beliau. Ada yang bilang rangkaian tweet tadi berpotensi menurunkan self-esteem seseorang lah, life is not a race lah, dan lainnya.
Sebagai seorang mahasiswa, saya paham bahwa memang tugas dosen pembimbing akademik untuk memastikan kualitas anak yang dia bimbing. Saya ingat pas konsultasi KRS semester 2, dosen saya sempat mempermasalahkan kenapa nilai saya ada yang A- J A minus kak, cuman beda dikit sama A. Tapi tetep beliau bahas.
Saya juga paham kenapa dosen menekankan masalah prestasi dan pengalaman, karena kalau di kampus saya, dua hal itu akan mendongkrak pencapaian fakultas dalam hal kegiatan mahasiswa. Aspek itu termasuk salah satu penilaian pemeringkatan perguruan tinggi. Jadi kalau aktivitasnya banyak, nilai yang diperoleh kampus juga makin tinggi.
Saya sendiri biasa aja sama tweet beliau, ya karena tahu dua alasan di atas, dan mungkin karena udah capek sama ribetnya dunia perkuliahan. Kalau lihat pencapaian saya sendiri, jelas nggak memenuhi kriteria yang diajukan. IP biasa aja, pengalaman cuman magang (yang juga belom kelar), dan cuman beberapa kali nulis esai. Lomba nggak ada, penerbitan jurnal internasional ngga ada, pertukaran mahasiswa apalagi.
Cuma yah, saya sendiri sadar target yang hendak saya capai. Nah, hal ini yang kadang dilupakan sama mahasiswa: membuat target apa yang pengen mereka capai selama kuliah dan ke depannya. Kadang tuh mahasiswa udah overwhelmed sama urusan kuliah dan organisasi, ditambah urusan percintaan yang kadang dilebih-lebihkan. Jadinya ketika ada kegiatan lomba, yaudah ikutan aja semuanya tanpa tujuan yang jelas.
Padahal, kalau bisa, ikutlah lomba yang emang kamu suka dan emang mendukung kamu ke depannya. Jangan sampai lomba ini cuman jadi investasi bodong yang nyatanya nggak bisa kamu pasang di CV karena nggak sesuai dengan pekerjaan yang kamu lamar.
Selain itu, please bear in mind kalau hidup bukanlah kompetisi lari. Kamu sendiri yang menyusun targetmu dan kapan tanggal kadaluarsanya. Nggak semua orang memiliki target yang sama, dan perlu ditekankan kalau upaya tiap orang pasti berbeda tergantung sama target mereka. Ada temen saya yang kerjaannya jalan-jalan, karena dia emang pengen jadi travel blogger. Ada temen saya yang kerjaannya ke luar negeri buat ikutan konferensi, karena emang dia pengen kerja di luar negeri.
Kemarin saya sempet ngobrol sama temen yang juga magang di salah satu perusahaan telekomunikasi di Jakarta Selatan. Dia magang di bagian HRDnya gitu. Ya biasa lah, namanya sesama anak magang pasti cerita banyak hal.
“Kemarin ada yang apply di kantorku kan. Nah, atasanku tuh ngeliat CVnya dia. Pengalamannya udah banyak, dia pernah jadi manager di beberapa perusahaan sebelumnya. Terus atasanku malah bilang ‘ih dia overqualified, kita nggak ada duit buat ngegaji dia.’ Terus akhirnya CVnya disobek gitu aja.”
Nah loh.
Berkat beberapa kali ngobrol ini, saya juga jadi tahu bahwa: (1) Punya pengalaman yang banyak itu bagus, cuman kalau apa yang kamu muat nggak sesuai sama pekerjaan yang kamu lamar, ya kemungkinan nggak bakalan berpengaruh banyak. (2) Pilih apa yang beneran kamu pengen tulisin di CV dan yang engga. Perusahaan bakalan mikir dua kali buat ngerekrut kamu kalau pengalamanmu kebanyakan, soalnya perusahaan akan mikir kamu bakalan minta gaji yang gedhe dan akhirnya malah ditolak kalau perusahaannya ngga sanggup.
Terus yah, sebisa mungkin nikmatilah masa kuliah. Ini masa terakhir kamu bisa melakukan hal bodoh, masa terakhir juga kamu bisa santai dan bebas ngatur hidupmu. Ada kakak tingkat saya yang menunda lulus sampai semester 14 karena mereka nggak ngerasa buru-buru dan pengen menikmati masa kuliahnya. Dia tetep dapet kerja kok, sebulan setelah dia lulus. Kamu nggak harus kuliah sampai 7 tahun juga sih, tapi sekali-kali nikmati momen yang kamu miliki.
Gitu, deh. Jadi buat kalian mahasiswa tua seperti saya, yang bentar lagi bakalan diusir dari kampus, dan mikir kalau CV-mu nggak good enough, jangan terlalu khawatir. Seorang temen pernah ngomong sama saya, “As long as kamu ada pengalaman, terus sesuai sama apa yang dicari perusahaanmu, you will be good.” (*)
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) yang dibikin untuk mewadahi sobat julid dan (((insan kreatif))) untuk menulis tentang apa pun. Jadi, kalau kamu punya ide yang mengendap di kepala, cerita unik yang ingin disampaikan kepada publik, nyinyiran yang menuntut untuk dighibahkan bersama khalayak, segera kirim naskah tulisanmu pakai cara ini.