ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
  • Login
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Sapa Mantan
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Kuliner

Menjawab Apakah Harga Kopi Mahal Itu Sepadan

Abiyyi Yahya Hakim oleh Abiyyi Yahya Hakim
14 September 2020
A A
Kopi Hitam Tidak Ada Sangkut Pautnya Dengan Kejantanan Seseorang terminal mojok.co

Kopi Hitam Tidak Ada Sangkut Pautnya Dengan Kejantanan Seseorang terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Baru saja beberapa waktu lalu saya ngopi di satu kedai kopi bersama sahabat ngopi saya. Kopi di kedai itu terbilang mahal, tapi kami rasa cukup terbayar dengan rasa dan kualitas kopinya yang memang enak, ditambah dengan pengalaman diseduhi langsung oleh barista langganan kompetisi. Di sana juga tersaji salah satu ciri khas third wave coffee: kami, pelanggan dan barista, saling berinteraksi.

Walaupun obrolan di kedai kopi bisa tentang apa saja, tapi yang muncul pada perbincangan dengan barista peserta kompetisi nasional tentu seputar perkopian dan pengalamannya ikut kompetisi. Kami diceritakan bagaimana ikut kompetisi bukan soal mengharap hadiah uang. Sebab, justru dalam mempersiapkan kompetisi harus siap keluar banyak uang. Salah satunya karena harus mencoba berbagai macam kopi, selain beli perlengkapan.

Berbekal pengalamannya mencoba berbagai jenis kopi, si barista mengatakan kopi mahal itu sepadan dengan rasa dan kualitasnya. Saya yang saat itu justru sedang memikirkan pengeluaran yang cukup tinggi belakangan akibat safari kedai kopi di Jakarta, ikut tersadarkan. Saya yang sedang merasa, “Kok saya minum kopi makin mahal ya?” malah mendapat kesimpulan lain, “Wah, kopi mahal memang sebanding dengan kualitas.”

Tapi belum lama yakin dengan pernyataan itu, mata saya kemudian tertuju pada tulisan yang menganggap kopi pada esensinya sama-sama saja. Cukup menggelitik dan menarik untuk dikomentari. Tapi tulisan ini rasanya terlalu sempit jika hanya untuk menanggapi tulisan itu. Lagi pula, sudah banyak yang komentar maupun bikin tulisan tanggapan. Jadi biarlah ini menjadi cerita dan pandangan saya yang berdiri sendiri.

Sebelum mengulik soal mahalnya kopi, mari saya ceritakan perjalanan singkat saya mengenal kopi.

Saya termasuk peminum kopi yang terbilang sesuai arus. Jika kebanyakan orang memulai perkenalan dengan kopi sachet, saya pun demikian. Ini yang disebut first wave coffee. Kemudian saya juga mengalami yang namanya second wave coffee, yaitu ketika baru sering-seringnya nongkrong, saya memesan kopi sebagai peneman nongkrong.

Perubahan harga kopi terjadi ketika saya mulai mengikuti second wave. Tapi perbedaan ini seperti makan di warung/kaki lima dan di restoran saja. Harga teh manis di restoran tentu tidak sama dengan di kaki lima, dengan perbandingan yang cukup lurus dengan kopi di dua lokasi tersebut. Persamaannya, kopi dengan harga yang berbeda itu bisa dinikmati sambil nongkrong.

Hingga saya berada di gelombang ketiga dan mulai mencoba kopi tanpa susu jenis manual brew, lalu tertarik lebih dalam mengenai perkopian, sejak itu rasanya pengeluaran dalam bidang perkopian cukup meningkat. Rasa penasaran untuk mencoba manual brew di kedai kopi yang berbeda membawa saya bersafari kedai kopi di Yogya maupun Jakarta. Tapi ya itu, bagi orang yang reflektif, ketika mulai berpikir pengeluaran ‘Kok banyak juga ya”, ada pertanyaan “Ini sepadan nggak ya?’

Kenapa ada kopi yang mahal? Kalau di third wave coffee atau kopi gelombang ketiga, istilah kopi spesialti tidak asing lagi. Sebutan bagi kopi berkualitas tinggi ini memiliki indikator yang ditetapkan oleh SCAA (Specialty Coffee Association of America). Sederhananya, kopi spesialti bermutu tinggi. Detailnya, ya dimulai dari penanaman dan perawatan, proses pascapanen, sampai proses sangrai, semuanya harus dijalani serius untuk memenuhi standar kopi spesialti.

Proses yang panjang itu akhirnya menghasilkan rasa kopi yang bermacam-macam. Jika dulu orang mengenal kopi itu pahit, sekarang ada tabel rasa kopi yang menampilkan daftar rasa dari manis sampai asam, tipis dan tebal. Di antara yang bermacam-macam itu kemudian ada yang sangat unik. Faktor-faktor tadi di atas, juga jenis spesies (Robusta/Arabica) dan varietas atau subspesiesnya, rasa dan harga kopi ditentukan oleh ini semua. Selain ketika sampai di kedai, ada biaya operasional kedai yang menambah harganya.

Di kedai kopi tempat saya dan sahabat ngopi dan berbincang dengan barista itu, harga kopi manual brew dibagi pada empat tingkatan. Yang paling murah saja sudah terbilang mahal. Apa lagi kalau kita mengenal kopi varietas Geisha yang berharga Rp150 ribu itu? Padahal dulu saya sudah cukup kaget ada kopi seharga Rp100 ribu seporsi—yang sempat saya kira itu harga untuk sebungkus biji kopinya.

Eh, tapi apakah terus jadi merendahkan peminum kopi sachet dan kopi yang katanya kurang berkualitas? Tentu tidak, ini soal memahami. Termasuk memahami kacamata pengikut arus lainnya dalam meminum kopi.

Fenomena gelombang peminum kopi yang telah sampai pada gelombang ketiga ini tidak lantas menghilangkan kelompok gelombang lama. Ketika saya dan sahabat sedang berinteraksi dengan barista sore-sore di daerah Kemang, di saat yang sama pun ada orang-orang yang nongkrong di kafe fancy memesan frappe, juga ada orang yang sedang menubruk bubuk kopi sachet-nya.

Pada akhirnya, pengikut dari ketiga arus ini tetap ada dan menjadi segmen masing-masing. Belum lagi segmen kopi susu, yang menurut saya bisa menjadi segmen lain lagi karena sering berkaitan dengan kopi pesan-antar daring. Yang harus kita pahami adalah perbedaan selera, itu sudah pasti. Bukan hanya soal keuangan, penikmat kopi sachet banyak yang tetap menikmati jenis kopi mereka karena suka saja.

Sebaliknya, tidak sedikit anggota segmen kedua dan ketiga yang sudah ogah meminum kopi sachet. Tapi seperti halnya segmen pertama, yang kedua dan ketiga ini bukan hanya soal kemampuan keuangan sehingga memilih kopi yang terbilang mahal, tapi mungkin ada rasa yang lebih enak atau kualitas yang lebih baik, yang membuat harga mahal menjadi sepadan.

Jadi, di tengah perkopian yang makin menjadi tren, jika ada sebuah pendapat yang tidak didasari pemahaman terhadap suatu hal, ya saya pun memaklumi jika ada komentar kontra maupun tulisan tanggapan. Atau setidaknya, membuat gereget saja. Tapi soal selera dan segmen, kita tentu harus memahami adanya keragaman.

Photo by Faruq Al’ Aqib on Unsplash

BACA JUGA Mengapresiasi Kopi Sachet dalam Perjalanan Ngopimu 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 20 Januari 2022 oleh

Tags: hargakafeKopitren
Abiyyi Yahya Hakim

Abiyyi Yahya Hakim

Pembelajar antropologi, penyeduh kopi rumahan, tertarik isu lingkungan.

ArtikelTerkait

Sobat Misqueen Nggak Perlu FOMO Ngopi di Harlan + Holden Coffee, Harganya Mahal Kopinya Biasa Aja

Sobat Misqueen Nggak Perlu FOMO Ngopi di Harlan + Holden Coffee. Harganya Mahal, Kopinya Biasa Aja

19 September 2023
Kabupaten Majene: Mengaku Kota Pendidikan, tapi Minim Toko Buku dan Perpustakaan yang Memadai

Kabupaten Majene: Mengaku Kota Pendidikan, tapi Minim Toko Buku dan Perpustakaan yang Memadai

4 September 2023
Kafe di Malang Udah Terlalu Banyak, Jangan Ikut-ikutan Bikin Kafe Lagi di Sini!

Kafe di Malang Sudah Terlalu Banyak, Jangan Ikut-ikutan Bikin Kafe Lagi di Sini!

30 Agustus 2023
5 Campuran Kopi Nyeleneh tapi Nikmat, selain Kopi Campur Kecap

5 Campuran Kopi Nyeleneh tapi Nikmat, selain Kopi Campur Kecap

10 Agustus 2023
Kafe dalam Kompleks SPBU Itu Sebenarnya Aneh Banget, Nongkrong kok di SPBU

Kafe dalam Kompleks SPBU Itu Sebenarnya Aneh Banget, Nongkrong kok di SPBU

14 Juli 2023
3 Rekomendasi Coffee Shop di Klaten yang Nyaman untuk Nugas Terminal Mojok

3 Rekomendasi Coffee Shop di Klaten yang Nyaman untuk Nugas

28 Juni 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
mudik pandemi wabah corona protokol kesehatan di desa abai mojok.co

Mudik di Masa Pandemi: Lebih Horor Ketimbang Menetap di Jakarta

the wailing horor korea santet mojok

The Wailing: Film Horor yang Menggambarkan Adu Santet ala Korea

blokir gim voucher game online mending rakit pc steam dark souls III genre game menebak kepribadian dota 2 steam esports fall guys mojok

Dark Souls III, Game Paling Nggatheli Sepanjang Masa



Terpopuler Sepekan

Jalur Alas Kubangkangkung Cilacap, Jalan Menuju Dimensi Lain yang Cocok untuk Uji Nyali

Jalur Alas Kubangkangkung Cilacap, Jalan Menuju Dimensi Lain yang Cocok untuk Uji Nyali

oleh Yanuar Abdillah Setiadi
24 September 2023

20 Bahasa Gaul Makassar yang Bisa Kamu Pelajari biar Makin Akrab dengan Anak Muda Makassar

20 Bahasa Gaul Makassar yang Bisa Kamu Pelajari biar Makin Akrab dengan Anak Muda Makassar

oleh Mukarramah Aliah
24 September 2023

Suka Duka Bertetangga dengan Warung Kopi

Suka Duka Bertetangga dengan Warung Kopi

oleh Rusdi Ngarpan
27 September 2023

5 Alasan Air Terjun Kedung Kayang Jadi Spot Healing Terbaik di Magelang

5 Alasan Air Terjun Kedung Kayang Jadi Spot Healing Terbaik di Magelang

oleh Adhitya Candra Kirana
24 September 2023

4 Fried Chicken Lokal yang Rasanya Nggak Kalah sama KFC Dan McD

4 Fried Chicken Lokal yang Rasanya Nggak Kalah sama KFC Dan McD

oleh Cindy Mulyawati
28 September 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=bTIqGdlcSsg

DARI MOJOK

  • Ajaran Sunan Bonang: Jalan Kembali Kepada Allah adalah Cinta
  • 3 Fungsi Pokok Pancasila untuk Kehidupan Bangsa
  • Pernah Wakili Partai Komunis di Parlemen, Mengapa Affandi Selamat dari Peristiwa 1965? 
  • Melacak Jejak Freemasonry di Jogja, Markas Besarnya di Gedung DPRD DIY
  • Universitas Padjadjaran Punya Cabang di Kabupatennya Susi Pudjiastuti, Pangandaran
  • Cerita Saksi Hidup tentang Kematian Misterius Satu Keluarga di Rembang
ADVERTISEMENT
  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
  • Newsletters
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Login
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Sapa Mantan
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

Halo, Gaes!

atau

Masuk ke akunmu di bawah ini

Lupa Password?

Lupa Password

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email Anda untuk mengatur ulang kata sandi Anda.

Masuk!