• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Hewani
    • Personality
    • Nabati
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
Home Artikel

Mengenal Dolalak, Kesenian Khas Purworejo yang Lagi Hype di TikTok

Mohammad Ibnu Haq oleh Mohammad Ibnu Haq
8 Januari 2021
0
A A
Mengenal Dolalak, Kesenian Khas Purworejo yang Lagi Hype di Tiktok terminal mojok
Share on FacebookShare on Twitter

Saya terkejut ketika salah seorang teman kantor memperlihatkan sebuah video pertunjukan tari dolalak yang belakangan viral di TikTok. Sebagai putra asli Purworejo yang merantau ke kota tetangga, terakhir kali saya menonton langsung pertunjukan dolalak kurang lebih saat masih duduk di kelas 5 SD. Itu pun saya sudah benar-benar tidak ingat lagi di mana, bagaimana, dan apa saja yang terjadi di sana—maklum segala jenis ingatan saya tentang tarian berkelindan dengan Korean dance-nya Smash yang bikin kepala saya cenat-cenut itu.

Teman saya ternyata telah mengikuti perkembangan dolalak di media sosial sejak lama. Ia pun mulai bertanya banyak hal tentang dolalak. Yah, meskipun saya sudah lama tidak tinggal di sana, bukan berarti saya tidak tahu sama sekali tentang kesenian ini. Setidaknya saya bisa menghadiahi teman saya tiga hal paling penting dan mendasar yang harus ia ketahui sebagai fans garis keras.

Daftar Isi

  • #1 Dolalak terinspirasi dari kebiasaan mabuk-mabukkan tentara Belanda
  • #2 Cukup dengan dua nada saja, maka dolalak sudah bisa dimainkan
  • #3 Klimaks yang dinanti-nanti justru sulit diprediksi
      • Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
      • Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

#1 Dolalak terinspirasi dari kebiasaan mabuk-mabukkan tentara Belanda

Kalau biasanya tari tradisional tercipta dari kisah-kisah mitos dan legenda atau momen-momen sakral yang penuh khidmat, tarian dolalak khas Purworejo ini justru terinspirasi dari perilaku nakal masyarakat.


Begini ceritanya, tentara Belanda memiliki kebiasan untuk berdansa ketika mereka tengah mabuk-mabukkan. Beberapa pemuda akamsi—yang tentunya tidak diajak—hanya bisa menonton dari kejauhan. Atas dasar rasa keingintahuan yang tinggi dan kebutuhan bergoyang yang sudah meletup-letup, mereka pun mengamati baik-baik gerakan dansa itu dan mempelajarinya secara mandiri seperti halnya mereka belajar ilmu bela diri. Dari sinilah lahir sebuah gerakan tari yang merupakan kombinasi antara silat Jawa dan dansa Eropa. Jadi, jangan heran jika dalam dolalak banyak didominasi gerakan silat keprajuritan yang dinamis seperti sepak, geblag, dan tangkisan. Pakaian yang dikenakan juga merupakan pakaian khas prajurit Belanda saat itu. Baju lengan panjang, celana pendek, dan topi pet.

Jadi, boleh dibilang mbah-mbah saya dulu selain kreatif, rupanya mereka juga pandai mencari hiburan dan bertoleransi tinggi. Buktinya orang mabuk-mabukkan bukannya dibubarin malah dijadikan tontonan.

#2 Cukup dengan dua nada saja, maka dolalak sudah bisa dimainkan

Pada awalnya, dolalak hanya diiringi oleh dua nada saja, yaitu nada “do” dan “la”. Dan dari situ pula nama kesenian ini berasal. Alat musik yang dipakai pun mulanya hanya kenong. Jika tidak ada kenong, maka musik pengiringnya langsung dibunyikan dari mulut. Acapella gitu, deh. Biasanya liriknya berupa syair dan pantun Jawa. Baru belakangan ini saja ada variasi dari lagu-lagu pop dan campur sari.

Seiring perkembangan zaman, alat musik modern macam keyboard pun mulai digunakan. Bahkan ada pula yang sudah menambahkan gebukan drum, meski belum terlihat ada yang memakai seperangkat alat band lengkap yang menurut saya juga tidak perlu-perlu amat. Namun, improvisasi drum sebagai penguat alat musik pukul lain, jelas membuat saya berharap suatu saat Mike Portnoy atau Bang Jerinx mau berkolaborasi dengan para gadis-gadis penari dolalak di atas panggung.

#3 Klimaks yang dinanti-nanti justru sulit diprediksi

Sebagian besar penikmat dolalak pasti sepakat bahwa bagian yang paling dirindukan dari pertunjukan ini justru adalah kejadian-kejadian yang tidak terduga, baik oleh penonton maupun oleh penarinya sendiri. Hambok yakin! Bagian yang saya maksud ini lebih tepatnya adalah momen di mana ada penari yang telah masuk ke dalam kondisi trance atau dalam bahasa setempat dinamakan ndadi. Ketika sudah ndadi, penari itu bisa menirukan apa dan siapa saja. Berbuat sekena-kenanya. Tak jarang, penari lain atau siapa saja yang ada di atas panggung ikut kena getah keusilannya. Gerak tariannya pun jadi semakin lincah dan bertenaga. Oleh karena itu, di setiap pertunjukan dolalak, sering dijumpai “orang pintar” yang nantinya akan mengembalikan kesadaran penari yang ndadi tadi. Jangan tanya “orang pintar” ini lulusan kampus mana, yaaa.

Seperti kata orang bijak, semakin tinggi pohon maka semakin kencang anginnya. Dengan viralnya dolalak di beragam kanal, nyatanya juga membuat tak sedikit orang meremehkan bahkan hingga mencibirnya. Namun, bagaimanapun saya tetap bangga. Paling tidak dolalak telah menyelamatkan saya dari pertanyaan nggapleki yang jenuh saya dengar, “Purworejo itu di mana, ya?”

Kini saya bisa menjawabnya dengan penuh kebanggaan, “Tahu dolalak nggak, Hyung?”

Sumber Gambar: pesonaindonesia.kompas.com

BACA JUGA Daripada Mengidolakan Naruto, Saya Lebih Meneladani Jalan Ninja Orochimaru dan tulisan Mohammad Ibnu Haq lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 7 Januari 2021 oleh

Tags: Dolalakkesenian daerahPurworejo
Mohammad Ibnu Haq

Mohammad Ibnu Haq

Sukanya mojok

Artikel Lainnya

Romantisnya Rute Jogja-Purworejo-Kebumen yang Penuh Jalan Berlubang Sana-sini terminal mojok.co

Romantisnya Rute Jogja-Purworejo-Kebumen yang Penuh Jalan Berlubang Sana-sini

1 Februari 2021
Berkat Pagebluk, Jaranan Turonggo Yakso Lahir dan Berkembang di Trenggalek mojok.co

Berkat Pagebluk, Jaranan Turonggo Yakso Lahir dan Berkembang di Trenggalek

3 September 2020
Cerita dari Fans Garis Keras Pertunjukan Jathilan

Cerita dari Fans Garis Keras Pertunjukan Jathilan

12 November 2019
Pos Selanjutnya
4 Karakter Pelanggan Jasa Undangan Pernikahan, dari yang Paling Disukai Sampai yang Paling Nyebelin Terminal Mojok

4 Karakter Pelanggan Jasa Undangan Pernikahan, dari yang Paling Disukai Sampai yang Paling Nyebelin

Terpopuler Sepekan

Jangan Nyinyirin Megawati yang Tak Mau Punya Menantu Tukang Bakso

Jangan Nyinyirin Megawati yang Tak Mau Punya Menantu Tukang Bakso

24 Juni 2022
Warmindo di Pekalongan (Unsplash.com)

Beberapa Warmindo di Pekalongan Bukan Tempat yang Menyenangkan

19 Juni 2022
Saya Orang Desa yang Memilih Pakai Jasa WO daripada Sistem Rewang untuk Pesta Pernikahan Terminal Mojok

Saya Orang Desa yang Memilih Pakai Jasa WO daripada Sistem Rewang untuk Pesta Pernikahan

15 Juni 2022
Lawang Sewu Semarang (Unsplash.com)

5 Fakta Keliru Terkait Semarang yang Telanjur Dipercaya Banyak Orang

21 Juni 2022
Mengenal Dolalak, Kesenian Khas Purworejo yang Lagi Hype di Tiktok terminal mojok

Mengenal Dolalak, Kesenian Khas Purworejo yang Lagi Hype di TikTok

8 Januari 2021
Lookism: Webtun yang Menyajikan Sisi Gelap Korea Selatan dengan Gamblang

Lookism: Webtun yang Menyajikan Sisi Gelap Korea Selatan dengan Gamblang

18 Juni 2022
4 Oleh-oleh Khas Solo yang Sebaiknya Jangan Dibeli

Kota Solo, Sebaik-baiknya Kota untuk Menetap

24 Juni 2022

Dari MOJOK

  • Kasman Singodimedjo, Menagih Janji 7 Kata Piagam Jakarta pada Sukarno
    by Jarot Sarwosambodo on 26 Juni 2022
  • 9 Fakta Pencipta Lagu Garuda Pancasila yang Tersingkir dari Sejarah
    by Shinta Sigit Agustina on 26 Juni 2022
  • Minggu Bersama di Tepikota, Menikmati Kuliner Jawa Timur di Jogja
    by Amalia Fathonaty on 25 Juni 2022
  • 5 Alasan Ganti Oli Mesin Perlu Dilakukan Berkala
    by Hammam Izzuddin on 25 Juni 2022
  • Takluk dari PSIS Semarang, PSS Sleman Harus Menang di Laga Terakhir Grup A Piala Presiden
    by Hammam Izzuddin on 24 Juni 2022

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=GzeZNzywPSE&t=45s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2022 Mojok.co - All Rights Reserved .

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In