Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus

Mahasiswa Mengamen buat Danus Itu Bunuh Rezeki Orang Lain

Prabu Yudianto oleh Prabu Yudianto
28 September 2021
A A
Divisi Acara Pantas Dinobatkan sebagai Kasta Tertinggi dalam Kepanitiaan organisasi kampus terminal mojok.co

Divisi Acara Pantas Dinobatkan sebagai Kasta Tertinggi dalam Kepanitiaan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Banyak hal positif yang saya syukuri selama pandemi ini. Pertama, tentu naiknya kesadaran masyarakat atas kesehatan. Kedua, saya bisa melihat Jogja yang selama ini dipuja-puja akhirnya ditelanjangi dan dipamerkan borok pembangunannya. Ketiga, karena saya melihat kreativitas masyarakat diasah untuk tetap hidup dan waras.

Keempat, tentu karena saya tidak lagi melihat mahasiswa mengamen dan jualan bunga mawar di perempatan jalan besar.

Jika Anda membaca tulisan saya sebelumnya, pasti Anda ingin nyinyir. “Lho bukannya situ membela pengamen yang mengganggu. Kok sama mahasiswa yang cari dana malah membenci? Standar ganda ya?” Jika Anda berpikir ini standar ganda, saya yakinkan bahwa Anda salah besar. Bukan standar ganda, tapi memang ada standar berbeda yang harus saya tekankan.

Mari kita bicara perkara mahasiswa dahulu. Kita bisa bersepakat bahwa mahasiswa adalah kelompok masyarakat yang diakui memiliki intelektualitas yang lebih. Dibanding dengan masyarakat umum, mahasiswa dipandang penuh percikan gagasan dan siap mempraktikkan langsung gagasan mereka demi masyarakat.

Tapi, saya melihat banyak mahasiswa keblinger dengan kebanggaan intelektualitas ini. Dan keblinger ini diejawantahkan dengan membunuh rezeki rakyat lain dengan kondisi ekonomi lemah. Tidak usah jauh-jauh bicara gagasan dalam level nasional. Sejak melakukan proyek dana usaha (danus) saja, mereka sering membunuh rezeki orang.

Yang saya maksud adalah mahasiswa mengamen dan jualan bunga tadi. Budaya danus yang berangsur kuno ini masih saja dilakukan. Dan mentalitas “uang mudah” dengan mengamen dan jualan di perempatan jalan ini benar-benar memuakkan, bahkan tidak manusiawi.

Mengapa mahasiswa mengamen saya sebut membunuh rezeki? Tentu karena para mahasiswa ini memang merebut mata pencaharian orang yang sudah kesulitan secara ekonomi. Mereka bersaing dengan para pengamen lain yang berusaha bertahan hidup.

Perkara jualan bunga di perempatan jalan juga sama saja. Mereka merebut ruang usaha orang lain yang jelas lebih membutuhkan daripada para mahasiswa. Namun, dengan semangat berapi-api mereka tetap berjualan tanpa ada rasa sesal.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Berbeda dengan mahasiswa mengamen, para pengamen dan penjual jalanan menggantungkan hidup mereka. Mereka mengamen untuk memenuhi kebutuhan hidup. Mereka jualan di bawah panas dan hujan untuk makan. Tidak ada mimpi-mimpi revolusioner selain untuk menyambung hidup di keesokan harinya.

Sedangkan para mahasiswa ini merebut lapak mereka dengan segala privilege. Dengan alat musik lengkap serta penampilan menarik, mereka merebut jatah hidup orang demi kepuasan semu ala pemuda penuh gagasan. Kalau tidak mendanai makrab, paling mendanai kegiatan kampus yang sifatnya tentu kalah genting ketimbang orang yang menyambung hidup.

Tentu kehadiran mereka menyingkirkan para pengamen “beneran” dari panggung peristiwa. Mereka saja datang penuh kesiapan, dan sering beramai-ramai. Para pengamen mungkin, mungkin lho ya, akan jiper di hadapan agen perubahan ini. Tidak ada persaingan sempurna antara pengamen dan mahasiswa yang mengamen. Yang ada panggung jalanan direbut muda-mudi yang harusnya memanfaatkan privilege dan potensi mereka bagi masyarakat.

Padahal para mahasiswa ini punya akses ke sumber daya kapital. Bermodal posisi mereka, mahasiswa bisa mengajukan proposal untuk acara mereka. Jangan mengeluhkan dana kampus yang kecil, soalnya emang nggak bakal gede dan nggak kepikiran ngasih gede. Kalian semua punya akses menuju pemodal. Mengamen Anda bisa dilakukan di depan pemodal dengan membawa bargaining power.

Jika tidak mampu (keterlaluan sih) ngamen dengan proposal, mahasiswa masih punya banyak privilege untuk mendanai kegiatan mereka. Mulai dari berjualan jasa atau barang, membuat webinar berbayar, sampai bersama-sama menulis di Mojok. Anda semua punya privilege yang lebih dari para pengamen.

Bahkan jika sudah mentok sampai ujung, Anda bisa menunda acara. Sedangkan para pengamen “beneran” tidak bisa menunda untuk makan sehari-hari. Bukankah ini common sense?

Kehadiran Anda di tengah laga para pengamen ibarat Presiden Jokowi tiba-tiba jualan bayam di pasar. Dengan privilege seorang presiden, tentu lapak lain bisa diredupkan dengan kharisma pemimpin atau ancaman ormas partai. Padahal para pedagang lain sedang berusaha mencintai takdir dan bertahan hidup.

Saya malah jadi malu sendiri. Apakah sebatas ini saja kemampuan agent of change? Apakah hanya uang mudah yang dipertimbangkan mahasiswa saat mencari dana? Atau memang mahasiswa sudah sebegitu menyedihkan, sampai harus mendorong mata pencaharian orang dari panggung danus mereka?

Jika memang benar demikian, yah mau bagaimana lagi. Berarti mahasiswa ini telah merusak mental perubahan dan berbagai privilege yang mereka miliki. Semua demi kesan bekerja keras dan eksis selayaknya aktris.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 28 September 2021 oleh

Tags: danusMahasiswamengamenproposal
Prabu Yudianto

Prabu Yudianto

Penulis kelahiran Yogyakarta. Bekerja sebagai manajer marketing. Founder Academy of BUG. Co-Founder Kelas Menulis Bahagia. Fans PSIM dan West Ham United!

ArtikelTerkait

Enaknya Kuliah di Politeknik, Mahasiswa Universitas Nggak Akan Pernah Merasakannya

Enaknya Kuliah di Politeknik, Mahasiswa Universitas Nggak Akan Pernah Merasakannya

16 Oktober 2025
Kalau Bikin Kajian Strategis BEM, Tolong Referensinya Jangan Makalah Anak SD kastrat BEM kampus makalah APA style mojok.co

Jurus Ngeles Mahasiswa Biar Nggak Ngumpulin Tugas

26 Juni 2020
ikut demo

Kamu Ikut Demo Karena Kritis atau Latah?

25 September 2019
Society of Spectacle

Jadilah Society of Spectacle yang Baik dan Tidak Meresahkan

24 September 2019
takmir kampus

Tugas Takmir Kampus yang Jarang Diketahui Orang

6 Agustus 2019
Sisi Gelap Jurusan Pertanian: Mahasiswa Rela Membunuh Hewan Pengganggu Tanaman hingga Meracuni Ikan

Sisi Gelap Jurusan Pertanian: Mahasiswa Rela Membunuh Hewan Pengganggu Tanaman hingga Meracuni Ikan

12 Agustus 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

5 Alasan Danau UPN Veteran Jatim Adalah Tempat Nongkrong Paling Romantis Sekaligus Paling Mlarat

2 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.