Dear Maba, Berikut Kalimat yang Nggak Perlu Kalian Percaya tentang Ormek

Dear Maba, Berikut Kalimat yang Nggak Perlu Kalian Percaya tentang Ormek Mojok.co

Dear Maba, Berikut Kalimat yang Nggak Perlu Kalian Percaya tentang Ormek (unsplash.com)

Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus alias Ormek satu hal yang perlu diwaspadai maba. 

Agustus agaknya menjadi bulan paling berkesan bagi sebagian besar mahasiswa. Sebab, biasanya mereka untuk pertama kali menginjakkan kaki di lingkungan kampus alias menjadi mahasiswa baru (maba) di bulan ini. Pengalaman yang tidak pernah akan mereka lupa. 

Kendati jadi bulan yang membahagiakan, maba tetap perlu waspada terhadap segala yang terjadi di kampus. Termasuk, ajakan kakak tingkat alias senior untuk ngopi. Ajakan ngopi ini hanyalah perangkap pertama, kasus yang sering terjadi setelahnya adalah menjerumuskan kalian pada organisasi eksternal atau ormek.

Biasanya mereka akan mendakwahkan kebaikan ormek mereka sendiri. Cara lain, mereka akan mengeluarkan sabda-sabda tokoh besar yang aslinya mereka belum pernah membaca karyanya. Nah, maka dari itu, supaya kalian tidak terjerumus, berikut saya jelaskan beberapa kalimat yang tak perlu kalian percaya dari senior ormek.

Menciptakan mahasiswa berintelektual

Ada satu kalimat pamungkas yang sering muncul dari mahasiswa ormek untuk memikat maba “menciptakan mahasiswa berintelektual”. Saya tegaskan jangan percaya! Biasanya bumbu dari pernyataan ini adalah belajar tidak harus di kelas, sebab di kelas kita hanya belajar teori. Oke, hal ini benar.

Akan tetapi kalau dipikir-pikir, belajar juga nggak harus di ormek. Banyak juga kader yang melakukan aksi, tapi tak pernah belajar teori. Hasilnya, hanya planga-plongo. Coba buktikan saja nanti setelah kalian di ruang kelas. Mahasiswa yang aktif di ormek sering kali melempem di dalam kelas. Saat di luar kelas mereka terlihat sok keras, tapi saat diskusi di kelas lebih sering ngalor-ngidul, nggak nyambung, pokoknya malu-maluin menurut saya.

Bagi saya, kalau mau menjadi mahasiswa berintelektual ya solusinya perbanyak baca buku, ikuti penelitian dosen, ikut pengabdian. Bukan malah sok keras di luar, tapi pas di kelas melempem. Jika kalian masih ragu dengan pernyataan ini, coba saja tanyakan pada angkatan sebelumnya, mahasiswa ormek di kelas beneran ayem-melempem nggak?

“Semua mahasiswa di ormek adalah keluarga”

Stop! Keluarga kalian hanya ada di rumah, tak ada keluarga lagi di tempat lain. Anggap mereka semua teman belajar saja, apalagi ormek. Kalian direkrut bukan untuk menjadi keluarga, tapi untuk memperbanyak suara saat pemilu mahasiswa nanti.

Untuk yang belum tahu, di kampus juga ada presiden, gubernur, bupati, dewan perwakilan, komisi pemilihan umum, dan lain sebagainya. Nah, kalian direkrut bukan diajak menjadi keluarga, tapi mereka takut kalah suara saja saat pemilu mahasiswa.

Meskipun bukan pemilu mahasiswa, pergantian kepengurusan ormek juga jadi ajang perebutan suara. Bahkan tak jarang, saat proses pemilihan tindakan arogansi selalu menjadi hal yang tak lepas. Ada yang sampai lempar kursi, meja, hingga pukul-pukulan sesama ormek. 

Terdengar primitif bukan? Hadeh, ngakunya paling intelektual, tapi lebih suka tonjok-tonjokkan daripada adu gagasan.

“Selalu berdiri bersama rakyat”

Ini adalah kalimat paling basi dari mahasiswa ormek dan menurut saya harus segera dibuang ke tong sampah. Kalimat ini sering membuat mahasiwa yang memiliki idealis tinggi terjerumus, salah satunya saya. Dengan embel-embel selalu di pihak rakyat, kadang para maba mudah tertipu. Padahal di lingkungan ormek, jilat-menjilat adalah hal biasa.

Kalian tentu ingat beberapa kasus yang membuat seluruh gerakan mahasiswa sakit hati. Ketika mahasiswa demo panas-panas menuntut kebijakan pemerintah dicabut, eh para pengurus pusat/besar (PB) ormek malah makan siang di istana presiden. Gila, kan?!

Ini tidak hanya terjadi di pengurus pusat. Pengurus ormek di tingkat provinsi dan kabupaten juga banyak yang lebih dekat dengan gubernur dan bupati daripada dengan rakyat. Makanya, jangan percaya sama mereka.

“Pengkaderannya lemah lembut”

Jangan percaya kalau ada orang yang mengatakan pangkaderan ormek itu lemah lembut. Kalian perlu tahu, perpeloncoan di lingkungan kampus itu masih dan terus ada, termasuk dalam pengkaderan ormek. Kalian tak percaya? Saya akan jelaskan dengan harapan kalian tak perlu mencobanya.

Setiap ormek memiliki program pelatihan untuk merekrut mahasiswa sebagai anggotanya secara resmi. Pelatihan ini biasanya dilakukan selama tiga hari. Nah, di pelatihan ini ada agenda perpeloncoan yang mereka sebut sebagai pelatihan mental. Pertanyaannya, kalian percaya mental kalian dilatih sama orang-orang ini?

Bayangin, kalian tidur jam satu pagi, lalu dibangunkan jam 2 dini hari hanya untuk dibentak-bentak. Benar-benar aneh manusia-manusia yang mengaku intelektual ini. Nah, setelah kalian ikut pelatihan ini, kalian tak akan bisa keluar dari kerangkeng mereka. Bahkan, jika kalian memilih pindah ormek, kalian dianggap murtad. Hadeh! Rumit sekali kondisi ormek di lingkungan kampus.

Ini bukan berarti saya menghasut kalian tidak boleh ikut ormek ya. Saya hanya menyarankan, kalau kalian ingin latihan berorganisasi, carilah ormek yang jelas bibit, bebet, bobotnya. Jangan sampai kalian menjadi manusia yang keras di luar, tapi aslinya melempem. Malu, Gaes!

Penulis: Abdur Rohman
Editor: Kenia Intan

BACA JUGA Siasat Menaklukan TOEFL: Tidak Hanya Jago Bahasa Inggris, Strategi Tes Juga Diperlukan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Exit mobile version