Sebagai homo ludens, manusia perlu bermain untuk menghibur diri. Terlebih di tengah pandemi seperti sekarang. Tanpa hiburan, tentu hidup seseorang akan segaring kerupuk dan sehambar brokoli. Sebagian orang memilih video-video kocak dan penampilan pelawak tunggal sebagai sarana melipur lara, sebagian lain nyekrol media sosial untuk memburu meme dan shitpost yang sanggup bikin ngakak tujuh hari tujuh malam.
Dan kita tahu belaka, manusia bukan hanya anak muda yang sedang dilanda quarter-life crisis atau pekerja kelas menengah yang bosan dengan ritme kerja. Orang-orang di jajaran kementerian juga manusia. Mereka punya perasaan dan memerlukan hiburan. Maka tak usahlah heran-heran amat ketika tempo hari kita dihebohkan dengan berita Pak Luhut—sang Menteri Segala Urusan—mengirimkan meme ke Menkopolhukam Pak Mahfud MD.
Fakta di atas menyeruakkan fakta baru ke hadapan kita. Ternyata Para Menteri yang Terhormat tak sekuno dan sekaku yang kita duga. Sebagaimana kaum milenial yang gandrung terhadap meme, Pak Luhut dan Pak Mahfud MD yang terbilang sepuh juga tak mau kalah. Keduanya, seperti netizen pada umumnya, rupanya tahu apa itu meme dan bahkan saling menyebarkannya.
Memang sih, meme yang Pak Luhut share kepada Pak Mahfud MD terkesan misoginis dan berbau peremehan terhadap bahaya COVID-19. Saya kutip isi meme itu sebagaimana yang diungkapkan Pak Mahfud MD: “Corona is like your wife. Corona itu seperti istrimu. Ketika kamu mau mengawini, kamu berpikir kamu bisa menaklukkan dia. Tapi sesudah menjadi istrimu, kamu tidak bisa menaklukkan istrimu. Sesudah itu, you learn to live with it. Ya sudah, sudah begitu.”
Namun, alih-alih mengecam atau melontarkan kritik segala macam terhadap dua bapak-bapak itu, saya jadi membayangkan proses saat Pak Luhut mengirim meme itu ke Pak Mahfud MD. Barangkali waktu itu Pak Luhut lagi gabut, lalu tiba-tiba dari grup keluarga beliau mendapati meme begitu. Kemudian beliau mengecek daftar kontak dan perasaannya terpaut kepada Pak Mahfud MD. Beliau pun mengirim meme tersebut via pesan WhatsApp.
“Salam, Bro Mahfud. Sy pnya meme bgus ini utk menghibur diri.”
(Pesan dikirim beserta lampiran gambar berisi meme “corona is like your wife”)
Di rumah, Pak Mahfud yang sedang rada puyeng karena problematika hidup tak kunjung habis, membuka pesan itu dengan penuh semangat. Siapa tahu ada pesan dari orang penting yang pantang untuk di-read doang. Dan memang begitulah. Sebuah pesan penting dari orang paling penting masuk ke WhatsApp Pak Mahfud.
Kepala Pak Mahfud yang pening mendadak sebening danau terjernih di dunia. Beliau membaca kiriman meme dari Pak Luhut dengan saksama. Beberapa saat kemudian beliau tertawa terbahak-bahak. Kisah selanjutnya kita sudah sama-sama tahu. Pak Mahfud menceritakan pengalaman menariknya tersebut ke hadapan publik dengan penuh sukacita.
Dengan memahami kisah Pak Luhut dan Pak Mahfud secara detail, kita jadi tak gegabah menghujat mereka. Bagaimanapun, sebagai manusia mereka perlu hiburan supaya tetap waras. Soal cara mereka menghibur diri agak kurang peka keadaan, itu sih soal lain. Maksud saya, ya kan para pejabat kita memang suka begitu. Lebih pandai membikin kontroversi daripada membereskan berbagai sengkarut yang sedang melanda negara ini. Jadi, tidak usah kaget begitu. Biasa saja.
Lagi pula, saling berbagi meme ada manfaatnya juga, kok. Terutama dalam menghadapi ujian corona yang begitu berat ini. Mark Boukes, peneliti dari University of Amsterdam malah sengaja mengumpulkan dan membuka portal supaya orang-orang bisa berbagi meme mereka. Ia ingin melihat sejauh apa meme berperan di tengah masa pandemi corona.
“Terutama sekarang, kita bisa menyaksikan bagaimana orang cenderung berkomunikasi tentang masalah politik. Secara khusus, peran humor di masa-masa penuh tekanan seperti ini sangat menarik: Bagaimana orang dapat menyikapi masalah yang begitu berat jadi cukup ringan untuk diatasi,” ungkap Boukes.
Nanti kita mungkin bakal menyaksikan lagi bagaimana para pejabat lain saling menyebarkan meme seperti Pak Luhut dan Pak Mahfud. Tak masalah sebetulnya. Namun, sebelum mereka mendalami hobi nge-share meme lebih lanjut, saya punya saran untuk Pak Luhut, Pak Mahfud, dan kawan-kawan agar lebih dulu ikut kursus Cara Menyebarkan Meme yang Baik dan Benar. Mudah-mudahan Pak Presiden menyediakan layanan kursus tersebut kepada para pembantunya agar upaya mereka untuk menghibur diri tak malah semakin menggaduhkan situasi.
BACA JUGA Konflik Khofifah-Risma Adalah Contoh Sinetron yang Baik dan tulisan Erwin Setia lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.