Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mengenal Tipe Ibu-ibu yang Beli Jajan di Lapak Jajan Tradisional

EmArif oleh EmArif
10 November 2020
A A
ibu-ibu lapak jajan tradisional mojok

ibu-ibu lapak jajan tradisional mojok

Share on FacebookShare on Twitter

Setelah lulus kuliah jalur corona dan sempat mengalami quarter-life crisis, saya pun memantapkan diri untuk terjun ke dunia perjajanan tradisional. Berbekal pengalaman membantu ibu jualan jajan dan tabungan sisa kuliah, pada akhirnya saya pun mulai membuka stan jajanan tradisional di salah satu sudut jalan arah Pacet, Mojokerto.

Meski terbilang baru, agaknya dalam dua minggu terhitung sejak awal buka, saya sedikit banyak mengamati beberapa pelanggan, khususnya ibu-ibu. Memang selain ibu-ibu ada pula bapak-bapak, anak-anak, tua-muda lintas umur. Namun ibu-ibu memiliki keunikan tersendiri saat membeli, khususnya jajanan tradisional di lapak saya.

Ibu-ibu kritis

Ibu-ibu tipikal ini biasanya sangat kritis saat hendak membeli. Mereka akan mengamati dulu jajan yang akan mereka beli, menimbang-nimbang, membandingkan satu dengan yang lain. Dan seperti halnya orang kritis pada umumnya, mereka pasti menanyakan hal-ihwal terkait jajan yang sedang diamati tersebut.

Beberapa jajan mereka ambil diikuti pertanyaan-pertanyaan “ini harganya berapa, Mas?”, “bahannya dari apa?”, “buatnya di mana?”, “dengan siapa? Semalam berbuat apa?” Belum tuntas saya menjelaskan panjang lebar skripsi jajan tersebut, mereka lantas memotong penjelasan saya. “Nggak jadi wes, Mas. Saya ambil ini saja” sambil mengembalikan beberapa jajan yang mereka pertanyakan kebenarannya sebelumnya.

Dengan senyum yang sedikit memaksa, saya pun membungkus dua biji jajan yang disodorkannya. “Mending njenengan alih profesi jadi dosen penguji aja, Bu” Batin saya.

Ibu-ibu negosiator

Tipe paling umum di pasaran, yakni mereka yang pinginnya cuma satu: memperoleh harga terendah. Memang tipikal ini berlaku secara umum. Namun, bedanya ibu-ibu bisa kelewat barbar saat menjalankan aksinya. Mereka bisa sangat militan hanya untuk sekedar mendapatkan harga termurah.

Setelah tawar-menawar tidak menemui titik temu, mereka bisa tiba-tiba memasukkan jajan yang dipilih ke dalam kantong plastik dan menyerahkan (dengan sedikit memaksa) uang dengan nominal yang mereka sebutkan sebelumnya. Sambil berpaling dari lapak saya, mereka pasti mengulang-ulang kata yang hampir sama “Pas ya, Mas.”

Fyi, ibu-ibu tipe satu ini biasanya minta kantong plastik dulu sebelum membeli.

Baca Juga:

4 Kelakuan Pembeli yang Bikin Tukang Sayur Keliling Ingin Ganti Kerjaan

5 Kebiasaan Barista yang Sebaiknya Dihindari supaya Pelanggan Semakin Nyaman

Ibu-ibu minta bonus

Ibu-ibu (juga mbak-mbak) tipikal ini biasanya tidak terlalu cerewet di awal kedatangannya di lapak jajan saya. Palingan mereka hanya tanya seputar harga atau nama-nama jenis jajan yang ditunjuk. Atau kalau nggak ya pertanyaan ringan macam “enak nggak, Mas, yang ini”, “masih baru ya, Mas”, “bisa pesan kan, Mas”.

Namun, setelah jajan yang dibeli dibayar, mereka tidak langsung beranjak. Mbok ya dikasih bonus, Mas” kalimat yang biasanya muncul menyusul. Ketika mereka beli banyak, saya pun memberikan bonus satu atau dua jajan dengan jenis yang lain. Itung-itung buat promosi lah. Tapi, kalau mereka belinya cuma dua biji ya mohon maaf. Saya bukan yang punya Starbucks yang bisa buy one get one.

Ibu-ibu tanpa ba bi bu

Ibu-ibu (dan mbak-mbak) tipikal ini biasanya jarang sekali berbicara ngalor-ngidul dengan saya saat membeli. Mereka biasanya hanya tanya harga, ambil beberapa, dan langsung bayar. Sesekali saya memancing obrolan ringan kepada beberapa dari mereka yang hampir rutin mampir ke lapak saya tiap paginya. Itu pun dijawab secukupnya dan langsung beranjak. Dan rata-rata dari mereka adalah pegawai pabrik.

Mungkin mereka lagi buru-buru atau sadar akan posisi saya sebagai penjual yang juga punya porsi keuntungan tersendiri.

Ibu-ibu yang beli sekaligus menyemangati

Sebagai penjual yang terbilang baru, semangat adalah salah satu bahan bakar psikis saya agar bisa konsisten dalam merintis usaha ini. Beberapa ibu-ibu yang beli jajan di lapak saya pun sepertinya menyadari akan hal ini.

Seperti biasa, mereka akan tanya harga, bisa pesan atau tidak, buka jam sampai jam berapa. Obrolan dengan mereka pun bisa agak panjang sembari mereka memilih jajan yang akan mereka beli. Di akhir jual-beli pun mereka biasanya menyelipkan sedikit nasihat dan semangat. Biasanya ibu-ibu ini adalah blio-blio yang rumahnya dekat dengan lapak jualan saya. Mereka yang mengerti akan keadaan usaha saya.

Ya begitulah, meski terkadang menjengkelkan ya apa boleh kata. Pembeli adalah raja kata pepatah Kirigakure. Meski begitu, saya akan tetap melayani dengan ramah dan bersahabat. Seperti motto trirasa yang saya junjung: nikmat, hemat, dan bersahabat. Eh malah promo wkwkwk~

BACA JUGA Fans Arsenal dengan Militansi Ormas Tukang Gebuk dan Kemunculan Fabrizio Romano dan tulisan EmArif lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 10 November 2020 oleh

Tags: ibu-ibujajan tradisionalpelanggan
EmArif

EmArif

Mahasiswa. Tertarik pada sastra, sepak bola, dan wanita. Bisa diganggu di @emarifsama via Instagram dan Twitter.

ArtikelTerkait

Filsuf Kedai Kopi, Hobi Berdebat Filsafat Layaknya Dinosaurus Peradaban yang Harusnya Punah terminal mojok.co

5 Cara Memberi Tahu Pelanggan Kedai Kopi Mau Tutup

17 Oktober 2020
Bravo Supermarket, Tempat Belanja Underrated yang Bisa Menyaingi Transmart

3 Tipe Pelanggan Supermarket yang Bikin Kasir dan Pelanggan Lain Geram dan Malu, Norak!

3 Agustus 2024
7 Dosa Coffee Shop yang Sebaiknya Dihentikan Terminal Mojok

7 Dosa Coffee Shop yang Sebaiknya Dihentikan

17 Juli 2022
Honda All New Beat Boleh Jumawa karena Laris, tapi Soal Kuliatas Yamaha Gear 125 Juaranya Terminal Mojok.co

6 Alasan Sulit Marah pada Ibu-ibu Motor Matic yang Melanggar Lalu Lintas

6 November 2022
5 Hal yang Selalu Ada di Warung Madura dan Tidak Disadari Pelanggan

5 Hal yang Selalu Ada di Warung Madura dan Tidak Disadari Pelanggan

16 Februari 2023
Harga Paket Internet Beda, Padahal Sama-sama Pakai Kartu XL: Diskriminasi XL Bikin Saya Kecewa sebagai Pelanggan Setia

Harga Paket Internet Beda padahal Sama-sama Pakai Kartu XL: Diskriminasi yang Bikin Saya Kecewa sebagai Pelanggan Setia

1 Desember 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

Derita Jadi Pustakawan: Dianggap Bergaji Besar dan Kerjanya Menata Buku Aja

23 Desember 2025
Dosen Pembimbing Nggak Minta Draft Skripsi Kertas ke Mahasiswa Layak Masuk Surga kaprodi

Dapat Dosen Pembimbing Seorang Kaprodi Adalah Keberuntungan bagi Mahasiswa Semester Akhir, Pasti Lancar!

25 Desember 2025
Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

Tradisi Aneh Kondangan di Daerah Jepara yang Sudah Saatnya Dihilangkan: Nyumbang Rokok Slop yang Dianggap Utang

27 Desember 2025
Daihatsu Gran Max, Si "Alphard Jawa" yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan Mojok.co

Daihatsu Gran Max, Si “Alphard Jawa” yang Nggak Ganteng, tapi Paling Bisa Diandalkan

25 Desember 2025
Gak Daftar, Saldo Dipotong, Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life Stres! (Unsplash)

Kaget dan Stres ketika Tiba-tiba Jadi Nasabah BRI Life, Padahal Saya Nggak Pernah Mendaftar

21 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario
  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.