Suatu hari ketika hendak menutup laptop dan mempersiapkan diri untuk lari sore, tiba-tiba notifikasi ponsel saya berbunyi. Saya cek ponsel, ada pesan masuk dari seorang rekan kerja untuk urusan kerjaan. Kebetulan saya biasa mendapatkan pesan terkait pekerjaan di sore atau malam hari, jadi saya putuskan untuk membaca pesan tersebut.
Saya bingung setelah membaca pesan itu. Rekan kerja tersebut minta tolong dibikinkan desain untuk keperluan iklan elektronik. Sebagai seorang pekerja di bidang multimedia, tentu desain grafis adalah hal yang biasa bagi saya. Yang bikin saya bingung adalah caranya memberi saya brief pekerjaan. Dengan alasan privasi, saya tidak bisa mencantumkan brief yang diberikan, yang jelas saya tidak mengerti isinya.
Jika diartikan, brief adalah ringkasan singkat mengenai detail pekerjaan. Ibaratnya, semua hal yang perlu diketahui dalam suatu proyek harus terpampang jelas pada sebuah brief. Fungsi brief bisa diartikan sebagai penuntun seorang pekerja menjalankan tugasnya dalam proyek tersebut.
Lantas, apa yang terjadi jika brief yang diberikan tidak jelas? Tentu saja proyek yang dikerjakan tidak bisa dilakukan dengan cepat dan tepat. Sepengalaman saya, jika brief-nya tidak jelas, maka biasanya revisi akan lebih rumit, lebih banyak, dan terkadang saya malah mengerjakan hal yang sia-sia. Maka dari itu, ketika mendapatkan brief yang kurang jelas, biasanya saya bertanya panjang lebar kepada rekan saya. Alasannya ya untuk mencari penjelasan agar proyek yang saya kerjakan tidak sia-sia di akhir.
Alasan lain seseorang harus menuliskan dan memberikan brief yang jelas lantaran dalam suatu lingkup pekerjaan kita berhubungan dengan sesama profesional, entah itu desainer, penulis, editor, dan sebagainya. Yang harus menjadi perhatian adalah sejago apa pun mereka, tetap saja mereka bukan master mentalist yang bisa membaca pikiran dan keinginan klien atau atasan.
Para pekerja bisa mengetahui keinginan klien atau atasannya ya melalui brief. Ibaratnya, bagaimana orang lain bisa mengetahui yang Anda inginkan, jika Anda sendiri tidak jelas dalam mengutarakannya. Lah, jin dalam cerita Aladdin saja harus mendengar dengan jelas dulu keinginan tuannya, baru bisa mengabulkan. Kalau keinginan tuannya tidak jelas, ya jinnya juga bingung.
Membuat brief sebenarnya juga tidak susah-susah banget, kok. Template atau contoh brief di Google sangat banyak. Cari saja dengan kata kunci “contoh brief”, “cara membuat brief”, atau “isi brief”. Jika sudah ketemu, tinggal ikuti saja tahapannya.
Biar lebih mudah, mari saya bantu ilustrasikan. Misalnya, saya punya lembaga kursus online bahasa Spanyol dan saya meminta tolong seorang desainer grafis untuk mendesain gambar demi keperluan iklan di Facebook.
Pertama, saya akan menuliskan tujuan dalam brief yang saya berikan pada si desainer grafis, yaitu hasil akhir desain yang akan digunakan untuk keperluan iklan pada Facebook. Ukurannya kira-kira berbentuk kotak 1000×1000 pixel.
Kedua, saya akan menjelaskan target dari iklan yang disasar dalam brief. Sebagai contoh, saya ingin agar gambar tersebut dapat dilihat orang-orang berusia 19-30 tahun, entah laki-laki atau perempuan, yang penting mereka tertarik dengan bahasa Spanyol. Untuk hobi, orang-orang yang suka nonton bola Liga Spanyol dan serial La Casa de Papel. Nah, dari sini akan jelas gaya dari suatu desain yang nantinya akan dibuat si desainer, apakah dibuat elegan, modern, kekinian, atau yang lainnya.
Ketiga, segi warna desain juga bisa dicantumkan. Biasanya desainer akan menggunakan warna dari identitas brand itu sendiri. Misalnya, warna dari lembaga kursus saya berwarna kuning, lalu bisa ditambahkan warna merah dengan alasan bendera Spanyol juga memiliki warna merah. Makanya penting mengkomunikasikan hal tersebut dengan desainer melalui brief.
Keempat, aset grafis dan gambar juga saya berikan kepada desainer. Jika saya menemukan aset grafis atau gambar yang sekiranya sesuai dalam website seperti Shutterstock, nantinya saya tinggal memberikan kodenya kepada desainer tersebut melalui brief.
Kelima, jadwal tenggat juga bisa dimasukkan dalam brief. Saya menginginkan desainer tersebut menyelesaikannya dalam waktu tiga hari, maka saya akan menuliskan hari dan tanggal waktu tenggat.
Brief seperti ini juga bisa digunakan untuk keperluan lain seperti ingin merekrut penulis SEO atau lainnya. Nanti tinggal dikomunikasikan kata kunci yang diinginkan, gaya tulisannya, dan sebagainya. Tinggal disesuaikan dengan kebutuhan saja. Kalau mau lebih detail lagi sebenarnya bisa saja, tinggal disesuaikan dengan proyeknya. Semakin besar proyeknya, semakin besar biayanya, semakin banyak pekerjanya, maka brief-nya akan semakin detail.
Nah, sederhana, bukan? Intinya, kita tahu keinginan yang dituju dan dapat mengkomunikasikannya dengan baik. Jadi, besok-besok jangan lagi kasih kerjaan cuma modal forward pesan WhatsApp, ya!