Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Hewani

Makin Banyak Membaca, Ternak Lele Makin Realistis Saja

Gusti Aditya oleh Gusti Aditya
11 September 2020
A A
semakin banyak membaca buku filsafat, memilih ternak lele semakin realistis mojok.co

semakin banyak membaca buku filsafat, memilih ternak lele semakin realistis mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Makin lama, ternak lele tak lagi jadi sekadar kelakar. 

Ketika ribuan orang menyiapkan perlengkapan menyambut Lebaran, saya justru menyiapkan jawaban. Jawaban bukan sembarang jawaban, ketika orang lain ditanya kapan nikah atau kapan lulus, pertanyaan yang diajukan kepada saya lebih sentimentil: “Masih percaya Tuhan?”

Pertanyaan itu memang guyon, mereka mencandai saya yang kuliah di Jurusan Filsafat. Tapi guyonan tersebut udah jadi template tiap tahun. Se-template guyonan khas puasa, “Duh, jam segini liat kecoak kayak kurma” atau guyonan template tahun baru, “Nanti jam 12 ke kamar mandi, keluar-keluar udah setahun, xixixi~.”

Perkara kuliah memang sentimentil buat saya, apalagi menengok seluruh saudara jauh meneruskan profesi turun-temurun keluarga, yakni bertani. “Hobi baca, bikin pinter. Hobi kerja bikin sugeh,” begitu kata paman saya suatu kali.

Saya tidak percaya konsep salah jurusan. Yang ada adalah kapasitas otak yang tidak bisa melaju seirama dengan kawan-kawan saya yang pandai. Sebenarnya saya ini pintar, semisal kawan-kawan saya yang lebih pintar nggak masuk di fakultas yang sama. Sesederhana itu. Bagai hujan yang datang tiba-tiba, terabas saja.

Di dunia kuliah saya bertemu dengan tokoh-tokoh yang saya anggap hebat. Terserah orang lain mau sepakat apa nggak. Mulai dari Yu Par hingga Puthut EA, dari obrolan satpam kampus hingga petuah Eka Kurniawan, semua bercampur di dalam kepala saya. Saya tak pandai menjilat, namun hadirnya mereka memberikan asa untuk tetap melanjutkan kuliah dan terus membaca.

Walau saya melihat mereka, mereka tidak melihat saya; atau walau saya mendengarkan mereka tanpa mereka tahu sedang saya dengarkan, saya nggak peduli babar blas. Yang terpenting, semua pengetahuan dari kampus itu bisa jadi bahan bakar cerita saya di kampung. Mereka tak tahu siapa itu Eka Kurniawan atau Beni Satryo, tetap saja mulut ini panas membanggakan mereka. Lagi-lagi seperti hujan yang datang tiba-tiba, terabas saja.

Hingga suatu waktu datanglah peristiwa itu. Pemuda di kampung saya sudah bisa beli mobil pick-up untuk membawa olahan tempe produknya sendiri. Ada yang sudah menggendong bayi dan bercumbu mesra dengan bunga desa idaman. Sedangkan yang keluar dari mulut saya hanya cerita-cerita semu dari bangku kampus.

Baca Juga:

Ternak Lele Berujung Penyesalan, Tersiksa karena Bau Busuk Kolam dan Rasa Malu ketika Teman Berkunjung

Kegemaran Membaca Warga Jawa Tengah Juara Dua Se-Indonesia, Warga Demak Jelas (Bukan) Salah Satunya

“Idolamu yang bisa menulis itu, tidak bisa memberi kamu uang.”

“Buku yang kamu baca dari idolamu itu, hanya akan berdebu di pojok kamar tanpa menghasilkan apa-apa.”

Itu kata mereka, yang saya haluskan agar enak dibaca. Aslinya ya penuh dengan pisuhan guyon khas panglima cakruk. Mak tratap, saya jadi malu bercerita. Saya tidak salah jurusan, tapi sepertinya saya salah menerapkan ilmu yang saya terima.

Ah, peduli setan, walau kapasitas otak tak memadai, pun membaca tidak bisa jadi alat tukar membeli pick-up, saya nggak peduli. Saya hanya ingin menjadi bajingan yang menyenangkan. Bukan hanya cinta yang tidak pernah tepat waktu, jam tidur saya pun serupa meski tak sama.

Jiwa mbois saya semakin jadi ketika berkenalan dengan tokoh-tokoh imajiner. Gramsci, misalnya. Bukan meneladani pola pikirnya, saya malah pengin dipenjara. Biar bisa menulis catatan sepertinya, keluar-keluar dibukukan dan dijadikan kitab bagi mereka yang mau meneladani. Setelah dipikir-pikir, kalau saya dipenjara, keluar-keluar bukannya nerbitin buku, yang ada malah saya dicoret dari KK. Bonus susah bikin SKCK. Pol mentok jadi beban keluarga.

Niat masuk penjara saya urungkan. Saya ingin jadi buzzer, menengok fakta bahwa buzzer itu harus kuat mental walau isi otak dipertanyakan. Namun, niat itu kembali sirna setelah mengetahui fakta bahwa baca komen kemlinthi di Terminal Mojok saja saya sudah ngewel, apalagi jadi buzzer yang tiap hari adu jemari bersama mereka yang kebakaran nalar.

Jika selama pandemi ini kebanyakan manusia jadi pusing, agaknya berbeda untuk saya. Pandemi seperti ini memberikan saya jeda untuk tidak pusing. Selama menulis di Terminal Mojok, dinyek habis-habisan di kolom komentar, memberikan satu pelajaran penting: terkadang mundur teratur adalah pilihan tepat.

Yulia sudah beradu mesra dengan pasangannya, Rosaria sudah sibuk meniti kariernya, Avika pun telah berdamai dengan keadaannya, ya sudah, saya hanya bisa ternak lele. Terdengar aneh, namun selama pandemi ini saya merasakan batin terisi kembali walau baunya amis nggak karuan.

Sepetak tanah sudah digali dan disiapkan. Bukan untuk mengubur impian masa depan, lebih khusyuk lagi, galian tersebut akan dibuat kolam dengan benih-benih di dalamnya. Seperti apa yang dikatakan Wiji: disebar biji-biji, disemai menjadi api. Jika saya sedikit berbeda, disebar benih-benih, disemai menjadi pecel lele dan kemangi.

Saya mencoba menulis ketika senja sambil ngopi. Ya, pokoknya seperti junjungan anak masa kini, Fiersa Besari. Tapi saya tidak menemukan di mana asyiknya. Bukannya lancar ngetik, saya malah kena maag. Paling yahud memang ternak lele di halaman rumah. Tidak hanya memacu menulis, mambunya yang syahdu itu mampu memacu semangat untuk terus melahap lembar demi lembar sebuah buku.

Foto oleh Akhmad Fauzi via Wikimedia Commons

BACA JUGA Panduan Memulai Ternak Lele untuk Sarjana Filsafat dan tulisan Gusti Aditya lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 25 Oktober 2021 oleh

Tags: Membacasarjana filsafatternak lele
Gusti Aditya

Gusti Aditya

Pernah makan belut.

ArtikelTerkait

4 Golongan Peternak Lele Dilihat Dari Perilaku dan Metode Budidaya Yang Digunakan terminal mojok

4 Golongan Pelaku Ternak Lele yang Biasa Saya Jumpai

11 Januari 2021
4 Golongan Peternak Lele Dilihat Dari Perilaku dan Metode Budidaya Yang Digunakan terminal mojok

Ternak Lele Jangan Dicari Untungnya, Cari Keringatnya Saja

15 Juni 2021
Kegemaran Membaca Warga Jawa Tengah Juara Dua Se-Indonesia, Warga Demak Jelas (Bukan) Salah Satunya Mojok.co

Kegemaran Membaca Warga Jawa Tengah Juara Dua Se-Indonesia, Warga Demak Jelas (Bukan) Salah Satunya

17 Juli 2024
fiksi

Bacaan Kok Cuma Fiksi, Pasti Kerjaannya Mengkhayal Mulu!

2 Juli 2019
membaca

Katanya Minim Membaca, Tapi Merasa Mengetahui Segalanya

20 September 2019
Apa Itu Ternak Lele?! Sekarang Zamannya Ternak Username Media Sosial, Coy! terminal mojok.co

Apa Itu Ternak Lele?! Sekarang Zamannya Ternak Username Media Sosial, Coy!

13 Februari 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

Tinggal di Kabupaten Magelang: Dekat Borobudur, tapi Tidak Pernah Merasa Hidup di Tempat Wisata

18 Desember 2025
Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

Mojokerto, Opsi Kota Slow Living yang Namanya Belum Sekencang Malang, tapi Ternyata Banyak Titik Nyamannya

17 Desember 2025
Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

Keluh Kesah Mobil Warna Hitam. Si Cakep yang Ternyata Ribet

19 Desember 2025
Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

Tips Makan Mie Ongklok Wonosobo agar Nggak Terasa Aneh di Lidah

22 Desember 2025
Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Dosen Bukan Dewa, tapi Cuma di Indonesia Mereka Disembah

4 Hal yang Perlu Kalian Ketahui Sebelum Bercita-cita Menjadi Dosen (dan Menyesal)

17 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • 10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua
  • Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik
  • Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa
  • Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional
  • Dianggap Aib Keluarga karena Jadi Sarjana Nganggur Selama 5 Tahun di Desa, padahal Sibuk Jadi Penulis
  • Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.