Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Profesi

Melihat Lebih Dekat Bagaimana Buruh Tani di Situbondo Bertahan Hidup

Firdaus Al Faqi oleh Firdaus Al Faqi
5 November 2022
A A
Melihat Lebih Dekat Bagaimana Buruh Tani di Situbondo Bertahan Hidup Terminal Mojok

Melihat Lebih Dekat Bagaimana Buruh Tani di Situbondo Bertahan Hidup (Unsplash.com)

Share on FacebookShare on Twitter

“Ayo, waktunya berangkat ngobat,” kata seorang buruh tani yang sejak jam 5 pagi sudah menyesap kopi dan makan dua tiga gorengan untuk mengisi perut dan akan segera berangkat ngobat atau memberikan obat-obatan kimia pada tanaman.

Waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB. Di desa saya, di Situbondo, itu adalah waktu di mana para buruh tani sudah harus berada di lahan. Ya, sebelum berangkat, biasanya mereka sudah mengisi perut lebih dulu.

Jarang ada yang sarapan makan nasi, selain karena katanya bikin badan jadi malas gerak, terkadang petani yang menyewa jasa mereka akan mengirim bekal sekitar pukul 08.00 WIB. Bekal itu biasanya berisikan nasi, lauk-pauk, dan tak jarang ada es atau kopi sesuai dengan permintaan.

Itu adalah sedikit gambaran yang bakal kalian temui kalau sehari-hari berkumpul dengan buruh tani. Sebagai petani, tentu mau tidak mau saya harus jauh lebih akrab karena saya butuh bantuan mereka untuk menggarap sawah. Bukan karena malas atau apa, menggunakan jasa buruh tani justru membuat pekerjaan selesai jauh lebih cepat dan hasil garapan lahannya jauh lebih bagus alih-alih saya menggunakan tenaga sendiri.

Lantaran sudah terbiasa kumpul bareng buruh tani, saya akan membagikan potret kehidupan mereka, khususnya buruh tani di Situbondo, demi bertahan hidup.

Pekerjaan buruh tani

Buruh tani mengacu pada orang yang pekerjaannya mengelola lahan atau sawah sesuai dengan permintaan petani atau orang yang punya sawah. Jadi, mereka biasanya hanya mengerjakan yang diminta empunya lahan. Nantinya, mereka bisa mendapatkan bayaran atas apa yang telah dikerjakan.

Mengenai pekerjaannya tentu saja beragam. Mulai dari pemupukan, pembuatan bedengan, pemberian obat-obatan kimia untuk usir hama dan sembuhkan tanaman, tandur, panen, mipil jagung, dan masih banyak lagi.

Kalau di desa saya, Situbondo, yang rata-rata warganya memang banyak bertani, membuat para buruh tani yang umumnya adalah tetangga sendiri jadi tidak kehabisan orderan. Jadi bisa saja hari Senin mereka menanam, hari Selasa melakukan pemupukan, dan hari selanjutnya melakukan permintaan lain sesuai dengan petani.

Baca Juga:

4 Kemungkinan Kenapa Banyuwangi Tidak Diajak Kerja Sama oleh Tiga Kabupaten Tetangganya

Situbondo Nggak Harus Mirip dan Jadi Banyuwangi, Potensinya Ada di Jalannya Sendiri

Memang tidak ada jaminan kalau setiap hari mereka bisa mendapatkan pekerjaan, tapi di desa saya, sepertinya jarang ada yang begitu. Paling banyak yang tidak bekerja adalah para buruh tani yang—mohon maaf—kinerjanya memang kurang maksimal. Entah itu karena mereka sering nyolong waktu untuk istirahat atau bekerja asal-asalan.

Sebagai petani, tentu saya tidak mau menyewa jasa orang yang malah memberatkan pekerjaan buruh lain atau membuat hasil pekerjaan jadi berantakan. Rugi, dong. Saya lebih memilih mereka yang kinerjanya bagus, sat set, jujur, dan ndak aneh-aneh. Nah, para buruh tani yang seperti ini yang biasanya sering kebanjiran order, dan bahkan tak jarang ada petani yang tidak kebagian! Saya pernah telat memberi pupuk karena buruh tani andalan saya kebanjiran order dari petani lain.

Jam kerja sehari-hari

Saya sudah bilang di atas ya, jam kerja buruh tani mungkin boleh dibilang lebih lama dari pekerja kantoran. Di Situbondo, rata-rata buruh tani sudah bangun sebelum pukul 05.00 WIB. Mereka biasanya akan mempersiapkan semuanya di jam ini. Sepatu sudah di kaki, topi sudah di kepala, celana lusuh yang biasa mereka pakai sudah siap, dan tak lupa memakai long sleeve hasil persenan obat pertanian.

Setelah siap dengan starter pack-nya, mereka akan pergi ke warung-warung kopi terdekat untuk mengisi perut dan tentu saja ngopi agar lebih segar. Tepat pukul 06.00 WIB mereka semua akan berangkat menuju lahan milik petani yang sudah menyewa jasa mereka.

Durasi kerja para buruh tani ini biasanya sesuai permintaan. Di Situbondo ada istilah laotan atau dari pukul 06.00-11.00 WIB, setelah itu mereka sudah bisa pulang. Namun biasanya setelah ada laotan, mereka akan lanjut bekerja menggarap pekerjaan lain. Ada juga petani yang menyewa jasa para buruh tani ini secara full time, atau istilahnya saare benteng. Kalau seharian penuh biasanya jam kerjanya mulai dari pukul 06.00-15.00 WIB atau bahkan 16.00 WIB tergantung permintaan.

Upah yang didapatkan

Upah dari buruh tani biasanya tergantung durasi kerja atau permintaan dari petani yang menggunakan jasa mereka. Kalau di Situbondo, upah yang mereka dapatkan kira-kira segini:

Laotan atau setengah hari kerja: Rp35.000 – Rp40.000
Saare benteng atau satu hari kerja: Rp70.000 – Rp80.000
Bajak sawah: Rp250.000 per 2.000 meter persegi
Tanam: Rp50.000 – Rp80.000 per orang tergantung komoditas yang ditanam
Panen: Rp50.000 – Rp100.000 per orang tergantung komoditas yang dipanen
Pemupukan: Rp30.000 per 2.000 meter persegi
Pengaplikasian obat-obatan kimia: Rp30.000 per 2.000 meter persegi
Pembuatan bedengan: mulai dari Rp800.000 – Rp1.500.000 per meter persegi

Kemudian tiap malam, biasanya para buruh tani ini akan berkumpul di salah satu tempat koordinator yang telah mereka pilih sesuai kesepakatan dan langsung mendapatkan pembagian atas hasil kerja mereka. Saya sering ikut nongkrong ketika pembagian hasil kerja ini. Dalam satu hari, rata-rata para buruh tani ini bisa mengantongi uang Rp80.000 hingga Rp200.000 tergantung banyaknya orderan. Lumayan, kan? Padahal UMK di Situbondo sekitar Rp1,9 jutaan. Kalau dipakai rata-rata sih buruh tani memang lebih makmur ketimbang pekerja lain. Bedanya, yang satu harus bekerja panas-panasan di bawah terik matahari, yang satunya lagi bekerja dengan fasilitas yang memadai di kantor ber-AC.

Begitulah kurang lebih kehidupan buruh tani di desa saya. Ini adalah sedikit upaya biar kita semua bisa mengenal lebih dekat dengan profesi yang jadi harapan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri. Agaknya, ucapan terima kasih yang besar layak banget mereka dapatkan.

Penulis: Firdaus Al Faqi
Editor: Intan Ekapratiwi

BACA JUGA Upah Buruh di Kampung Saya Lebih Besar dari Upah Minimum Provinsi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 5 November 2022 oleh

Tags: buruh tanisitubondo
Firdaus Al Faqi

Firdaus Al Faqi

Sejak lahir belum pernah pacaran~

ArtikelTerkait

Buruh Tani Situbondo: Pekerjaan yang Sering Disepelekan, tapi Penghasilannya Bisa Bikin Iri Pegawai Kantoran Mojok.co

Buruh Tani Situbondo: Pekerjaan yang Sering Disepelekan, tapi Upahnya Bisa Bikin Iri Pegawai Kantoran

3 Juli 2025
Working Space Bakal Susah Laku di Situbondo karena Belum Ada yang Beneran Butuh

Working Space Bakal Susah Laku di Situbondo karena Belum Ada yang Beneran Butuh

4 April 2025
Tugu 1000 Km Anyer-Panarukan di Situbondo Lebih Mirip Tiang Jemuran Tanpa Baju daripada Pengingat Sejarah

Tugu 1000 Km Anyer-Panarukan di Situbondo Lebih Mirip Tiang Jemuran Tanpa Baju daripada Pengingat Sejarah

3 Oktober 2024
4 Kemungkinan Kenapa Banyuwangi Tidak Diajak Kerja Sama oleh Tiga Kabupaten Tetangganya

4 Kemungkinan Kenapa Banyuwangi Tidak Diajak Kerja Sama oleh Tiga Kabupaten Tetangganya

18 Oktober 2025
Melihat Lebih Dekat Bagaimana Buruh Tani di Situbondo Bertahan Hidup Terminal Mojok

Situbondo Nggak Ada Hujan? Emang Petani di Sini Tanam Padi Pakai Air Galon?

1 April 2023
Kopi Argopuro, Kopi Situbondo Primadona Pasar Internasional

Kopi Argopuro, Kopi Situbondo yang Jadi Primadona Pasar Internasional

24 Juni 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang Mojok.co

Feeder Batik Solo Trans, Angkutan yang Bikin Iri Orang Magelang

2 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.