Saat saya lagi nyari bahan untuk tulisan di Twitter, ndilalah saya ketemu dengan tulisan Mas Nasrulloh Alif Suherman tentang saran agar Leon Alvinda Putra nggak jadi artis jalur aktivis. Alasan yang dikemukakan memakai landasan ilmu sejarah yang dapat terulang dengan pola dan waktu berbeda.
Pada tulisan tersebut, sejarah yang berulang mengacu pada peristiwa yang dulu-dulu sempat terjadi. Kalau nggak salah, sih, yang pas isu reformasi dikorupsi. Kalau nggak salah loh, ya. Nah, dalam isu tersebut, kan sudah jadi rahasia umum ada beberapa orang yang mendapat sorotan lebih. Entah dari media ataupun dari masyarakat.
Ramai banget, loh, isu yang reformasi itu. Di channel YouTube-nya Mbak Najwa saja, video yang membahas “ujian reformasi” tersebut mendapatkan tiga belas juta penonton. Bayangkan, segede apa sorotan terhadap abang-abang mantan Ketua BEM yang diundang ke sana. Pasti gede banget. Itu baru di satu kanal, belum koran dan beberapa media lain.
Berhubung yang diundang dan mendapat banyak atensi publik adalah mantan ketua BEM UGM dan ITB, berarti yang dikatakan jadi artis jalur aktivis oleh Mas Alif dalam tulisannya ya salah satu atau salah dua dari mantan ketua BEM tersebut. Kalau yang saya ketahui, sepertinya hanya salah satunya, yakni yang ketua BEM UGM.
Kalau nggak salah namanya Fathur yang sekarang sudah memiliki 1,2 juta follower di Instagram. Jangankan hanya untuk swipe up, untuk bikin partai kayaknya udah bisa. Dan inilah yang mungkin ditakutkan oleh Mas Alif bahwa Leon Alvinda Putra, nantinya akan menjadi seperti mantan ketua BEM UGM tersebut.
Saya heran, kenapa hal yang bagus begituan malah nggak dibolehin? Padahal boleh banget kok jadi artis jalur aktivis. Pasalnya begini, coba saja kalian lihat deh aktivitas Fathur itu ngapain aja. Di Instagram-nya, dia sering membagikan video waktu lagi ngaji. Kan, bagus tuh. Ada anak muda, keren, gagah, dan pinter, masih bisa ngaji.
Sebuah prestasi yang mungkin jarang banget bisa didapatkan oleh cah-cah kiwari lainnya. Dengan dia membagikan konten tersebut, siapa tahu makin banyak yang berminat untuk ngaji dan memperdalam ilmu agamanya. Dan ini bisa dicapai, dengan jalan artis jalur aktivis tadi. Kenapa malah nggak boleh?
Selain itu, Fathur juga sering memberikan motivasi kepada anak-anak seumurannya. Tahu sendiri kan kalau yang seangkatan ataupun yang seumuran Fathur masih banyak yang klemar-klemer ora sat-set dan punggungnya sering sakit lantaran keseringan rebahan. Mungkin saja, dari konten motivasi, semangat, inspirasi, dan segala hal yang dibagikan oleh Fathur dalam media sosialnya, bisa menggerakkan banyak sekali anak muda klemar-klemer untuk bangkit dari kebiasaan yang nggak baik. Lantas, letak salahnya di mana?
Tak hanya ngaji dan memberikan motivasi. Fathur ini juga sering menggalang dana dan pergi ke tempat-tempat tertentu untuk membagikan sembako dan memberikan bantuan. Galang dana, kalau yang mengumpulkan adalah orang-orang dari bidang dana dan usaha alias danus di organisasi, saya sangat yakin orang-orang akan jarang memberikan bantuan. Coba kalau dia sosok entah artis atau siapa pokoknya yang terkenal minta galang dana, pasti langsung banyak yang memberikan.
Dengan makin banyak orang yang mendonasikan hartanya lewat Fathur, secara otomatis lingkup pemberian sembako atau bantuan ke orang-orang menjadi lebih luas. Dan, apa iya yang begitu salah? Wong orang kasih bantuan, kok, salah. Kalau yang nyolong dana bantuan, itu baru salah.
Apalagi nih, kalau misalkan Fathur tetep dengan jalur aktivis yang banyak “rintangan” menghadang, usahanya untuk memberikan semacam pertolongan kepada rakyat itu ya jadi kurang maksimal. Mending yang nyata saja, langsung kasih sembako atau langsung kasih bantuan dalam bentuk apa pun. Itu lebih jelas dan langsung mengena pada segmen masyarakat yang jelas. Coba kalau masih teriak-teriak, ya, masyarakatnya nggak bakal dapat bantuan seperti yang telah dilakukan.
Itu semua terjadi gara-gara apa? Ya, karena Fathur itu udah jadi artis jalur aktivis. Jadi, kalau misalkan nanti Leon Alvinda Putra itu mau memilih jalan artis lewat jalurnya yang sekarang, ya nggak masalah. Toh, dia bisa langsung terjun ke masyarakat, nggak usah pakai acara mengubah sistem dari dalam, memperjuangkan idealisme dan ya, yang sejenis, lah. Kejauhan.
Mending langsung jadi artis, duitnya banyak, banyakin sedekah. Atau, kalau masih nggak punya duit sendiri, yaudah, galang dana, berharap ada yang donasi, kalau ada langsung aja gas ke masyarakat. Lebih simpel, sederhana, singkat, padat, dan jelas. Daripada ntar ngikut di pusaran politik, lha kalau jalur sana malah tambah gronjal-gronjol dan curam. Medeni. Bisa-bisa, malah keikut budaya yang sudah mencengkram di dalamnya.
Mending jadi artis aja, walaupun jalurnya aktivis. Makan dari duit sendiri, memberi bantuan dari duit sendiri. Jadi, sekali lagi, nggak apa-apa kok jadi artis jalur aktivis, peluang besar begitu jangan mau disia-siakan. Eman-eman, lho~
BACA JUGA Emangnya Kenapa kalau Mas Fathur Jadi Tukang Endorse? dan tulisan Firdaus Al Faqi lainnya.