Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

MasterChef Indonesia Season 11 Benar-benar Sukses. Sukses Jadi Hujatan, Maksudnya

Erma Kumala Dewi oleh Erma Kumala Dewi
28 November 2023
A A
MasterChef Indonesia Season 11 Benar-benar Sukses. Sukses Jadi Hujatan, Maksudnya

MasterChef Indonesia Season 11 Benar-benar Sukses. Sukses Jadi Hujatan, Maksudnya (Pixabay.com)

Share on FacebookShare on Twitter

Yang unik dari reality show adalah, ia bisa menampilkan hal nyata dan palsu di waktu yang bersamaan. Embel-embel “reality” tak punya makna tegas. Pada akhirnya, ia tetaplah acara yang geraknya diatur oleh pemiliknya. MasterChef Indonesia musim 11, adalah contoh terbaik akan hal itu.

Kiki boleh jago dan jadi pujaan semua penonton, tapi juri (dan mungkin tim di balik acara tersebut) memutuskan bahwa Belinda lah yang jadi juara. Hal ini bikin ribut lini masa media sosial mana pun. Kecuali Tinder, tentu saja.

Ribut-ribut ini, memunculkan asumsi bahwa MasterChef Indonesia tampak mengunggulkan Chindo. Gara-gara itulah, bolanya begitu liar. Mulai dari meme MasterChindo, hingga orang-orang bawa-bawa tragedi 98 ke perdebatan.

Yang tragedi 98 kelewatan sih. Rasis kok bangga.

Track Record Juara MCI Season 1-11

Jika dirunut ke belakang, juara satu MasterChef Indonesia memang (kebetulan) diisi oleh orang Chindo. Pola ini seolah konsisten sejak musim pertama MasterChef Indonesia 12 tahun lalu.

Sebenarnya nggak ada salahnya juga. Toh beberapa dari mereka memang membuktikan dirinya layak menjadi juara. Misalnya saja yang paling ikonik ada Ibu Desi Trisnawati dari musim 2 yang tampil memukau dengan memenangkan 17 tantangan selama berkompetisi di galeri MCI. Ada juga William Ghozali yang sukses berkarier sebagai content creator masak-memasak di sosial media. Yang namanya kompetisi, tak mengenal ras, harusnya. Jago ya jago aja, kalau kebetulan dari satu ras yang sama, ya cukup anggap itu kebetulan.

Pola yang bikin curiga

Sayangnya pola juara MasterChef yang terus-menerus diisi peserta beretnis China akhirnya menyisakan cela. Di musim 11 ini misalnya. Kiki dianggap lebih layak menjadi juara 1 sebab ia sudah mencuri perhatian pemirsa akan prestasinya. Ide-idenya dalam menciptakan hidangan terbilang brilian dan kreatif. Ia selalu berhasil memadukan masakan-masakan nusantara dengan konsep internasional. Siwon saja sampai suka.

Pada grand final musim ini, Kiki sekali lagi tampil memukau dengan kemampuan terbaiknya. Ia menuai banyak pujian dari juri untuk setiap hidangan yang dibuatnya. Namun sayang pujian tinggal kata-kata pemanis bibir saja, nyatanya poin yang diberikan tidak sebaik itu. Tentu saja hal ini memantik tanda tanya besar penonton. Kesannya terlalu dipaksakan bahwa Belinda harus lebih unggul dari Kiki.

Baca Juga:

MasterChef Indonesia Season 12 Jadi Seru karena Ada Rudy Choirudin: Bukti Juri Nggak Cuma Bisa Nge-judge

Dear Pak Zulhas, Bapak dan Partai Bapak Tolong Jangan Sering-sering Bikin Emosi

Beberapa kontroversi lain yang jadi sorotan pada grand final MasterChef musim ini adalah momen Kiki membantu Belinda memotong daging yang tidak ditayangkan di TV. Momen yang terpotong ini diketahui dari unggahan Kiki di akun Instagram pribadinya. Kok bisa-bisanya peserta yang masih butuh bantuan malah keluar jadi juara?

Selain itu cara Belinda yang menyajikan makanan dari depan juga turut menuai kritik. Masa iya lulusan internasional nggak tau cara menyajikan makanan yang benar? Sekilas memang sepele, tapi ya dalam kompetisi, kesalahan kecil inilah yang justru kerap menghukum. Lagipula komentar hidangan Kiki pun cenderung lebih baik daripada Belinda.

Adanya tantangan tim juga membuat gelaran final musim 11 semakin aneh saja. Seharusnya kompetisi final cukup mengadu kemampuan antara dua orang. Kehadiran tim justru berpotensi besar membuat penilaian bias. Sebab anggota tim yang tepat akan menguntungkan kontestan, sedangkan tim yang salah malah akan membebani kontestan. Tolong deh, untuk ke depannya jangan diulang lagi bikin tantangan tim di babak final.

Bukan pertama kalinya MasterChef Indonesia dianggap mengunggulkan kontestan Chindo

Kiki bukan satu-satunya peserta yang menjadi korban dramatisasi MasterChef Indonesia. Di musim 7 ada Nindy yang tersingkir secara mengenaskan. Bayangin deh, Nindy adalah peserta pertama yang lolos ke final tapi ia harus berkompetisi dengan 2 kontestan lainnya lagi. Sialnya dalam babak penyisihan ke final yang sebenarnya Nindy malah tersingkir. Padahal dalam perjalanan MasterChef musim ketujuh, Nindy bukanlah peserta yang kaleng-kaleng. Kemampuannya kerap mendapat pujian para juri, bahkan menjadi salah satu peserta paling menonjol yang saya kira akan menang.

Di musim 8 ada Lord Adi yang begitu memorable. Ia tidak memiliki latar belakang pendidikan kuliner seperti teman-temannya, namun berhasil tampil mengejutkan di setiap tantangan. Kemampuan memasaknya di setiap kompetisi selalu meningkat. Ia berhasil mengeksekusi hidangan secara cepat dan rapi. Bahkan ide-idenya yang di luar nalar kerap membuat juri terkesan. Gara-gara keberadaan Pak Suhaidi Jamaan ini MCI musim 8 menjadi semakin seru dan penuh kejutan. Sayang ia harus gugur di babak Top 3 karena dessert yang keasinan.

Inkonsistensi penilaian MasterChef yang harus diperbaiki

Saya menyadari betul jika kompetisi memasak macam MasterChef sangat berbeda dengan kompetisi bakat lainnya yang bisa dinilai langsung hasilnya oleh banyak. Kompetisi memasak mengandalkan indra pengecap untuk menilai, jadi pada akhirnya memang hanya juri yang benar-benar tau nilai asli makanan tersebut. Sebagai penonton, kita hanya bisa menilai visual hidangan, teknik memasak peserta, dan menerka-nerka hasil kerja keras peserta dari komentar para juri. Bisa jadi menurut kita pesertanya bagus, tapi ternyata masakannya kurang sip.

Maka dari itu, komentar juri adalah kunci dari kompetisi semacam ini. Saya rasa juri nggak sebegitunya berbohong ketika menilai masakan peserta. Lagipula mereka adalah orang-orang yang punya latar belakang pendidikan kuliner dan sudah punya jam terbang tinggi dalam dunia kuliner.

Yang saya sayangkan adalah inkonsistensi penilaian juri. Kenapa nilai yang diberikan tidak sinkron dengan komentarnya? Seharusnya kalau memang skornya rendah jangan memberi komentar yang bagus-bagus. Jatuhkan saja sekalian biar kesannya nggak memaksakan memenangkan salah satu pihak. Begitupun sebaliknya, kalau mau memberi skor yang tinggi ya jangan malu-malu memuji peserta. Lagipula nggak akan ketahuan kok kalau kami lagi dibohongi. Sebab sebagai pemirsa yang nggak ikut mencicipi masakan, kita hanya menilai berdasarkan apa-apa saja yang disampaikan juri.

Perlu diingat bahwa ada kata show dalam reality show. Acara ini, pada akhirnya memang sukses sebagai show. Ia dibicarakan orang, dikenang hingga waktu yang lama. Tapi jujur saja, untuk MasterChef Indonesia, saya rasa tak akan dikenang sebagai acara yang menyenangkan, untuk waktu yang lama.

Penulis: Erma Kumala Dewi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA MasterChef Indonesia Ngebosenin, Sudah Saatnya para Juara Diadu Kembali

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 November 2023 oleh

Tags: belindachindokikikontroversiLord AdiMasterChef Indonesia
Erma Kumala Dewi

Erma Kumala Dewi

Penggemar berat film kartun walaupun sudah berumur. Suka kulineran dan kekunoan.

ArtikelTerkait

Keteladanan Lord Adi, Idola Penakluk Chef Arnold dan Chef Juna yang Perlu Kamu Tiru! terminal mojok.co

5 Kegiatan yang Sebaiknya Dilakukan oleh Lord Adi setelah Gagal Masuk Grand Final MasterChef Indonesia

23 Agustus 2021
MasterChef Indonesia, Ajang Pencarian Bakat yang Semakin Kehilangan Sentuhan

MasterChef Indonesia, Ajang Pencarian Bakat yang Semakin Kehilangan Sentuhan

9 Februari 2023
lomba meme

Ada Apa dengan Lomba Meme Kemdikbud?

6 Agustus 2019
lucinta luna

Apa Salahnya Belajar dari Lucinta Luna?

6 Agustus 2019
Kontroversi King the Land dan Blundernya Drama Korea: Nggak Tobat-tobat dari Rasisme

Kontroversi King the Land dan Blundernya Drama Korea: Nggak Tobat-tobat dari Rasisme

14 Juli 2023
Dear Pak Zulhas, Bapak dan Partai Bapak Tolong Jangan Sering-sering Bikin Emosi

Dear Pak Zulhas, Bapak dan Partai Bapak Tolong Jangan Sering-sering Bikin Emosi

22 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

Nasi Goreng Palembang Nggak Cocok di Lidah Orang Jogja: Hambar!

1 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

Menambah Berat Badan Nyatanya Nggak Sesederhana Makan Banyak. Tantangannya Nggak Kalah Susah dengan Menurunkan Berat Badan

29 November 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Solo seperti Saya Kaget ketika Mampir ke Semarang

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.