Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Serial

Masyarakat Kampung Saya Susah Move On Gegara Tamatnya Sinetron Anak Jalanan

La Ode Abdul Wahid oleh La Ode Abdul Wahid
28 Juli 2019
A A
sinetron anak jalanan

sinetron anak jalanan

Share on FacebookShare on Twitter

Tuhan menganugerahi kampung saya dengan tanah yang begitu subur. Tidak heran, masyarakat kampung terbilang sukses hanya karena bertani sebab jadi sarjana hanya beban keluarga. Belasan hinga puluhan juta masuk ke kantung mereka yang tidak gengsi dan mau bertani—setiap kali panen.

Saya sangat menyaksikan para sarjana di kampung saya, entah karena beban gelar yang tersemat di belakang nama dan terlihat gagah itu (cuih), sehingga menjadi rintangan mereka untuk ikut bertani. Yang parahnya lagi, meski jurusan sewaktu kuliah mengambil jurusan pertanian, tetapi ketika lulus, tidak sudi menodai diri untuk berkotor-kotor di ladang. Persislah dengan sikap alumni ababil UI yang menolak gaji 8 juta rupiah. Mereka sealiran, sama-sama tidak tahu diri.

Padahal, mulai dari uang kuliah sampai biaya bulanan mereka, kan semua dari hasil bertani. Sudah tes PNS tapi tidak lolos, mencari kerja lain yang sekasta dengan gelar pendidikan juga tidak dapat, terus jika bertani tidak mau. Ado kasian, ujung-ujungnya mengangurmi.

Komoditas unggulan petani di kampung saya, yakni jagung kuning. Karenanya, ekonomi petani bisa dianggap mapan ketimbang dulu, sewaktu masyarakat belum mengenal jagung kuning dan masih berkutat pada pola pertanian klasik, menumpang sarikan antara jagung putih dan kacang tanah. Terbukti, banyak petani yang mampu mensarjanakan anak-anaknya meskipun berujung dengan sebuah kekecewaan. Ya, begitulah nasib sarjana masa kini. Setelah wisuda tidak bisa membanggakan keluarga.

Mari kita tinggalkan perkara sarjana. Nasib mereka terlalu miris kalau semakin dikupas. Sedih bercampur kasihan. Lagian, saya juga kan tidak sekaliber Feni Rose yang lihai membuat segala-galanya layak diperbincangkan dengan tuntas. Mari, kembali ke laptop. Kembali ke duduk perkara judul tulisan ini.

Karena hasil bertani, masyarakat kampung saya tidak susah memenuhi kebutuhan hidupnya. Dulu yang tidak punya TV, sekarang mau beli 2 unit pun sanggup. Dulu kalau ke ladang, hanya menumpang di atas sepasang sendal atau sepatu boots, sekarang, ya jelas sudah berganti motorlah. Yang mengagetkannya lagi, motornya bukan sembarang motor. Sejauh ini sesuai pemantauan saya, saya mendapati 2 orang petani yang selera motornya pantas disebut sangat borju. Selera yang sungguh tidak matching bagi seorang petani. Habisnya, masa satu memakai ninja Rr dan satu lagi mengudai Yamaha R25. Saya jadi berpikir, “diorang ini ke ladang, mo garap lahan, ato mo syuting Anak Jalanan Reborn?”

Ada teori yang menyebutkan, “setiap tontonan di televisi akan mempengaruhi kehidupan seseorang”. Bocah-bocah di kampung saya, sangat jago berdialek melayu berkat setiap hari menonton Upin dan Ipin. Mungkin, kedua petani tadi pengagum berat sinetron Anak Jalanan. Dugaan saya diperkuat karena sewaktu masih tayang, sinetron itu menjadi langganan tontonan mayoritas masyarakat kampung saya—lintas generasi, mulai dari balita hingga kakek-neneknya.

Makanya, pertualangan Boy dan Reva dalam Anak Jalanan memiliki tempat khusus di hati masyarakat kampung saya. Bahkan, ketika peran Boy diharuskan meninggal dunia, ada salah satu ibu-ibu tetangga saya, yang langsung seketika tidak nafsu makan karena merenungkan kepergian Boy. Kabar ini cukup menghebohkan dan jadi perbincangan dalam kampung. “Ado kasian, kan meninggalnya cuma dalam sinetron, kenapa sampe tidak enak makan begitu. Lucunyami,” ucap salah seorang warga kampung.

Baca Juga:

Preman Pensiun 9 Sebaik-baiknya Sinetron Ramadan, Bikin Saya Nonton TV Lagi 

5 Alasan yang Membuat Sinetron Indonesia Semakin Membosankan. Produser dan Sutradara Perlu Lebih Kreatif!

Belum lagi saya terkaget-kaget ketika mendengar seorang balita berusia tiga tahun (masih tetangga saya) menyanyikan sebuah lagu milik Dewa 19. Saya menyanjung ngeri anak itu, sebab selera musiknya sangat berkualitas, menurut saya. Cek per cek, ternyata lagu tersebut adalah lagu opening sinetron Anak Jalanan. “Wadoh, pantas pale,” respon saya setelah tahu asal muasal hafalan lagu Dewa 19 oleh balita yang sempat mebuat saya terkaget-kaget tadi.

Saya bukan penggemar anak jalanan. Meski sudah lama tamat, tapi harus saya akui sinetron ini sangat membekas bagi masyarakat kampung saya. Lebih-lebih sosok Boy. Bagi bocah-bocah cilik, sosok Boy senantisa terabadikan. Entah dalam bentuk pakaian atau dalam bentuk pernak-pernik lainya. Bahkan, dalam dunia permainan geng-gengan ala anak jalanan, semua anak akan berebut siapa yang berperan jadi Boy.

Yang lebih menggelitik. Ketika seorang petani yang hendak ke ladang dengan mengendarai Ninja Rr atau Yamaha R25, setiap yang melihatnya pasti akan berucap, “Da mo pergimi lagi di ladang La Boy sana.” Padahal nama petani tersebut sesungguhnya bukanlah Boy. Cuman karena motor yang mirip-mirip motor Boy si Anak Jalanan, sehingga ia dipanggil Boy.

Ternyata setiap orang bisa menjadi Boy dikampung saya.Syaratnya, yang penting punya motor dan motornya masuk kriteria. Kalau sudah begini, kasian si Reva, ia pasti bingung memilih.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2022 oleh

Tags: Kritik Sosialmove onSinetronsinetron anak jalanan
La Ode Abdul Wahid

La Ode Abdul Wahid

ArtikelTerkait

Topi Tersayang_ Atribut Ikonik yang Wajib Dimiliki Generasi 90-an Pada Masanya terminal mojok

Topi Tersayang: Atribut Ikonik yang Wajib Dimiliki Generasi 90-an Pada Masanya

27 April 2021
Roti Tawar Mentega Tabur Gula Pasir Adalah Menu Sarapan yang Nikmatnya Abadi terminal mojok.co

Selain Viennetta, Roti Tawar Dioles Selai di Sinetron Juga Jadi Impian Masa Kecil

11 April 2020
ganteng dan cantik

Jangan Munafik, Hidup Memang Lebih Mudah Buat Orang Ganteng Dan Cantik

28 Juli 2019
Mengenang Sinetron dan Serial Awal 2000-an, Tontonan yang Jadi Tuntunan terminal mojok.co

Mengenang Sinetron dan Serial Awal 2000-an, Tontonan yang Jadi Tuntunan

11 Desember 2020
pelacur

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur!

5 Agustus 2019
resign

Bagi Para Karyawan, Semua Akan Resign Pada Waktunya

19 Juni 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

3 Alasan Berkendara di Jalanan Jombang Itu Menyebalkan

14 Desember 2025
Toyota Vios, Mobil Andal yang Terjebak Label "Mobil Taksi"

Panduan Membeli Toyota Vios Bekas: Ini Ciri-Ciri Vios Bekas Taxi yang Wajib Diketahui!

18 Desember 2025
Solo Gerus Mental, Sragen Memberi Ketenangan bagi Mahasiswa (Unsplash)

Pengalaman Saya Kuliah di Solo yang Bikin Bingung dan Menyiksa Mental “Anak Rantau” dari Sragen

13 Desember 2025
Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

Hal-hal yang Harus Diketahui Calon Perantau sebelum Pindah ke Surabaya agar Tidak Terjebak Ekspektasi

18 Desember 2025
Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

Boleh Membanggakan SCBD Jogja, tapi Jangan Lupakan Gamping dan Mlati Sleman yang Akan Menjadi The Next SCBD Jogja Barat

19 Desember 2025
Bali, Surga Liburan yang Nggak Ideal bagi Sebagian Orang

Pengalaman Motoran Banyuwangi-Bali: Melatih Kesabaran dan Mental Melintasi Jalur yang Tiada Ujung  

19 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”
  • Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah
  • Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia
  • Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka
  • Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran
  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.