Jika ditanya, apa yang lebih melekat dari generasi 2000-an dengan Nokia dan situs forum Kaskus, barangkali itu adalah situs Waptrick. Sangat saru bagi generasi yang tumbuh di dekade 2000-an hingga 2010-an jika tak mengenal situs ini. Awal mula perkenalan saya dengan situs ini bermula secara getok tular alias mulut ke mulut. Awalnya saya cukup jenuh dengan game-game lawas Nokia seperti Snake Xenzia, hingga menanyakan ke teman saya, “Kalau download game di mana, sih?” Pertanyaan yang membawa saya ke situs Waptrick pun dengan tuntunan menulis “W-a-p-t-r-i-c-k” yang benar, dengan tujuan murni mencari game.
Pertama membuka situs ini, saya menyadari ternyata situs ini menyediakan banyak pilihan selain sekadar game, tapi tujuan awal saya tetap mencari game untuk menemani waktu gabut saya. Pilihan dari game-nya cukup beragam, dari arcade, RPG, puzzle hingga sport. Seolah singa yang dilepas ke hutan belantara, mata saya berbinar melihat banyak pilihan tersebut, walau terpaksa dengan kuota yang terbatas pada masanya, atau bahkan kadang menggunakan pulsa lawaran tanpa paketan data. Saya sendiri harus sabar untuk menikmati game dari Waptrick satu persatu. Pun mempertimbangkan memori yang juga terbatas.
Sialnya, dari sabarnya saya mengunduh dan mencoba satu persatu game di Waptrick, kadang game yang saya unduh jauh dari ekspektasi, atau malah game-nya sebagian tidak worth it dengan HP saya. Sebagai bocah yang polos, saya selalu terbius oleh kata-kata di situs tersebut, “Game ini cocok untuk HP Anda,” dan seringkali saya muntab setelah mengunduh dan meng-install game-nya, “Hasss, mana cocoknya?”
Beralih dari game, saya perlahan melucuti satu persatu pilihan dari situs tersebut. Setelahnya saya tertarik mengunduh foto, terkesan sepele, tapi dulu saya melakukannya. Eksperimen mencari foto-foto yang bakal saya gunakan sebagai wallpaper hp saya, walau sebenarnya hal remeh semacam ini bisa saya dapat di Google atau Yahoo. Yah, nggak apa-apa, lah ya.
Lalu beralih ke pilihan musik. Yang menarik tentu pilihan mengunduh lagu di situs ini. Walau di masa-nya juga ramai dengan situs-situs lagu bajakan semacam 4shared, satu yang tidak dapat didebat dari mengunduh lagu-lagu di Waptrick adalah pilihan file dan kualitas audio. Bayangkan, dengan Waptrick dulu saya bisa menikmati lagu dengan hanya berukuran kurang dari satu MB saja, jelas sangat ngirit kuota, pun meringkas waktu menunggu unduhan dari buffering-nya koneksi.
Lanjut ke pilihan video, sebagai tontonan canggih pada masanya. Perlu diingat, YouTube di masa itu atau di masa-masa sebelum tren parodi Edho Zell dan Last Day Production, seperti sebuah mitos, seolah merasa tak mungkin menjamah situs yang menjadi alternatif wajib di masa kini. Pilihan tontonan juga sangat sepele, seperti highlight sepak bola yang kadang tak layak disebut sebagai highlight seolah sebagai sesuatu yang mengasyikan. Pun dengan pilihan kualitas video yang sangat menghemat pengeluaran kuota dan meringkas waktu mengunduh seperti kasus di pilihan musik tadi. Walau mata saya mesti merem-melek menikmati tontonan dengan kualitas 3GP yang hina ini.
Dari pilihan video inilah, para pengguna Waptrick akan dibawa ke ranah yang lebih mendebarkan, hingga menjadi tolok ukur untuk layak disebut sebagai anak Waptrick: situs film biru. Yah, situs yang akan membawa para bocah untuk memberanikan diri melewati verifikasi-verifikasi umur, hingga sampai ke ruang gelap. Dan, dyarrr! Pilihan di situs yang lebih intim ini juga sama banyaknya, beragam genre, durasi dan kembali lagi pilihan kualitas video, semua ada. Sebuah kemudahan pada zamannya.
Dari situlah, Waptrick perlahan dikenal sebagai situs film biru termutakhir dengan segala kemudahan pada masanya. Ya, hampir semua saya pikir berawal dari minimnya alternatif game untuk HP-HP pada masanya, hingga terbawa ke arus biru sebagai fase paling mendebarkan bocah di masanya.
Waptrick layaknya sebuah kitab, yang merangkum segala fungsi aplikasi di masa kini, dari Playstore, YouTube, Spotify hingga situs-situs biru bajakan. Dengan segala kesulitannya, Waptrick adalah kemudahan paling canggih di masa serba sulit tersebut. Waptrick bagi generasi yang kini sudah bertumbuh, hanya tinggal cerita, hingga tak pernah lagi mengendap di history-history browser generasi yang pernah besar di masanya kini, sebagai rumah dari kegabutan hingga kenakalan.
BACA JUGA Mengenang Kejayaan Novel Harry Potter di Tengah Rendahnya Minat Baca Indonesia dan tulisan Dicky Setyawan lainnya.