Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Membuang Makanan itu Melukai Kemanusiaan Kita

Tappin Saragih oleh Tappin Saragih
7 Agustus 2019
A A
membuang makanan

membuang makanan

Share on FacebookShare on Twitter

Setiap kali makan di warung makan, restoran, café atau tempat-tempat sejenisnya, saya sering pulang dengan hati yang sedih. Saya sedih bukan karena makanannya tidak enak atau harganya yang tidak sesuai dengan kantong dan harapan. Lalu apa penyebab saya sedih?

Entah bisa disebut beruntung atau tidak, saya lahir dan besar dalam keluarga miskin secara materi—ekonomi. Waktu kecil, keluarga saya sering makan hanya menggunakan sayur dan ikan asin sampah. Kadang-kadang ikan itu dipanggang di atas arang kalau minyak goreng tidak ada. Beberapa kali piring kami hanya berisi ubi kayu—beras tidak ada.

Di rumah, makanan bisa dikatakan selalu habis bahkan kurang. Dulu, saya dan adik-adik sering berebut makanan. Karena berebutan, makanan atau minuman itu kadang malah terbuang sia-sia—tumpah ke lantai. Sering pula kami ngambek kalau orang tua memberikan makanan tidak sama rata porsinya. Singkatnya, saat kecil kami sering lapar.

Saat SMA, saya tinggal di asrama. Di situ makanan juga seadanya. Jarang bisa makan enak dan berlimpah. Sehari-hari lauknya lebih sering telor. Walau begitu, ada satu aturan yang sangat menakutkan kami: dilarang membuang makanan. Barang siapa ketahuan membuang makanan, hukumannya bisa dikeluarkan dari asrama—sekolah. Dari situ, saya pun terbiasa menghabiskan makanan.

Ada satu nasihat dari penjaga asrama yang selalu terngiang-ngiang di kepalaku sampai hari ini. Kira-kira begini nasihatnya: “Ingat, nasi di piring kalian itu butuh waktu kurang lebih empat sampai enam bulan baru siap dimakan. Sayur dan ikan juga butuh waktu. Jadi sebagai rasa syukur kalian, habiskanlah makanan dan minuman yang sudah tersedia. Hargailah keringat petani, nelayan, pedagang dan keringat orang tua kalian yang sudah bersusah payah mencari uang. Di luar sana, masih banyak saudara-saudari kita yang belum bisa merasakan hal yang sama.”

Kembali ke persoalan awal. Di warung makan, saya sering melihat orang-orang membuang makanan—prasmanan atau tidak sama saja. Tapi sejauh pengalaman saya, di café ternyata jauh lebih banyak. Biasanya di piring makanan masih ada seperempat bahkan separuh makanan yang terbuang. Minuman biasanya tinggal separuh.

Saya kurang tahu apakah itu emang cara makan—life style—di café atau orang yang saya lihat kebetulan yang tidak biasa menghabiskan makanan. Kalau di restoran besar—hotel—pengalaman saya masih sedikit. Tapi dari beberapa pengalaman, itu bahkan lbih parah. Makanan jauh lebih banyak terbuang daripada masuk ke dalam perut.

Kalau boleh jujur dari pengalaman pribadi, saya melihat perempuan lebih banyak membuang makanan (maaf, pengalaman saya sejauh ini memang berkata begitu). Kadang saya berpikir, apakah itu karena gaya, takut gendut—diet, atau emang tidak selera. Tapi masak iya di banyak tempat—warung, café—begitu?

Baca Juga:

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

Wajar Ada Orang yang Mau Keluar Duit Ratusan Juta demi Masuk Polisi, karena Polisi Amat Dihormati di Lingkungan, Tak Peduli Pangkatnya Apa

Karena saya sering mendapati kenyataan itu, saya mulai mencari tahu seberapa besar sampah makanan Indonesia setiap tahunnya. Sungguh bikin penasaran. Saya cari-cari, ternyata sangat mengejutkan. Indonesia masuk salah satu negara terbanyak di dunia dalam urusan “membuang makanan”. Laporan pangan PBB menyebutkan Indonesia menghasilkan sampah makanan sekitar 13 juta ton setiap tahunnya. Mayoritas sampah itu berasal dari kota besar seperti Jakarta, Jogja, Medan dan kota-kota lainnya.

Katanya, makanan itu bisa diperuntukkan bagi 28 juta orang loh. Dan kalau makanan itu dikonversi ke rupiah, itu bernilai setara Rp 27 triliun. Besar dan mengerikan bukan? Di saat makanan berlimpah di tempat sampah, orang miskin di sekitar kita malah masih banyak yang kelaparan. Lalu, di mana letak kemanusiaan kita?

Pemandangan—makanan terbuang—itulah yang membuat hatiku sedih. Ya benar itu adalah hak mereka mau makan apa saja. Atau hendak memperlakukan makanan dan minuman yang sudah mereka bayar seperti apa. Itu bukan urusan saya. Tapi sebagai manusia yang punya hati dan akal budi, apakah kita masih tega membuang makanan ke tempat sampah sementara ada saudara-saudari kita yang kelaparan?

Daripada menghabiskan uang makanan dan minuman yang akhirnya terbuang di tempat sampah, menurut saya lebih baik dan bijak kalau uangnya disumbangkan atau dipakai untuk membantuk orang-orang miskin dan kelaparan. Terkadang, membuat hidup bersama lebih baik tidak melulu dengan hal-hal besar dan spektakuler. Cukup dimulai dengan hal-hal kecil dari diri kita sendiri. Misalnya, dengan membeli makanan yang kita butuhkan serta menghabiskannya.

Terakhir diperbarui pada 9 Februari 2022 oleh

Tags: aturanaturan sekolahCurhatLingkunganmembuang makanansiswa sekolah
Tappin Saragih

Tappin Saragih

ArtikelTerkait

museum

Museum yang Sepi Pengunjung dan Terlupakan

12 Agustus 2019
pembeli adalah raja

Konsep Pembeli adalah Raja: Itu Kolot, Zheyeng!

4 September 2019
udah Nggak Usah Dipikirin

Kalimat “Udah Nggak Usah Dipikirin” yang Sebaiknya Kamu Pikirin

16 Agustus 2019
datang ke psikolog

Nggak Harus Nunggu Gila Untuk Datang Ke Psikolog

12 Oktober 2019
nikahnya

Pacarannya Sama Dia, Nikahnya Sama Saya. Terus Saya yang Salah?

20 September 2019
suara

Diganggu Suara Gaib Saat Bernyanyi di Kamar Mandi

11 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Perpustakaan Harusnya Jadi Contoh Baik, Bukan Mendukung Buku Bajakan

Perpustakaan di Indonesia Memang Nggak Bisa Buka Sampai Malam, apalagi Sampai 24 Jam

26 Desember 2025
Susahnya Cari Ruang Terbuka Hijau di Palembang, Hiburan Cuma Mal atau Kafe, tapi Lama-lama Bosan dan Bikin Rugi!

Susahnya Cari Ruang Terbuka Hijau di Palembang, Hiburan Cuma Mal atau Kafe, tapi Lama-lama Bosan dan Bikin Rugi!

29 Desember 2025
Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

Panduan Bertahan Hidup Warga Lokal Jogja agar Tetap Waras dari Invasi 7 Juta Wisatawan

27 Desember 2025
Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

Pekalongan (Masih) Darurat Sampah: Ketika Tumpukan Sampah di Pinggir Jalan Menyapa Saya Saat Pulang ke Kampung Halaman

28 Desember 2025
Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, tapi Layanan QRIS-nya Belum Merata Mojok.co

Menjajal Becak Listrik Solo: Cocok untuk Liburan, Sayang Layanan QRIS-nya Belum Merata 

24 Desember 2025
6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru Mojok.co

6 Rekomendasi Tontonan Netflix untuk Kamu yang Mager Keluar Rumah Saat Liburan Tahun Baru

27 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Orang Tak Tegaan Jadi Debt Collector: Tak Tagih Utang Malah Sedekah Uang, Tak Nikmati Gaji Malah Boncos 2 Kali
  • Biro Jasa Nikah Siri Maikin Marak: “Jalan Ninja” untuk Pemuas Syahwat, Dalih Selingkuh, dan Hindari Tanggung Jawab Rumah Tangga
  • Didikan Bapak Penjual Es Teh untuk Anak yang Kuliah di UNY, Jadi Lulusan dengan IPK Tertinggi
  • Toko Buku dan Cara Pelan-Pelan Orang Jatuh Cinta Lagi pada Bacaan
  • Kala Sang Garuda Diburu, Dimasukkan Paralon, Dijual Demi Investasi dan Klenik
  • Pemuja Hujan di Bulan Desember Penuh Omong Kosong, Mereka Musuh Utama Pengguna Beat dan Honda Vario

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.