Membaca tulisan Sepak Bola itu Nggak Menarik, Percayalah serasa mendengarkan omelan istri yang tidak tahu menahu tentang sepak bola. Jangankan hafal nama para pemain atau pelatih sepak bola, sejarah panjang dan prestasi tim sepak bola, membedakan ini pertandingan liga domestik dengan pertandingan AFF saja kadang rancu istri saya itu. Tapi apakah kemudian dengan derasnya omelan tersebut sepak bola bagi saya menjadi kurang menarik? Sama sekali tidak! Kalian para pembaca Terminal Mojok juga demikian, dengan membaca artikel tersebut iman kalian tidak akan goyah, kalian masih akan percaya bahwa sepak bola adalah yang paling menarik daripada olahraga lainnya.
Dibuka dengan kalimat banyak yang bilang bahwa sepak bola itu olahraga terbesar dan terbaik di seluruh dunia—oh tidak benar itu, bukan banyak yang bilang tapi hampir semua orang bilang begitu. Banyak yang bilang berarti jika hanya seratus orang sudah dikatakan banyak, tapi yang mengamini bahwa sepak bola adalah olahraga paling popular dan menarik di muka bumi ini sudah ratusan juta orang bahkan mungkin sudah mencapai angka milyaran. Itu artinya sudah hampir semua orang, katakanlah dari sepuluh orang akan muncul suara tujuh atau delapan orang bilang sepak bola adalah olahraga paling menarik. Survei ini bisa valid jika korespondensinya seimbang. Jangan kayak Cak Lontong, seratus orang memilih Gerindra katanya, tapi kemudian ditutup dengan kalimat itu kalau surveinya di kantor Gerindra.
Setidaknya ada 6 (enam) asumsi yang dipertanyakan di dalam artikel lantas kemudian dijawab dengan argumen dan fakta-fakta negatif tentang sepak bola sehingga muncul suatu persepsi Kalau memang sepak bola semenarik itu, hal-hal di atas tentu tidak perlu terjadi.
Ngapain nonton sepak bola?
Ngapain kita jadi fans sepak bola?
Apa senangnya jadi fans sepak bola?
Buat apa kita pergi ke stadion?
Ngapain masih main sepak bola?
Apa bangganya jadi pemain sepak bola?
Saya kira cukup satu saja yang ingin saya jawab dari enam pertanyaan di atas, yakni pertanyaan apa senangnya jadi fans sepak bola?
Artikel itu sepertinya ditulis oleh orang yang sangat heran dan bertanya-tanya kenapa sepak bola bisa menjadi sangat menarik bagi kita-kita yang gibol (gila bola). Penulis bukan fans sepak bola (tentu saja) namun amat dekat dengan orang-orang gila bola macam kita-kita namun enggan membuka diri untuk berdiskusi atau mungkin sudah tapi lawan diskusinya kurang bisa memberikan jawaban yang apik lagi mempesona.
Sebuah kesenangan tidak bisa diukur dan dinilai dengan nominal uang, ini sudah jamak dipahami oleh banyak orang tak terkecuali penulis artikel sendiri, sepak bola bagi para fans seperti kami juga merupakan kesenangan, hobi, hiburan, jadi jangan tanya jika kami (gibol) yang berduit bahkan rela mengeluarkan puluhan juta rupiah hanya untuk sekali nonton tim kesayangannya yang berlaga di final Liga Champions. Argumen di atas sebenarnya sudah amat sangat klasik bahkan purba bisa dikata demikian mempertanyakan mengapa harus mengeluarkan banyak daya dan upaya untuk sebuah kesenangan.
Lalu apa senangnya jadi seorang fans sepak bola?
Pertanyaan seperti ini juga perlu disampaikan kepada para fans Drakor? Atau para pecinta-pecinta lain yang kini popular dengan istilah bucin. Artinya begini kakak, pertanyaan kakak itu sebenarnya bukan pertanyaan yang butuh jawaban, kakak cuma perlu mengingat kembali pesan dari seorang filsuf besar asal jerman yakni Emmanuel Kant bahwa look closely the beautiful may be small. Ada banyak yang belum kakak ketahui tentang kami dan kesenangan kami, jangan dulu membingkai kami dengan bingkai negatif. Karena memang ada hal-hal yang kurang baik dan tak sedap dipandang mata di dunia sepak bola. Tapi jangan salah, justru banyak yang menganggap hal itu karena sepak bola merupakan olahraga paling menghibur di muka bumi ini, paling popular, paling besar dan paling-paling yang lain.
Sebagaimana pepatah lama yang entah diambil dari mana bahwa tak ada yang tak ada di dalam cinta—artinya semua ada di cinta. Begitu pun di dunia sepak bola, di dunia para pecintanya, tak ada yang tak ada di sepak bola, artinya di sepak bola semuanya ada, bahkan ada Tuhan di sana, ada juga setan dan makhluk unyu-unyu seperti kami. Tidak hanya keringat, ada air mata di sana, ada pula darah, dan sumpah serapah. Ada ketulusan, ada juga kepalsuan. Pokoknya ada. (*)