Apakah kita pernah bertanya-tanya, dari 24 jam acara televisi, mengapa hanya azan Magrib dan azan Subuh yang disiarkan?
Kalau salat wajib dalam sehari ada yang tidak dikerjakan alias salatnya bolong-bolong, itu urusan pribadi yang tidak perlu diketahui khalayak umum. Beda cerita kalau tentang azan, ia biasa didengarkan oleh banyak orang dan menjadi pengingat atau tanda bergantinya waktu dari pagi sampai malam.
Saya akan mencoba menganalisis fenomena ini secara sederhana. Saya tidak akan menganalisis dari sudut pandang pemilik stasiun televisi atau kebijakan pemerintah yang sering membingungkan dan meresahkan rakyat itu.
Dari pagi sampai malam hingga menjelang pagi lagi, beberapa stasiun TV tidak berhenti menyuguhkan tayangan yang bisa dinikmati. Mulai dari kartun, acara musik, siraman rohani, kabar berita terkini, sinetron, film, reality show, talkshow, semua menghiasi layar kaca pertelevisian kita sehari-hari.
Dari sekian rangkaian acara televisi tersebut, di beberapa waktu tertentu ada yang dijeda sementara untuk menayangkan siaran azan. Tidak lain dan tidak bukan adalah siaran azan Magrib dan azan Subuh.
Saat kita sedang seru-serunya menonton “Suara Hati Istri” di Indosiar, tiba-tiba dijeda dengan tayangan azan Magrib, tetapi kita tetap tidak mematikan TV akan membuat Ibu atau Bapak kita menegur dengan teguran khas orang tua kepada anaknya. “Gak krungu azan to? Wes ndang dipateni, salat sek nek ndelok TV mengko neh sek iso.”
Terlepas dari singkatnya waktu salat Subuh dan Magrib atau sebentarnya durasi waktu untuk melakukan salat tersebut dibandingkan waktu salat-salat lainnya, azan Subuh dianggap sebagai penanda waktu masuknya pagi dan azan Magrib sebagai penanda masuknya malam.
Pagi dan malam merupakan waktu yang dianggap krusial bagi setiap orang untuk memulai dan berhenti dari aktivitas sehari-hari yang bikin penat. Tuhan menciptakan pagi untuk bekerja dan malam untuk beristirahat.
Hal ini diperkuat dengan ayat Al-Qur’an Surah Al-An’am ayat 96: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
Malam dijadikan sebagai waktu istirahat dan penenang jiwa raga ketika manusia berhenti melakukan kesibukan dari lelahnya mencari rezeki dari pagi atau siang hari.
Biasanya selepas pulang kerja, orang-orang menyalakan TV untuk sekadar hiburan dan di waktu peralihan dari sore ke malam itulah azan Magrib hadir untuk mengingatkan bahwa saat itu adalah waktu masuk malam dan menyudahi seluruh aktivitas kita (kecuali yang lembur dan yang kerja jadi satpam).
Sama halnya ketika kita memutuskan pergi di malam hari. Kebanyakan orang akan berpatokan supaya bepergian atau kegiatan dilaksanakan setelah Magrib saja. Selain sebagai penanda waktu salat, azan Magrib sering dianggap sebagai waktu yang rawan sehingga orang-orang lebih baik berhenti atau menunda aktivitas.
Sekarang kita beralih ke azan Subuh.
Mengapa azan Subuh juga ditayangkan di TV? Bukankah tayangan azan Subuh di TV berlangsung saat orang-orang sedang tidak menyalakannya, alias masih pada tidur.
Iya, kalau mereka yang ketiduran di depan TV dengan keadaan masih menyala, bagi orang yang pendengarannya peka saat tidur mungkin akan terbangun ketika azan Subuh dikumandangkan di TV, lalu melakukan salat segera. Hitung-hitung juga untuk alarm bangun subuh lalu melakukan aktivitas.
Andaikan bukan cuma Magrib dan Subuh yang dikumandangkan di TV, melainkan Zuhur, Asar, dan Isya’, stasiun TV akan kewalahan karena waktu tayang akan terpotong setiap azan. Dan barangkali hal tersebut bisa dianggap sebagai hal yang mengganggu bagi sebagian orang.
Toh, ketiga waktu salat tersebut juga berlangsung saat orang-orang sudah beraktivitas dan sadar akan waktu serta jarang sekali orang yang menyalakan TV pada waktu tersebut jadi tidak menjadi sebuah keharusan azan harus ditayangkan di TV selama lima kali dalam sehari.
Hal ini tidak ada kaitannya dengan tayangan waktu azan yang diskriminatif. Jika ingin mempersoalkan transisi pergerakan matahari dari gelap ke terang atau sebaliknya, di zaman teknologi sekarang tidak menjadi masalah. cukup melihat jam, maka sudah bisa membedakan ini dini hari, pagi, siang, sore, senja, atau malam hari.
BACA JUGA Menyikapi Perubahan Redaksi Azan di Kuwait dengan Biasa Saja
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.