Beliau adalah Ustaz Al-Kemed seorang pemimpin besar Ciraos yang ngakunya tamatan Kairo, Mesir. Dalam sinetron Dunia Terbalik, Ustaz Kemed sangat dikagumi dan dihormati oleh seluruh penduduk Ciraos. Hampir semua warga Ciraos yang bertemu dengannya selalu cium tangan—secara paksa.
Wajahnya yang mirip Raja Arab Saudi, Salman Al-Saud, membuat Ustaz Kemed mempunyai kharisma yang bagus untuk memimpin Ciraos. Selain sebagai pandai agama, ia juga didapuk sebagai Ketua RW. Maka dari itu gelar pemimpin besar sangat melekat kepadanya.
Seperti pemimpin pada umumnya, ia selalu melayani warganya dengan tulus. Beliau stand by di rumah untuk menyambut dan memberikan arahan kepada warganya. Namun ada sedikit perbedaan beliau dengan pemimpin pada kebanyakan. Kalau pemimpin terlihat kerjanya, Ustaz Kemed ini malah hampir nggak kelihatan dia ini bekerja.
Kerjanya sih, (((memimpin))) tapi lebih tepat disebut bos. Jika ada apa-apa yang mendesak, Ustaz Kemed langsung memerintahkan dua hansip yang selalu siap di depan rumahnya—Adun dan Irot. Beliau juga punya Kepala Ketertiban (Kamtib) yang selalu mengakali bagaimana caranya agar konspirasi global tidak merusak tatanan di Ciraos.
Meski mempunyai perawakan kurus kering, titah Ustaz Kemed selalu dipatuhi. Selain itu, kendati beliau terlihat di rumah saja terus, untuk urusan berderma nomor satu. Pernah sekali waktu, ketika mengadakan pos pemantauan, Ustaz Kemed yang membayar camilannya. Para anak buahnya itu kelihatan nurut sekali sama beliau, padahal sampai sekarang saya sendiri nggak tahu apakah mereka dibayar olehnya?
Saya pikir mereka semua memang dibayar. Dilihat dari bentuk rumahnya yang lumayan bagus, Ustaz Kemed ini walau di rumah kelihatannya tetap mendapat penghasilan. Apalagi beliau ini adalah lulusan Kairo. Setahu saya, salah satu kampus yang bagus di Kairo, Mesir ialah Universitas Al-Azhar. Untuk bisa kuliah di sana juga tak cukup dengan uang ratusan ribu, butuh jutaan rupiah.
Saya asumsikan, ia orang kaya, setidaknya punya uang berlebih, terutama buat gaji anak buahnya. Mari kita coba telaah pelan-pelan.
Ustadz Kemed menjabat sebagai Ketua RW di salah satu RW di Desa Ciraos, setahu saya letaknya di dekat Bogor, Jawa Barat. Gaji RW di Jawa Barat, setelah saya coba cari informasinya, ternyata tak lebih dari 300 ribu per bulan. Dengan gaji segitu, sangat tidak mungkin ia sanggup membayar dua orang hansip, satu Kamtib, satu tenaga keamanan tambahan, dan biaya-biaya lain tak terduga seperti camilan tadi.
Dua hansip yang selalu menjaga rumah Ustaz Kemed atau markas besar Ciraos mana mungkin mau digaji makan siang sama rokok saja. Setidaknya per hansip dibayar 150 ribu per bulan, artinya untuk dua orang menjadi 300 ribu. Ditambah satu lagi tenaga keamanan yang perempuan dibayar 150 ribu. Jadi total 450 ribu. Kemudian Kamtib-nya dibayar lebih banyak 300 ribu per bulan. Jadi keseluruhan biaya pengeluaran untuk tenaga keamanan saja mencapai 750 ribu sebulan.
Dengan gaji sebulan 300 ribu, Ustadz Kemed harus menambalnya sekitar 450 ribu lagi. Tapi itu adalah hal mudah, karena Ustaz Kemed punya pendapatan lain. Dari mana beliau dapat uang? Sebuah teori konspirasi saya temukan, jangan-jangan ia mendapat aliran uang dari keberangkatan perempuan Ciraos ke luar negeri. Tapi apa iya?
Sangat mungkin. Apalagi ia termasuk orang yang paling berpengaruh di Ciraos. Seluruh tindak tanduknya bakal ditaati. Untuk urusan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), ia menjadi seperti pemangku adatnya. Ia bisa marah kalau istri-istri di Ciraos tidak mau menjadi TKI.Â
Otomatis perempuan yang berangkat jadi TKI pasti melalui PJTKI. Dan dari situ PJTKI di Ciraos berpeluang mendapat keuntungan. Dilihat dari teori kepemimpinan Indonesia sekarang, Ustaz Kemed bisa masuk dan mendapat kucuran dana dari situ. Setidaknya 1-5 jutaan. Itu artinya apakah beliau korupsi?
Nggak bisa dibilang korupsi juga. Lantaran peran Ustaz Kemed sangatlah penting dalam pemberangkatan TKI. Dialah sosok yang bisa mendorong perempuan berangkat ke Jeddah, Malaysia, sampai Hongkong. Ia yang punya pengaruh itu wajar apabila mendapat suntikan dana dari PJTKI. Lagipula itu juga untuk kesejahteraan warga Ciraos, kan?
Apakah dari situ saja pendapatan Ustaz Kemed? Tentu tidak. Masih banyak lagi, selain berjualan tasbih, kopiah, sampai sarung yang semuanya dilabeli Al-Kemed. Kita juga nggak bakalan mengerti dan menolak kalau ternyata beliau ini juga aktif di media sosial.
Ia sering memegang tablet—bukan obat. Saat ditanyai soal dalil agama tertentu, beliau cekatan membuka tabletnya, mencari referensi melalui situs macam Google atau bahkan Bing. Besar kemungkinan beliau adalah dalang di balik akun-akun yang mengatasnamakan dakwah.
Seperti yang kita ketahui bersama, akun-akun dakwah masih banyak yang tak punya dasar dalam berargumen. Banyak yang menyebut mereka sebagai kyai dan ustaz Google. Merujuk pada seorang ulama yang hanya belajar dari Google dan YouTube. Siapa menyangka, kalau ternyata Ustaz Kemed itulah ulama yang dimaksud. Ciri-cirinya pas dan sama persis. Beliau pandai cakap. Hanya saja, ketika ditanyai dalil selalu dilimpahkan sama orang lain yang dengan sombongnya diakui sebagai muridnya. Padahal secara keilmuan berbeda jauh.
Banyak pendakwah yang mengaku dirinya belajar Islam langsung dari Qatar, Arab Saudi, dan Mesir. Sehingga sampai sini berdakwah dengan nada yang keras. Memaksa ini-itu. Jangan-jangan dialah Ustaz Kemed. Hanya saja mungkin mereka nggak mau ngaku dirinya sebagai Ustaz Kemed. Sekalinya ngaku, orang langsung bakal tahu: “Oh, dia Ustaz Kemed yang seleranya wanita muda itu, ya.”
BACA JUGA Niat Melancong, Malah Dituduh Mau Jadi TKI atau tulisan Muhammad Arsyad lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.