Ada stigma kuat yang tumbuh di masyarakat bahwa pekerjaan kantoran adalah pekerjaan yang terhormat, ringan, menyenangkan, dan yang paling penting adalah menyejahterakan. Sebaliknya, pekerjaan seperti bertani, proyek bangunan, pegawai pabrik, dan semacamnya adalah pekerjaan berat yang jika dilihat dari kacamata “mereka” adalah pekerjaan milik jelata dan kaum melarat.
Meski ada benarnya, di sisi lain anggapan ini sangat membebani pekerja honorer yang pekerjaannya menumpuk dan bisa dibilang tak ringan, tapi gajinya pas-pasan, bahkan angkanya jauh di bawah UMR/UMK. Pasalnya, meski bersepatu dan berkemeja saat bekerja, keringat mereka kadang lebih bercucuran dibanding dengan pekerja kasar sebenarnya. Percayalah!
Nah, hal ini mirip dengan yang dialami para penyiar radio yang kebanyakan dianggap kerjaannya enak lantaran cuma tinggal ngomong. Banyak sekali celetukan-celetukan semacam “Bac*t aja dibayar lu”, “Kerjamu cuma modal napas”, “Enak ya kerja tinggal ngomong doang”, dan sentilan-sentilan serupa yang kenyataannya tak demikian adanya.
Meski tak sepenuhnya keliru, saya tetap harus meluruskan bahwa tugas penyiar radio memang bukan cuma ngemeng doang. Berikut saya uraikan tugas-tugas penyiar radio selain mangap-mangap doang. Keterangan yang saya tuliskan dalam artikel ini bersumber dari seorang teman yang saat ini masih jadi penyiar di salah satu radio.
Sebelum menjelaskan, terlebih dahulu akan saya informasikan bahwa dalam struktur organisasi radio teman saya ini terdiri dari lima divisi, yaitu divisi Digital dan Social Media, MD (Music Director), Marketing, Produksi, serta Pemberitaan. Sampai di sini seharusnya kalian bisa menduga bahwa pos-pos tersebut pasti yang mengerjakan tak lain adalah para penyiar.
Pada divisi Digital dan Social Media dipegang oleh dua orang penyiar yang bertanggung jawab perihal desain, konten, dan recording yang berkaitan dengan platform Instagram, Facebook, Twitter, dan YouTube. Setiap hari berjibaku dengan konten dan mempostingnya di akun official radio. Jadi, mau tak mau penyiar yang mendapat bagian ini harus punya skill sekaligus mental untuk menghadapi seringnya revisi-revisi desain yang amat riwil.
Sementara dalam MD juga ada dua orang personil penyiar. Tugas utamanya tentu men-direct music yang akan diputar dalam acara-acara. Mulai dari mencari lagu, menyortir, mengedit, hingga mengimportnya ke dalam aplikasi. Ada ribuan lagu dari berbagai macam genre di bawah kewenangan MD dan kualitas audio stereonya semua harus benar-benar terjamin. Tugas lainnya MD adalah mengimport rekaman, iklan, ILM (Iklan Layanan Masyarakat), dan segala bentuk file audio yang harus masuk atau keluar dari aplikasi. Pusing? Selalu.
Lalu di Marketing tugasnya seperti markerter-markerter biasa. Mengurusi semuanya yang berbau iklan dan kerja sama. Mencari, menawarkan, menemui, negoisasi, dan mengkalkulasi semua estimasi dana. Kerjanya sering di lapangan menemui klien. Di radio teman saya ini, marketing juga merangkap sebagai bendahara. Kebetulan, di bagian Marketing ada dua orang dan yang satu bukan penyiar.
Selanjutnya bagian produksi bertugas memproduksi iklan. Mulai dari konsep, mengatur dan membagi VO (Voice Over), serta memproduksinya. Sebenarnya tak hanya iklan, ada rekaman-rekaman audio tambahan yang juga menjadi tanggung jawabnya, misalnya produksi ILM dan Feature. Kata satu-satunya orang yang berada di divisi ini, dalam memproduksi sesuatu yang paling menyebalkan adalah deadline!
Terakhir adalah divisi Pemberitaan. Kebetulan radio yang sedang kita bahas di sini merupakan radio hiburan dan berita. Selain siaran seperti arek-arek yang lain, tugas divisi ini adalah mencari berita setiap hari, mengagendakan pertemuan dan melakukan wawancara-wawancara ke berbagai pihak, dan hasilnya adalah reportase dalam bentuk audio mp3. Karena radio tak ada liburnya, tim Pemberitaan yang beranggotakan dua orang itu waktu malam takbir Lebaran turun ke lapangan untuk melakukan reportase.
Begitulah tugas penyiar radio sesungguhnya. Ada yang tak pernah terbayangkan di kepala kalian, kan? Namun setiap radio memiliki struktur organisasinya masing-masing. Barangkali radio yang saya ceritakan ini tugas-tugas para penyiarnya memang belum sesuai dengan gaji mereka, mungkin belum sesuai dengan hak-hak yang seharusnya para penyiar layak dapatkan.
BACA JUGA Apa Harus Jadi Penyiar Radio Dulu Baru Bisa Sukses dan tulisan Muhammad Khozin lainnya.