Malang memang tempat “larinya” orang Surabaya, tapi perhatikan dulu lalu lintasnya, biar kalian nggak sekaget saya waktu berkunjung ke kota ini
Bagi masyarakat Surabaya, panorama penuh sesak metropolitan merupakan pemandangan awam yang dijumpai setiap hari. Lengkap dengan segala kemajuan infrastruktur dan fasilitas publik, membuat ibu kota Jawa Timur ini dipandang sebagai wilayah yang cocok untuk meraup pundi-pundi rupiah dan mengais pendidikan.
Hal itu semua ditunjang oleh transportasi publik yang kini bervariasi. Ada Suroboyo Bus yang menawarkan fasilitas super memadai dengan tarif terjangkau, hingga feeder Wira Wiri yang ramah untuk para lansia.
Kendati demikian, keseharian yang memabukkan di Kota Pahlawan justru membuat para penghuninya sering kali merasa penat. Nah, apabila kepenatan tersebut sudah berada di ujung tanduk, para pelancong dan masyarakat Surabaya pasti akan menyepakati satu hal: Kota Pahlawan sama sekali tidak memiliki destinasi wisata. Klaim berlebihan memang, tapi mungkin (agak) ada benarnya.
Sebagai salah satu perantau asli Gresik yang sudah menetap di Kota Pahlawan kurang lebih tiga tahun, saya akhirnya menyadari mengapa suara mayoritas memberikan pernyataan demikian.
Sebenarnya, Kota Surabaya sendiri memiliki alternatif wisata hiburan. Sebut saja, Kenjeran Park. Dulunya, destinasi satu ini menjadi primadona di kalangan masyarakat Surabaya. Namun kini, kenpark hanya menjadi sebuah taman hiburan terbengkalai, dengan jumlah wisatawan yang terus menurun setiap harinya.
Daftar Isi
Malang, tempat “lari” orang Surabaya
Menyiasati kepenatan ini, masyarakat Surabaya seringkali melarikan diri pada opsi yang sama: liburan sejenak ke Malang.
Bagaimana tidak, hawa sejuk dan panorama menenangkan yang dijumpai di kota apel menjadi daya tarik tersendiri yang tidak akan bisa diperoleh di kota pahlawan. Suasananya tuh, asli, bikin nagih pake banget, deh!
Saya sendiri mengalami perasaan membuncah itu. Aduh, sumpah, main ke Malang setelah satu semester penuh berjibaku dengan perkuliahan tuh, kayak buka puasa setelah nahan makan berbelas-belas jam.
Namun, semua kesenangan itu sedikit banyak terhalang dengan satu hal yang saya temukan di Malang. Lalu lintas di kota ini lebih dari mampu bikin kamu geleng-geleng kepala.
Pengendara yang kesabarannya setipis tisu dibagi dua
Jujur saja, saya sendiri cukup tercengang ketika melihat lalu lintas kota Malang. Buat kalian yang setiap hari berkendara di kota ini, asli, skill berkendara kalian perlu diacungi jempol.
Kala itu, saya dan teman-teman sedang berkendara menggunakan motor menuju Alun-alun Batu. Dari kos teman saya, sudah nggak terhitung deh berapa kali kami diklakson sama pengendara lain. Padahal, kami menggunakan kecepatan yang nggak begitu lambat, kurang lebih 60 km an lah, dan ngambil jalur kiri. Sengaja memberi jalan bagi pengendara lain yang memang butuh berkendara dengan kecepatan super.
Iya-iya itu di Batu, tapi kan masih bagian Malang Raya, hehehehe.
Ndilalah, kami diklakson terus. Belum lagi salipan super cepat baik dari sisi kanan maupun sisi kiri yang kayanya cuma seukuran berapa jengkal tangan itu. Hal ini pun diamini teman saya yang menetap di Malang. Katanya, ia sendiri malas berkendara jauh di kota ini. Ngeri, euy. Udah paling bener pake motor buat ke kampus aja.
Lampu merah belum hijau, tapi semua pengendara rebutan melanggar lalu lintas
Udah lah nggak sabaran dan suka ngebel semaunya, ada problem lain yang juga saya sayangkan dari lalu lintas kota Malang. Ketika dalam perjalanan pulang menuju Surabaya, kawan-kawan saya mengantar hingga ke terminal. Tentu saja, naik sepeda motor kesayangan mereka.
Namun, mata saya benar-benar terbelalak ketika melihat lalu lintas di daerah arjosari. Beuh, lampu lalu lintas perempatan masih menunjukkan warna merah, sabar dulu, lah. Eh, tiba tiba, segerombolan motor dari arah belakang kami dan jalur seberang, bersamaan melintasi perempatan yang cukup besar itu.
Sontak, suara nyaring yang berasal dari klakson pengendara itu bergaung di jalanan. Ya, bagaimana tidak, semua pengendara berlomba-lomba saling mendahului. Sumpah, ngeri banget, bray.
Sebagai warga Surabaya yang tiap hari juga berjibaku dengan lalu lintas penuh sesak, rasa-rasanya pengalaman berkendara di Malang ini sangat berbeda daripada di Surabaya. Betul, sama-sama macet, tapi mungkin ekspektasi saya pada Malang ketinggian. Tempat wisata jujugan utama warga Kota Pahlawan ternyata tak seindah yang di angan.
Penulis: Chusnul Awalia Rahmah
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Alasan Orang Surabaya seperti Saya Ogah Liburan ke Malang