Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Pojok Tubir

Maklumi Saja Pejabat Marah-marah, kalau Nggak Gitu, Nggak Laku

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
4 Oktober 2021
A A
pejabat marah-marah

pejabat marah-marah

Share on FacebookShare on Twitter

Maklumi saja kalau pejabat marah-marah, itu emang udah diatur.

Jujur, saya paling muak setiap dengar ungkapan “pejabat adalah pelayan rakyat”. Jika mereka memang fokus melayani, mengapa mereka sibuk membangun image agar dipercaya rakyat? Berapa banyak uang yang mereka hamburkan agar memiliki citra yang mampu membeli suara masyarakat?

Nah, bicara membangun image pasti banyak cara. Ada yang berlagak lucu dengan posisi bangau. Ada yang doyan membantu orang di pinggir jalan, meskipun selalu diikuti kamera juga. Tapi, ada satu resep membangun image yang jadi template banyak calon pejabat: marah-marah.

Mungkin pelopornya bisa dibilang Basuki Tjahaja Purnama (BTP). Sosok yang rebranding dari citra Ahok ini memang terkenal doyan marah. Meskipun masalah hukumnya karena kepeleset lidah (dan dipolitisir), toh citra marah-marah BTP telah melekat dalam benak masyarakat Indonesia.

Banyak pejabat yang mulai mengikuti jejak BTP. Dari Ganjar Pranowo sampai yang barusan Tri Rismaharini menunjukkan emosi meledak yang kebetulan tertangkap kamera. Rakyat mulai banyak bicara tentang metode marah-marah ini. Banyak yang mendukung karena menunjukkan ketegasan dan kekuatan seorang pemimpin. Tapi, tidak sedikit yang mengecam marah-marah para pejabat ini.

Tapi, saya melihat ini dari sisi marketing. Suka tidak suka, pejabat marah-marah punya nilai jual lebih di mata rakyat. Dan nilai jual ini sangat membantu para pejabat dan calon pejabat untuk merebut hati rakyat.

Seperti yang sudah saya bilang, pejabat akan selalu membangun branding yang menarik bagi rakyat. Mau apa pun program kerja mereka, yang diingat adalah urusan pejabat marah-marah. Mau segagal apa mereka menekan angka penularan Covid-19, yang diingat tetap pejabat marah-marah. Tidak percaya? Apakah Anda ingat apa program kerja Jokowi saat debat pilpres? Tapi, Anda ingat kan marah-marah blio saat ada ledakan Covid-19?

Sebenarnya, marah-marah ini bagian dari brand positioning para pejabat ini. Kalau Anda asing dengan istilah ini, brand positioning adalah istilah dalam marketing. Menurut Philip Kotler, brand positioning adalah tindakan merancang penawaran dan citra perusahaan untuk menempati tempat berbeda di benak pasar sasaran.

Baca Juga:

Saya Menduga Branding Lamongan Adalah Jalan Rusak, karena Sampai Sekarang Tidak Diperbaiki, Seakan-akan “Dipelihara”

Isu Ijazah Jokowi Palsu Adalah Isu Goblok, Amat Tidak Penting, dan Menghina Kecerdasan, Lebih Baik Nggak Usah Digubris!

Tujuannya tentu membangun trust dan ikatan pasar dengan perusahaan. Ikatan ini bisa diolah menjadi leads, dan nantinya bisa menjadi sale perusahaan. Nah, itulah yang terjadi saat pejabat marah-marah.

Terlepas dari karakter pribadi, marah-marah bisa menempati tempat berbeda di benak rakyat. Ketika pejabat menunjukkan emosi dengan kata kasar dan suara keras, benak kita akan terpatri dengan gimmick ini. Bahkan bisa lebih jauh dengan mengidentifikasikan marah-marah dengan pejabat. Misal, “kamu marah-marah terus kayak Risma”.

Selain itu, potensi sebuah kejadian viral bisa muncul dari marah-marah ini. Cuplikan video marahnya Risma dan pejabat lain lebih cepat tersebar di media sosial. Lebih cepat daripada isi program kerja dan laporan kerja mereka. Dengan jadi viral, exposure ikut naik. Orang yang tidak kenal Ganjar ikut mengenal karena video marah-marah blio jadi viral. Bagus sih, biar orang-orang bisa membedakan mana Ganjar mana Hatta Rajasa.

Tapi, kenapa marah-marah? Apakah tidak bisa dengan cengengesan atau candaan ala Mas Agus Mulyadi? Sayang sekali, tapi marah-marah lebih laku ketika bicara politik.

Marah-marah menunjukkan kesan kuat dan sulit dipatahkan. Selain itu, marah-marah memicu rasa takut dalam benak masyarakat. Dan jelas, marah-marah bisa mereduksi citra lain: tidak profesional, pemalu, lemah, sampai bodoh.

Bahkan saat seorang pemimpin mulai goyah, marah-marah sering jadi alat penyelamat posisi yang ampuh. Toh Bung Karno pernah memakai metode ini dengan Dwikora. Ketika posisi blio di puncak pemerintahan mulai dipertanyakan, kemarahan pada Malaysia dan Inggris sukses mempertahankan posisi ketika terhantam krisis.

Apalagi kalau kita bicara konsep kepemimpinan dalam lingkup negara. Otoritas yang kuat akan membangun kepercayaan masyarakat. Dan kekuatan otoritas selalu ditunjukkan dengan tipe-tipe teror. Entah marah, subversif, sampai penculikan. Tidak usah munafik, Pak Harto saja bertahan 32 tahun dengan branding yang demikian.

Jadi saya makin memaklumi pola pejabat marah-marah. Mau tingkat keluarga sampai negara, teror dengan marah-marah masih laku sebagai personal branding. Mau dihujat macam apa pun, kan yang penting laku.

Boleh dibilang inilah softskill yang harus dimiliki pejabat dan calon pejabat. Marah-marah adalah dagangan paling laku di media yang haus sesuatu yang viral. Dan exposure dari media ini memperkuat personal branding para pejabat ini. Melampaui kinerja sampai ketololan mereka saat ditanya sesuatu yang krusial.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 4 Oktober 2021 oleh

Tags: ahokbrandingelektabilitasJokowipejabat marah-marahrisma
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

menag

Sudahi Ramai Menag RI, Ini Upaya Pak Jokowi Biar Nggak Monoton

25 Oktober 2019
Nasib Punya Pacar Buzzer Pemerintah Sedangkan Saya Adalah Fans Sandiaga Uno terminal mojok.co

Nasib Punya Pacar Buzzer Pemerintah Sedangkan Saya Adalah Fans Sandiaga Uno

1 Februari 2021
Surat Harapan untuk Mas Kaesang: Jualan Pisang Aja Mas, Jangan Ikutan Nyalon

Surat Harapan untuk Mas Kaesang: Jualan Pisang Aja Mas, Jangan Ikutan Nyalon

21 Desember 2019
kabut asap

Kalap Berkat Kabut Asap

19 September 2019
Pesan yang Bisa Jokowi Petik dari Tangisan Kim Jong-un di Depan Publik kim jong un menangis korea utara DPRK mojok.co

Pesan yang Bisa Jokowi Petik dari Tangisan Kim Jong-un di Depan Publik

18 Oktober 2020
aksi 22 mei

Kenapa Kita Susah Menerima Aksi Damai 22 Mei Apapun Alasannya

24 Mei 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

1 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka Mojok.co

Tidak seperti Dahulu, Jalanan di Solo Kini Menyebalkan karena Semakin Banyak Pengendara Nggak Peka

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana
  • Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.