Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Mengapa Lulusan Fakultas Filsafat UGM Bisa Sukses Nyaris di Segala Bidang?

Made Supriatma oleh Made Supriatma
22 Juli 2020
A A
fakultas filsafat ugm lulusan sukses di segala bidang mojok.co

fakultas filsafat ugm lulusan sukses di segala bidang mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Secara kebetulan, beberapa hari lalu saya membaca lagi buku Julien Benda. Mungkin Anda familier dengan buku yang judulnya Pengkhianatan Kaum Intelektual itu. Di dalam buku itu, Benda menganalisis golongan yang secara sinis dia sebut sebagai “clerks”, yakni manusia tidak praktis yang merupakan gabungan antara clerk dan clerics.

Begitulah Benda menggambarkan intelektual: manusia yang hanya bergerak di tataran konseptual, berpikir, dan jauh dari hal-hal praktis. Atau seperti kata Benda sendiri, “Mereka yang aktivitas esensialnya tidak bertujuan untuk mencari hal-hal praktis, mereka yang mencari kesenangan dari seni, sains, atau spekulasi-spekulasi metafisika, pendeknya dari keunggulan dalam memilih hal-hal yang tidak materialistis, dan dalam kata lain ‘Kerajaan saya bukan dari dunia ini’.”

Kalimat terakhir itu adalah yang kalimat yang diucapkan Yesus di depan pengadilan Pilatus.

Biarlah Benda saya bahas di kesempatan lain. Kali ini saya menemukan esei ringan namun lucu, cerdas, dan mendalam. Judulnya “Lulus S2 Jurusan Filsafat Harus Siap Nganggur karena Dianggap Cuma Bisa Mikir“.

Untuk saya, inilah ironisnya kita sebagai bangsa. Kita tidak pernah menghargai para pemikir. Kita memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada pedagang—dari pedagang sapi, ke pedagang politik, sampai kepada pedagang gelar akademik. Tetapi tidak kepada pemikir, yang tidak berhubungan langsung dengan cuan alias duit.

Apakah lulusan filsafat, khususnya lulusan Filsafat UGM, seburuk itu? Kalau boleh saya memberikan penilaian, saya akan mengatakan bahwa Fakultas Filsafat UGM adalah sekolah ilmu sosial terbaik di UGM.

Sekolah ini menghasilkan sastrawan-sastrawan besar masa kini Indonesia. Mulai dari Eka Kurniawan, raksasa literer Indonesia kontemporer, Dea Anugrah, Beni Satrio, dan lain-lain. Pemred The Jakarta Post sekarang, Nezar Patria, juga lulusan sekolah ini. Juga Puthut EA, Kepala Suku Mojok yang artikelnya saya bagikan di bawah ini.

Banyak sekali lulusan filsafat yang bekerja di luar bidangnya. Jangan heran, sahabat saya, Irma Hidayana, sekarang menjadi doktor dalam ilmu kesehatan masyarakat adalah juga lulusan S-1 Filsafat UGM! Irma menempuh studi doktoralnya di Columbia University, New York City (sekolah yang sama dengan Cinta Laura Kiehl, hehehe).

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Sampai sekarang pun saya bertanya-tanya: Mengapa lulusan fakultas filsafat UGM bisa mengirim lulusannya ke segala bidang? Dan tidak itu saja, mereka sangat kompeten di bidangnya. Siapa yang meragukan kesastrawanan Eka? Kepiawaian Nezar dalam dunia jurnalistik? Atau keandalan Puthut dalam mengelola pasar literasi digital? Itu hanya sekadar contoh.

Saya sering bergurau, jawabannya adalah karena Anda bebas menjadi apa saja kalau sekolah di sana. Sekolah ya cuman formalitas belaka. Di Fakultas Filsafat Anda tidak dituntut menjadi camat seperti ketika Anda masuk ke jurusan Ilmu Politik. Atau jadi akuntan kalau masuk jurusan Akuntansi. Atau jadi pokrol bambu kalau studi Ilmu Hukum.

Di Fakultas Filsafat UGM, Anda juga bebas belajar apa saja. Terus terang, saya banyak bicara dengan lulusannya. Pada umumnya mereka mengatakan mereka sampai kepada dunia yang sekarang ini karena memang mereka tahu persis bahwa mereka tidak akan jadi apa-apa kalau sudah tamat. Satu-satunya yang mereka bisa kerjakan adalah ya berpikir itu tadi. Yang lain-lain dicari sendiri.

Yang jelas, fakultas ini juga menghasilkan generasi-generasi aktivis. Itu tidak hanya menyulitkan pemerintah, namun juga para dosen di sana. Saya masih ingat tiga dekade lampau ketika untuk pertama kali terjadi demonstrasi di UGM setelah sekian lama diam. Demo ini dimulai dari Fakultas Filsafat. Pembantu Dekan III Fakultas itu sangat ketakutan dan memohon dengan sangat memelas agar mahasiswanya tidak berdemo.

Ironinya adalah bahwa para mahasiswa di Fakultas ini mungkin tidak mendapat banyak dari bangku kuliahnya. Namun, mereka mendapat banyak dari kebebasan—yang mungkin diberikan atau direbut sendiri oleh para mahasiswanya. Mereka boleh belajar apa saja dan menulis apa saja (Eka Kurniawan menulis skripsi tentang Realisme Sosialis yang seharusnya ditulis di Fakultas Sastra).

Para mahasiswa ini juga sadar bahwa mereka berada pada hierarki terbawah dalam kelas sosial di UGM. Lihatlah Fakultas Ekonomi tetangganya, misalnya. Beberapa dosen mengendarai Mercy ke kampus. Mahasiswi dan mahasiswanya sangat kentara adalah para bourgeois atau setidaknya calon bourgeois.

Bahkan mereka kalah dengan Fakultas Sastra, salah satu fakultas terbilang miskin di UGM. Setidaknya banyak mahasiswa Sastra yang cantik dan ganteng, yang tidak kalah bourgeois-nya dengan mahasiswa Ekonomi.

Saya tidak tahu apakah saya benar dalam hal ini atau tidak, tapi melihat demikian banyaknya alumni Fakultas Filsafat yang berhasil, saya agak yakin akan kebenarannya.

Lalu bagaimana dengan lulusan filsafat yang tidak mendapat kerja karena hanya bisa berpikir? Saran saya cuman satu: di negeri ini pekerjaan tidak dicari. Tapi dibuat.

Dan yang lebih penting lagi: untuk menjadi kaya, Anda harus berasal dari orang tua yang kaya juga. Untuk menjadi orang yang berkuasa, Anda membutuhkan jaringan dan dukungan dari para oligarki.

Anda kira lulusan kehutanan yang kemudian menjadi presiden itu melamar jadi presiden? Ya, nggaklah. Dia memulainya dengan sesuatu yang sangat mustahil: jadi tukang mebel.

Anda mungkin bisa mulai dari sana. Siapa tahu akan berjumpa dengan orang semacam Lord Luhut. Dan Anda bisa nyalon jadi presiden.

Hanya saja, dari kasus lulusan Fakultas Filsafat UGM ini, saya kok masih menemukan anomali. Anda bisa menjadi apa saja kalau Anda mengasah kemampuan berpikir Anda (lihat kembali pendefinisian Benda di atas!)—mendalami sesuatu tidak hanya di permukaan; bergelut dan menemukan keasyikan dari berpikir. Yang lain-lain akan menyusul datang.

Sumber gambar: ugm.ac.id

BACA JUGA Derita Salah Masuk Jurusan Saat Kuliah dan tulisan Made Supriatma lainnya. Ikuti Made di Facebook.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 22 Agustus 2021 oleh

Tags: filsafatfisafat ugmMahasiswa
Made Supriatma

Made Supriatma

ArtikelTerkait

Jatinangor, Disukai Sekaligus Dibenci Mahasiswa

Jatinangor, Disukai Sekaligus Dibenci Mahasiswa

5 November 2023
4 Rekomendasi Jurusan yang Mencerminkan Orang Indonesia yang Bisa Dibuka Perguruan Tinggi terminal mojok

4 Jurusan yang Mencerminkan Orang Indonesia Banget yang Bisa Dibuka Perguruan Tinggi

4 September 2021
hidung minimalis, pakai masker

Orang yang Nggak Mau Pakai Masker dan Bilang Kalau itu Haknya, Masuk Akal Nggak sih?

18 Mei 2020
4 Kisah di Drakor At a Distance, Spring is Green yang Merepresentasikan Susahnya Kehidupan Mahasiswa terminal mojok

4 Kisah di Drakor At a Distance, Spring is Green yang Merepresentasikan Susahnya Kehidupan Mahasiswa

25 Juli 2021
6 Kebohongan tentang Universitas Terbuka (UT) yang Perlu Diluruskan (Unsplash)

3 Kebebasan yang Bisa Didapatkan Mahasiswa Universitas Terbuka

29 Desember 2022
Angkot Malang yang Bikin Perantau Bingung Mojok.co

Angkot Malang yang Bikin Perantau Newbie Bingung

14 Januari 2024
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

Pengakuan Pengguna Tumbler Lion Star: Murah, Awet, dan Tidak Mengancam Masa Depan Karier Siapa pun

29 November 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

Pengalaman Transit di Bandara Sultan Hasanuddin: Bandara Elite, AC dan Troli Pelit

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.