Dalam hitungan hari, atau mungkin jam, diprediksi bakal terjadi lonjakan arus balik di jalur mudik. Jalan raya dan tol akan kembali dipenuhi antrean kendaraan bermotor. Kemacetan akan terjadi di mana-mana. Untuk mengantisipasi hal ini, pemerintah bergerak cepat dan tanggap. Mereka membuat berbagai inovasi brilian untuk mengurai kemacetan arus balik. Salah satunya adalah dengan… mengundur jadwal masuk sekolah di wilayah DKI, Jawa Barat, dan Banten selama tiga hari. Wow!
Inovasi hasil kolaborasi antara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi dengan Kementerian Perhubungan ini pastinya disambut baik oleh semua pihak, khususnya pelajar dan pengajar sekolah di wilayah DKI, Jawa Barat, dan Banten tadi. Lha wong liburnya jadi nambah tiga hari, kok. Mereka yang harusnya masuk sekolah tanggal 9 Mei, mundur jadi tanggal 12 Mei. Siapa yang nggak senang, coba?
Dengan inovasi brilian ini, prediksi kemacetan di puncak arus balik di tanggal 8 Mei sepertinya nggak bakal terjadi. Liburnya kan diperpanjang, jadi para pemudik nggak perlu buru-buru untuk kembali ke daerah asal. Kalau misalkan puncak arus balik malah terjadi di tanggal 11 Mei, itu lain soal. Pemerintah pasti punya inovasi brilian yang lain untuk mengatasi masalah tadi. Mengundur lagi jadwal masuk sekolah sampai tanggal 16 Mei, misalnya.
Buat saya pribadi, inovasi brilian dari pemerintah ini patut diapresiasi. Ini adalah solusi mengatasi kemacetan saat arus balik yang sangat out of the box. Bahkan saking out of the box-nya, saya masih menebak-nebak apa hubungannya antara jadwal masuk sekolah dengan kemacetan saat arus balik. Tapi, kalau ada yang bertanya: apakah kalau jadwal masuk sekolah diundur, otomatis kemacetan saat arus balik bisa terurai? Saya akan lantang menjawab: bisa! Lha wong pemerintah yang bilang, kok. Pokoke sebagai rakyat jelata, saya harus manut apa kata pemerintah.
Begini. Sebagian besar pemudik itu memboyong keluarga dan anak-anak yang notabene pelajar sekolah. Jadi kalau jadwal masuk sekolah diundur sampai tanggal 12 Mei, maka ada banyak opsi tanggal yang dipilih para pemudik untuk kembali ke daerah asal. Mereka bisa kembali ke daerah asal di tanggal 8, 9, 10, atau 11 Mei. Bebas mau pilih tanggal berapa, yang pasti ini dianggap bisa mengurai kemacetan saat arus balik nanti. Sampai sini paham, kan?
Lalu kalau para pemudik tadi memilih kembali ke daerah asalnya di tanggal yang sama, piye? Misalnya semuanya memilih tanggal 11 Mei untuk kembali ke daerah asalnya, ya jelas pasti bakal kena macet lah. Salah mereka sendiri kenapa milih tanggal yang sama. Pemerintah kan sudah mengundur jadwal masuk sekolah biar pemudik bisa milih tanggal berapa mau kembali ke daerah asalnya.
Oh ya, hampir lupa. Inovasi brilian dari pemerintah ini cuma berlaku untuk para pelajar, ya. Satu paket juga dengan pengajarnya kalau nggak salah. Sedangkan untuk para pekerja kantoran, buruh, budak korporat, atau PNS, tetap masuk kantor seperti biasa di tanggal 9 Mei. Lah, piye toh? Masak anak-anaknya masuk sekolah tanggal 12 Mei sedangkan orang tuanya tetap masuk kerja tanggal 9 Mei? Kalau begitu nggak ngaruh dong mau jadwal masuk sekolah diundur atau nggak, tetap saja bakal ada lonjakan arus balik di tanggal 8 Mei.
Nah, di sinilah diperlukan keajaiban berpikir untuk memahami inovasi brilian dari pemerintah ini. Para pemudik harus bisa berpikir bagaimana caranya supaya bisa kembali ke daerah asal tanpa menimbulkan kemacetan saat arus balik. Urusan tanggal masuk sekolah dan masuk kantor yang nggak match, ya terserah kreativitas masing-masing pemudik saja. Buat para pekerja kantoran, buruh, budak korporat, atau PNS tadi, perpanjang saja cutinya atau mangkir sekalian biar masuk kerjanya sama dengan jadwal masuk sekolah di tanggal 12 Mei. Nggak mungkin kan orang tuanya kembali ke daerah asal lebih dulu dan anak-anaknya nyusul belakangan? Malah mumet jadinya.
Intinya sih, inovasi brilian dari pemerintah ini perlu kita apresiasi. Coba bayangkan, di saat kita sedang menikmati libur Lebaran dan berkumpul bersama keluarga sambil mengunyah kue nastar, di Jakarta sana para pejabat masih berpikir keras bagaimana cara mengatasi lonjakan arus balik nanti. Mau hasilnya logis atau nggak, seenggaknya mereka sudah membuat inovasi brilian.
Iya nggak, sih?
Penulis: Andri Saleh
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGAÂ Bekerja Kok untuk Duit, Aneh