Secara kultural, masyarakat Indonesia tak bisa lepas dari minuman bernama es teh. Pasalnya, apa pun makannya, minumnya teh (teh aja, ini bukan iklan). Terutama kita tinggal di negara tropis, yang mana jika tak menenggak minuman dingin rasanya kurang plong saja. Lantas kenapa harus es teh? Alasannya sebenarnya sederhana, hampir semua warung menjual es teh, dan ia dikenal sebagai minuman dengan harga yang merakyat.
Kebanyakan warung di Indonesia menggunakan teh cem-ceman, seceret teh pun bisa digunakan untuk banyak porsi, awet, serta praktis. Berbeda dengan minuman-minuman lain yang harganya terpatok pada harga per sachet. Untuk alasan hpp inilah es teh selalu menempati kasta terbawah minuman di warung jika didasarkan pada harga. Lantaran murah itulah, es teh begitu digemari, dan membuat pelaku usaha memasukkannya ke dalam menu wajib.
Satu lagi syarat agar es teh semakin “Indonesia banget”, yaitu membungkusnya dengan plastik. Jika es teh di gelas lebih populer sebagai pelarut makanan ketika dine in, meminum es teh di plastik merupakan cara meminumnya yang fleksibel bisa dibawa ke mana saja. Selain itu, ini adalah cara politik pembeli untuk mendapatkan porsi yang lebih banyak, layaknya nasi padang.
Cara minum dengan plastik tentu berbeda dengan minum di gelas. Butuh keterampilan sendiri agar kesegaran es teh tak lantas tumpah direnggut gravitasi. Seperti cara-cara berikut.
#1 Digantung
Style minum es teh semacam ini selalu lekat dan populer di kalangan kelas pekerja lepas, alias kuli. Pekerjaan lapangan serta panasnya cuaca, memaksa para pekerja mendoping diri dengan es teh agar senantiasa membasahi kerongkongan. Caranya simpel, cukup mencari ranting pohon atau paku untuk ditancapkan pada plastik es teh. Pun, ia dijamin tidak akan tumpah baik karena kehendak alam atau tersenggol oleh pekerjaan mereka yang selalu membutuhkan banyak gerak. Ambil, minum, tancap lagi es tehnya, tancap lagi kerjanya.
#2 Disandarkan
Cara ini merupakan cara yang paling simpel, dengan mengadopsi gaya minum di gelas yang diletakan begitu saja. Bedanya, karena plastik es teh bukan benda padat yang kokoh, maka plastik harus disandarkan. Sayangnya, walau praktis, cara ini dinilai merupakan cara paling berisiko terjadi tumpahnya es teh. Jangankan tersenggol, kadang terkena angin sepoi-sepoi saja bisa tumpah. Simpel, kalau beruntung tidak tumpah, sebaliknya akan amat merepotkan kalau tumpah.
#3 Dicoblos
Cara ini lahir karena beberapa penjual es teh sering mengikat plastik terlalu kencang. Jangankan dengan tangan, meminta pertolongan gigi pun kadang ikatan plastiknya terlalu kuat untuk dilepas. Mengadopsi gaya minum cup plastik atau styrofoam yang biasanya dicoblos sedotan lancip, begitulah cara ini bekerja. Bedanya, untuk mencoblos plastik es teh ini, memerlukan bantuan benda tajam lainnya. Jelas, karena es teh plastik tak dipasangkan dengan sedotan lancip.
#4 Mengikat plastiknya
Hampir sama dengan cara disandarkan, bedanya cara ini lebih progresif, yaitu mengantisipasi risiko es teh tumpah. Caranya dengan mengikat bagian atas plastik di sela-sela sedotan. Sekalipun ketika disandarkan tiba-tiba plastik goyang, tenang, es teh sudah dibendung bagian atasnya.
Atau cara lain yang lebih mudah adalah menggunakan double plastik, di mana bagian luarnya menggunakan plastik kresek kemudian mengikat bagian atasnya. Pun jika menggunakan kresek, cara ini bisa dikawinkan dengan cara menggantung.
#5 Menaruhnya di wadah
Jika kalian pernah makan menggunakan piring rotan, lalu diatasnya dilapisi kertas, seperti itu pula cara meminum es teh ini bekerja. Cara ini lumayan populer di kalangan anak kos. Selain anti tumpah, cara ini cukup efisien karena tak perlu repot-repot mencuci gelas atau wadah menaruh es teh lainnya, walaupun kadang kelewat kotor dan layak dicuci. Yah, namanya mager sudah menjadi gaya hidup anak kos.
Risiko tumpah jelas ada. Tapi tenang, sekalipun tumpah, air es teh sudah tertampung dalam wadah. Nah, jika situasi ini tiba, barulah peminum es teh plastik tipe ini punya inisiatif mencuci wadahnya. Mungkin ini juga cara Tuhan mengingatkan umatnya agar tak terus-terusan mager dalam menjalani hidupnya.
BACA JUGA Tak Ada Es Teh di Batam? dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.