Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Personality

Melihat Sisi Kemanusian Seseorang di Kamar Mandi

Ahmad Abu Rifai oleh Ahmad Abu Rifai
3 Juni 2019
A A
kamar mandi

kamar mandi

Share on FacebookShare on Twitter

Semenjak hijrah dari kampung ke kota untuk menuntut ilmu—kuliah, kehidupan saya banyak berubah. Mulai dari jadwal belajar, tidur, makan, hingga ke hal sensitif: buang air besar. Dulu saat saya masih berada di rumah, siklus buang air besar saya begitu teratur—selalu terjadwal sehari sekali saat pagi.

Nahasnya, keteraturan siklus tersebut tak bertahan saat saya pindah di kos Ma’rifat—nama yang ngeri untuk sekelas kos-kosan. Semua orang tahu bahwa siklus makan banyak anak kos itu tak menentu. Barangkali inilah penyebab perut saya sering rewel berkepanjangan. Dalam sehari saja, saya bisa bolak-balik ke kamar mandi kalau tidak kuliah.

Kehidupan kos itu keras—termasuk dalam urusan buang air. Hal ini saya sadari ketika sudah cukup lama hidup di kos. Hari demi hari, aktivitas bolak-balik kamar mandi sering terganggu karena kamar mandi digunakan oleh orang lain.

Kos Ma’rifat memang sederhana—kalau tidak mau dibilang kosan miskin. Kos ini hanya punya dua kamar mandi—hanya satu yang ada WCnya—maklum kecil. Dengan jumlah anak kos sebanyak sepuluh ekor—ekor di depan—tentu hal ini bisa memicu antrean yang cukup panjang di waktu-waktu tertentu.

Sering sekali saya menghadapi situasi yang mengharuskan saya menunggu berlama-lama. Beberapa hari lalu, misalnya. Saat itu saya menyusuri jalan pulang usai  kuliah, tiba-tiba perut saya mules. Saya ingin segera memuntahkan produk alami dari jalur belakang.

Saya pun segera mengambil langkah seribu sambil terus berusaha bersikap tenang di hadapan orang-orang yang berpapasan. Walau dalam keadaan kebelet, tentu gengsi harus dijaga—citra harus ditata.

Sekitar tiga menit saya sudah sampai di kos. Buru-buru saya mencopot sepatu, melemparkan tas ke dalam kamar dan langsung menuju ke kamar mandi. Nahas, kamar mandi yang ber-WC sedang digunakan oleh orang lain. Amunisi yang sudah minta untuk dikeluarkan pun mendesak-desak sehingga saya berteriak, “Siapa yang ada di dalam?”

Tak ada yang menjawab—saya pun mencoba lagi, “Woy! Saya kebelet!” Selang beberapa detik akhirnya ada jawaban.

Baca Juga:

Keluh Kesah Alumni Program Akselerasi 2 tahun di SMA, Kini Ngenes di Perkuliahan

Nasib Sarjana Musik di Situbondo: Jadi Tukang Sayur, Bukan Beethoven

“Sek, sek. Lagi cuci baju!”

Buajiiirutt! Itulah yang saya teriakkan dalam hati. Tak berapa lama saya malah mendengar suara orang terkekeh-kekeh dari dalam. Rupa-rupanya ia adalah Mas Gunawan, mantan mahasiswa yang kini sudah jadi guru di salah satu SMA swasta di Semarang.

“Cepat, Mas! Udah kebelet!” teriakku lagi.

“Bentar! Tunggu, biar kamu tahu kalau nunggu itu nggak enak!”

Jangkrik!—malah baper. Itulah pisuhan kedusaya hari itu yang tidak sampai keluar dari mulut.

Karena kondisi perut kian mengkhawatirkan, akhirnya saya lanjut memohon-mohon dengan kata-kata manis. Alhamdulillah, pria berkumis tipis yang hobi mengerjai orang itu akhirnya luluh. Setelah ia keluar, saya buru-buru masuk ke kamar mandi untuk menuntaskan kewajiban yang tak bisa ditunda lagi itu. Ah, mantap!

Kejadian yang menyesakkan seperti itu tak hanya terjadi satu kali. Tiga hari setelah peristiwa itu, saya kembali mengalami hal yang sama.

“Siapa yang di dalam? Cepet woy! Saya kebelet!” ucap saya sambil mengetuk pintu.

“Ah, baru mau mulai mandi!” jawab seseorang dari balik pintu. Dari gelagat suaranya yang begitu saya kenali, saya yakin dia Humam, kawan saya sejak TK yang kini juga berada di universitas sama.

“Alah, pakai kamar mandi yang satu saja, Mam! Kan kamu cuma mau mandi to? Saya mau BAB ini, kebelet!”

“Ah, moh! Moh! Tunggu bentar! Meh kuliah!” jawabnya ringan.

Pada saat itu, rasanya saya ingin sekali misuh sekencang-kencangnya. Dalam hati saya mbatin, kenapa dia tega melakukan ini kepada diriku? Seharusnya, pria yang mulai hobi menumbuhkan kumis itu mau mengalah dengan pindah di kamar mandi sebelah sehingga saya bisa menuntaskan hajat yang begitu menyiksa ini. Sepertinya ia sedang lupa, bahwa kadang ada beberapa hal yang harus diprioritaskan terlebih dahulu—termasuk soal BAB ini.

Untung saja, saat itu saya teringat trik orang Jawa untuk menahan keluarnya ampas dari belakang. Dari depan pintu WC, saya buru-buru balik badan lalu keluar kos untuk mencari tiga buah kerikil. Tanpa basa-basi, saya langsung menaruhnya di dalam saku celana. Alhamdulillah—cara ini cukup efektif untuk menunda kebocoran.

Dua hari lalu, malangnya saya mengalami hal yang sama lagi. Pada pukul sembilan pagi, saya sudah berdiri tidak sabar di depan pintu WC. Kira-kira sudah sepuluh menit saya menunggu. Yang sedang berada di dalam kamar mandi adalah Maruful, teman seprodi Sastra Inggris. Pagi itu ia betul-betul tak tahu diri—mentang-mentang mau jalan-jalan dengan pacarnya, ia merasa berhak untuk tak memedulikan temannya yang sedang mati-matian berjuang menahan serangan peluru busuk yang bertubi-tubi.

Segala usaha telah saya upayakan saat itu—mulai dari berpikir tenang, memakai trik kuno orang Jawa seperti sebelumnya, hingga memikirkan pahitnya ditinggal mantan. Ya, dengan memikirkan hal tersebut, saya berharap agar segala hasrat—termasuk untuk buang air—hilang. Namun nyatanya, kenangan mantan tak berhasil melakukannya. Serangan kuasa perut itu memang tak terbendung.

Setelah sepuluh menit yang lain berlalu, barulah pria yang berwajah seolah tak punya dosa itu keluar. Akhirnya saya masuk dengan perasaan nggrundel—bahkan hingga tuntas hajat lalu keluar. Tiba-tiba saya pun memiliki ide yang cukup cemerlang—sesuatu yang saya anggap bernilai moral tinggi sekaligus bisa mewakili keresahan saya selama ini.

Saya masuk ke kamar—mengambil spidol, lalu dengan penuh semangat menulis sebuah kalimat di dinding kamar mandi.

“JANGAN TANGGALKAN KEMANUSIAANMU DI KAMAR MANDI!”

Ya, begitulah. saya merasa lega setelah menuliskan kalimat itu. Saya harap para penghuni kos yang lain bisa mengerti akan hal tersebut bahwa kemanusian itu tak melulu soal hal-hal yang besar. Kemanusiaan selalu bisa dilihat dari hal-hal kecil, termasuk dari persoalan kamar mandi dan buang air. Kita bisa mengukur seberapa manusiawi kita dari sana.

Saat ada orang yang ingin buang air, sisi manusia kita diuji—apakah kita mau mengalah untuk kemaslahatan orang lain, atau bersikukuh untuk ego sendiri karena tak mau diganggu.

Begitulah~

Kabar baiknya, setelah ada tulisan tersebut di dinding kamar mandi, saya tak lagi harus berlama-lama antri saat ingin buang air besar. Dan begitu pun juga saat ini—saya tak lagi bisa meneruskan curhatan ini panjang lebar, karena di luar sana sudah ada yang mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi karena ingin buang air besar.

Terakhir diperbarui pada 17 Januari 2022 oleh

Tags: Anak KosKamar MandiKuliahMahasiswa
Ahmad Abu Rifai

Ahmad Abu Rifai

Takmir BP2M Unnes dan aktif di Kelas Menulis Cerpen Kang Putu

ArtikelTerkait

Part Time Dagadu Jogja Banyak Untungnya, Mahasiswa Jogja Wajib Coba Mojok.co

Part Time di Dagadu Jogja Banyak Untungnya, Mahasiswa Jogja Wajib Coba

17 Januari 2024
penjaga toko buku mojok

Keuntungan kala Menjadi Penjaga Toko Buku

13 Mei 2020
Wahai Bapak Ibu Dosen, Kenapa Sering Sekali Mengganti Jam Kuliah Online Sih? terminal mojok.co

Bapak dan Ibu Dosen, Anjuran Kampus Itu Kuliah Online Bukan Ngasih Tugas

27 Maret 2020
Panduan untuk Survive Selama KKN bagi para Introvert Terminal Mojok

Panduan untuk Survive Selama KKN bagi para Introvert

24 Desember 2022
6 Hal yang Cuma Ada di Universitas Terbuka Terminal Mojok

6 Hal yang Cuma Ada di Universitas Terbuka

10 November 2022
7 Toko Online untuk Belanja OOTD Jelang Kuliah Luring Terminal Mojok

7 Toko Online untuk Belanja OOTD Jelang Kuliah Luring

11 Juni 2022
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

Rujak Buah Jawa Timur Pakai Tahu Tempe: Nggak Masuk Akal, tapi Enak

16 Desember 2025
Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

Jujur, Saya sebagai Mahasiswa Kaget Lihat Biaya Publikasi Jurnal Bisa Tembus 500 Ribu, Ditanggung Sendiri Lagi

16 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

Mengenal ITERA, Kampus Teknologi Negeri Satu-satunya di Sumatra yang Sering Disebut Adik ITB

20 Desember 2025
Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

Harga Nuthuk di Jogja Saat Liburan Bukan Hanya Milik Wisatawan, Warga Lokal pun Kena Getahnya

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya
  • Membandingkan Warteg di Singapura, Negara Tersehat di Dunia, dengan Indonesia: Perbedaan Kualitasnya Bagai Langit dan Bumi
  • Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.