Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

Mahasiswa Bukan Agen Perubahan Tapi Agen Perebahan dan Perghibahan Dosen

Moh Rivaldi Abdul oleh Moh Rivaldi Abdul
9 Maret 2020
A A
agen perubahan

Mahasiswa Bukan Agen Perubahan Tapi Agen Perebahan dan Perghibahan Dosen

Share on FacebookShare on Twitter

Agen perubahan, demikian sebutan keren bagi para pelajar di Perguruan Tinggi. Kaum muda intelektual yang menjadi harapan masa depan bangsa. Harapan untuk menggantikan elite-elite bangsa yang sudah berkarat oleh kepentingan dirinya. Mahasiswa adalah tongkat estafet perjuangan bangsa Indonesia.

Demikianlah wejangan singkat yang umum disampaikan oleh mahasiswa senior kepada para mahasiswa baru. Bahwa mahasiswa adalah agen perubahan. Entahlah apa yang mau diubah? Mungkin status sebagai pelajar dari siswa menjadi mahasiswa.

Sewaktu saya masih mahasiswa, rasa-rasanya kalimat-kalimat keren dalam pembahasan “mahasiswa dan tanggung jawab sosial” terlalu berat untuk dipikulkan di pundak mahasiswa sekarang, yang kulitnya kena pancaran sinar matahari saja sudah takut. Bahkan bagi mahasiswa yang mengaku agen perubahan, yang katanya aktivis, pun rasanya belum tentu akan kuat memikul kalimat-kalimat yang terlampau epik itu.

Apa yang sebenarnya bisa dilakukan oleh mahasiswa? Pertanyaan penting untuk agen-agen rebahan, eh, perubahan maksudnya.

Mahasiswa mampu menciptakan perubahan. Itu nyata, bisa dilihat dari rekam jejak sejarah gerakan mahasiswa. Peralihan orde, dan reformasi, diwarnai dengan aksi-aksi epik mahasiswa.

Mahasiswa mampu melahirkan berjuta ide menarik. Ini juga nyata, banyak ide menarik yang dihasilkan mahasiswa. Namun dari semua hal-hal epik itu, ada satu yang paling bisa dilakukan oleh mahasiswa. Dan hampir semua mahasiswa pernah melakukannya. Apa itu? Tidur di kelas, bukan. Terlambat, bukan. Nahan lapar, bukan. Tak mandi selama seminggu, jelas bukan. Lantas, apa kalau bukan itu semua?

“Ghibahin dosen”. Ya, ghibahin dosen, satu rutinitas mahasiswa saat sedang ngumpul. Hampir mustahil, jika ada mahasiswa yang tidak pernah ghibahin dosen. Hampir mustahil artinya masih ada kok mahasiswa yang memang sangat hormat pada dosennya dan tak pernah sedikit pun ghibahin dosen. Ada? Ya ada juga kok.

“Say hello,” untuk para mahasiswa dan mantan mahasiswa yang suka ghibahin dosen. Ingatkan dengan rutinitas yang satu ini. Ngumpul di kosan teman sambil goreng pisang plus ghibahin dosen. Paling asik itu saat ghibahin dosen yang sangat tidak dermawan dalam memberi nilai plus suka marah-marah nggak jelas. Pasti jadi bahan ghibah yang menarik.

Baca Juga:

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

Dosen yang Cancel Kelas Dadakan Itu Sungguh Kekanak-kanakan dan Harus Segera Bertobat!

Hampir tidak ada (artinya masih ada kok) majelis mahasiswa yang kosong dari aktivitas ghibahin dosen. Namun, konotasi “ghibah” tak selalu harus dipahami sebagai suatu yang menjelek-jelekkan. Bisa juga dipahami sebagai kritik mahasiswa atas sikap dosen yang kadang, ya mahasiswa sendiri lah yang tahu kalau bagaimana. Ini hanya soal bagaimana kita memaknai kata “ghibah”.

Saat saya berkumpul dengan para mahasiswa yang katanya kaum aktivis. Saya menemukan aktivitas ghibahin dosen. Cara majelis para mahasiswa aktivis ghibahin dosen biasanya dengan pembahasan dosen yang konservatif, anti mahasiswa yang suka demo, dan sangat tidak dermawan dalam memberikan nilai. Dosen demikian bisa jadi bahan ghibah di majelis para mahasiswa aktivis.

Apalagi jika si mahasiswa yang katanya aktivis nggak lulus mata kuliah karena 4 kali nggak masuk mata kuliah. Padahal nggak masuknya karena sedang turun aksi membela rakyat, atau ikut serta sebagai relawan kemanusiaan. Pasti dosennya dighibahin sebagai dosen yang terlampau konservatif. Dan juga ghibah-ghibah dosen lainnya dengan materi ghibah yang ala-ala mahasiswa aktivis, lah.

Aktivitas ghibahin dosen juga ada dalam majelis mahasiswa akademis yang katanya adalah makhluk paling sopan di kampus. Ghibahnya majelis para mahasiswa akademis biasanya seputar ghibahin dosen yang amat pelit dalam memberikan nilai, padahal orang pelit itu nggak baik loh.

Apalagi saat saya ngumpul dengan para mahasiswa yang bukan aktivis juga bukan akademis, namun mahasiswa yang santai-santai aja, mahasiswa tiduris. Eh, mahasiswa tiduris itu apa? Mahasiswa tiduris itu ya mahasiswa rebahan. Dalam majelis mahasiswa ini juga ada aktivitas ghibahin dosen, bahkan sangat advance tingkatnya.

Kalau majelis mahasiswa yang satu ini agak sedikit lucu-lucuan ghibahnya. Namun, kebanyakan juga tentang sikap dosen yang pelit nilai. Padahal, walau si mahasiswa ngerjain tugasnya pas-pasan, masuk kelas nggak bicara apa-apa, ujian pun pas-pasan. Namun, ya kasih dong nilai B, jangan yang C gitu. Jadi orang ya kudu dermawan, jangan pelit.

Dari pengalaman saya di berbagai majelis mahasiswa, saya pun berkesimpulan bahwa ternyata hal yang paling bisa dilakukan oleh mahasiswa adalah ghibahin dosen. Kata “ghibah” memang terdengar sangat negatif, karena kita memahaminya sebagai aktivitas menjelek-jelekkan dosen. Namun, jika memahaminya sebagai aktivitas dalam mengkritik dosen, maka ghibahin dosen bisa dipahami sebagai kritik mahasiswa untuk dosen.

Dari pengalaman saya bahwa apa yang dighibahkan mahasiswa sebenarnya baik untuk jadi bahan renungan dosen-dosen agar bisa lebih bijak dalam memberi mata kuliah. Namun, ya dosennya tak pernah tahu kalau dighibahin mahasiswa. Karena budaya yang umum di kalangan mahasiswa adalah sangat hebat bicara di belakang, namun bungkam saat berhadapan.

Dan tentu dosen pun punya hak dengan pertimbangannya sebagai dosen, apa mau menerima kritik dalam bentuk ghibah itu atau kah tidak.

Ada juga ghibah mahasiswa yang lucu-lucuan untuk dosen. Misalnya ada dosen yang tiba-tiba keluar kelas, dan setelah itu ngirim pesan ke ketua tingkat di kelas bahwa dia tiba-tiba pusing, mungkin ada mahasiswa yang mengirimkan guna-guna (menyantet). Hadeh, halu banget, kan?

Tentu ghibah yang dimaksud sebagai kritik adalah dalam taraf wajar saat mahasiswa membahas ke-halu-an dosen yang amat konservatif dalam masalah nilai dan memberi mata kuliah. Ke-halu-an dosen yang amat tak berpihak dengan mahasiswa. Dosen yang amat tak merakyat dengan rakyat kampus yang adalah mahasiswa. Terlebih dosen yang suka genit pada mahasiswa–-yang kayak gini memang pantas diolok-olok habis-habisan.

Namun untuk ghibah dalam hal sekadar menjelek-jelekkan, menghina, dan mengolok-olok untuk bahan tertawa bersama, tentu itu bukan lah hal yang baik dan harus dihindari oleh para mahasiswa. Karena mahasiswa harus menghormati dosennya, sebab mereka adalah guru-guru di kampus.

Ya, walaupun sulit, setidaknya bagi mahasiswa yang suka mengolok-olok dosen kurangi lah, sebab itu tak baik. Karena jika ketahuan, tamat riwayat nilaimu.

BACA JUGA Pak Nadiem, Tolong Bikin Aturan bagi Dosen untuk Balas Chat Mahasiswanya, dong! atau tulisan Moh Rivaldi Abdul lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 9 Maret 2020 oleh

Tags: DosenKuliahMahasiswa
Moh Rivaldi Abdul

Moh Rivaldi Abdul

Alumni S1 PAI IAIN Sultan Amai Gorontalo.

ArtikelTerkait

Tak Perlu Berlebihan Romantisisasi KKN, Bukan Ajang Cari Jodoh apalagi Simulasi Rumah Tangga

Tak Perlu Berlebihan Diromantisisasi, KKN Bukan Ajang Cari Jodoh apalagi Simulasi Rumah Tangga

21 Juli 2024
Ekskul KIR Sepi Peminat padahal Jadi Modal Siswa Masuk Kuliah

Ekskul KIR Sepi Peminat padahal Jadi Modal Siswa Masuk Kuliah

4 Februari 2024
Universitas Terbuka, Tempat Kuliah yang Cocok untuk Milenial dan Gen Z

Universitas Terbuka, Tempat Kuliah yang Cocok untuk Milenial dan Gen Z

27 November 2023
10 Istilah Tempat yang Hanya Ada di IPB University, Mahasiswa IPB Wajib Tahu

10 Istilah Tempat yang Hanya Ada di IPB University, Mahasiswa IPB Wajib Tahu

25 Oktober 2023
Bali Desa Mbangun Desa: Diminta Membantu, Realitasnya Perbudakan Gaya Baru

Bali Desa Mbangun Desa: Diminta Membantu, Realitasnya Perbudakan Gaya Baru

10 Oktober 2022
7 Kesalahan Mahasiswa Saat Menulis Artikel di Jurnal Ilmiah

Jika Mahasiswa Dianggap Sebagai Konsumen, Mereka Berhak untuk Melayangkan Komplain pada Kampus

30 Juni 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025
Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.