Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Lockdown Mandiri di Desa Bikin Sadar kalau Cuma Ketua RT yang Bisa Nyelametin Kita

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
30 Maret 2020
A A
Lockdown Mandiri di Desa Bikin Sadar kalau Cuma Ketua RT yang Bisa Nyelametin Kita

Lockdown Mandiri di Desa Bikin Sadar kalau Cuma Ketua RT yang Bisa Nyelametin Kita

Share on FacebookShare on Twitter

Rakyat Indonesia itu memang unik-unik. Di saat staf khusus presiden bilang… “Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan”, masyarakat kita sudah melakukannya.

Ya maklum, itu kan quote lawas. Cuma dibungkus stafsus milenial, jadi berasa milenial gitu. Padahal yo boomer. Sama aja. Toh, nyatanya, masyarakat kita nggak cuma menyalakan lilin malah, tapi sampai menyalakan api unggun.

Lha gimana, pemerintah cuma mengimbau social distancing, masyarakat malah sampai nutup desa. Kampus, pondok pesantren, sampai sekolah pada tutup. Pemerintah belum kasih instruksi lockdown, kita di mari udah lockdown mandiri duluan.

Kalau dalam situasi begini, entah kenapa saya bersyukur masyarakat kita sangat aktif di media sosial. Masuk lima besar pengguna di dunia lagi. Mau di FB mau di Twitter. Barangkali itu yang bisa jadi sebab, kita begitu ngeuh sama apa yang terjadi di luar sana. Mau di Cina kek, di Austria kek, Angola, Madagaskar… semua bisa dikomentari. Semua bisa ada UU ITE-nya.

Dan itu agak beda sama negara kayak Italia.

Infrastruktur kesehatan oke (ketimbang Indonesia), pemerintah garcep pakai lockdown. Tapi masyarakatnya anggap enteng. Disuruh di rumah malah pada nongkrong di danau, tak anggap ada masalah, selow, santai. Sama sekali tak ada ketakutan.

Ya wajar mereka nggak takut-takut amat. Mereka nggak mainan medsos sekenceng kita di Indonesia. Yang tiap hari mantengin Twitter, Facebook, Instagram. Akhirnya hal-hal tentang corona jauh lebih dirasakan masyarakat kita ketimbang–masyarakat Italia. Alasannya simpel, kita lebih doyan tubir di medsos soal corona, jadi pengetahuan soal itu pelan-pelan mashoook. Plus tentu saja: ketakutannya.

Itu yang bikin situasi di Indonesia dengan Italia malah kebalikan.

Baca Juga:

4 Jenis Manusia yang Bikin Hidup di Desa Serasa Neraka

Privilese Jadi Anak Ketua RT yang Tidak Dirasakan Warga Biasa

Ketika di sana pemerintah ngotot minta warganya lockdown, di mari malah rakyatnya yang minta pemerintahnya lockdown. Pemerintah nggak mau lockdown juga, ya udah deh, rakyatnya sendiri yang akhirnya lockdown mandiri. Bener-bener sangaaar.

Oke deeeh, perkara lockdown nutup desanya ramai-ramai juga, toh paling nggak masyarakat kita mandiri. Nggak mengandalkan program-program pemerintah. Soalnya mereka tahu: program macam penyuluhan, bagi-bagi masker dari Bupati, sampai selebaran itu cuma seremoni aja. Nggak betul-betul mashoook. Nggak betul-betul aplikatif. Menarik. Seru. Iya. Tapi apakah langsung berguna? Ya nggak selalu. Seringnya sih nggak. Cuma acara menggugurkan kewajiban sebagai aparatur negara aja.

Masyarakat tahu betul itu. Pengalaman bertahun-tahun sejak Orde Baru sampai sekarang, udah menempa mental baja masyarakat kita untuk nggak ngandalin-ngandalin amat pemerintah. Toh, pemerintah nggak gitu amat mikirin keselamatan rakyatnya. Dalam kacamata pemerintah, rakyatnya itu cuma statistik. Angka demi angka. Persentase demi persentase. Berapa yang mati. Berapa yang sembuh. Berapa yang positif.

Dari bencana, angka kemiskinan, sampai angka pengangguran. Pemerintah nun jauh di sana cuma sanggup lihat angka doang. Ya maklum, tes masuknya kan lebih diapresiasi yang pake nalar matematika, bukan yang pakai nalar ilmu sosial.

Kalaupun ada bagian dari pemerintah yang melihat rakyatnya bukan secara statistik, yaaah paling tinggi itu jabatannya ya cuman Ketua RT. Mereka itu lah pemerintah dalam arti yang sebenarnya bagi masyarakat kita belakangan ini. Terutama di masa krisis akibat corona ini.

Ikut ronda, ikut rapat, ikut kena semprot langsung dari rakyatnya. Bahkan ikut iuran pula. Sayangnya, yang itu malah yang nggak kecipratan bayaran dari APBN atau APBD. Mungkin inilah yang dinamakan kerja sesuai passionnya. Luar biasa berdedikasi akhirnya.

Eh sori, bukan kerja juga ding, hawong nggak dibayar. Hobi. Mungkin itu. Hobi memimpin warga satu RT. Udah gitu, hampir jarang Ketua RT mau jadi lagi di periode selanjutnya. Kalaupun jadi lagi, biasanya itu kecelakaan: yang nerusin pada nggak mau. Ha makin ikhlas lagi itu kerjanya.

Oleh karena itu, kepada Pak RT di seluruh Indonesia, plis selamatkan kami. Lindungi kami. Nasib kami ada di tangan situ semua. Monggo kalau RT kami mau dilockdown. Monggo aja. Kita ngikut. Soalnya hanya kepadamu, nasib jutaan warga di Indonesia sedang dipertaruhkan.

Etapi, plis, periode depan saya jangan ditunjuk buat nggantiin situ ya. Soalnya kultur kampung itu suka begitu. Sing usul, sing dikon mlaku~

BACA JUGA Pengalaman Menyenangkan Selama Lockdown di Desa Konoha atau tulisan Ahmad Khadafi lainnya. Follow Facebook Ahmad Khadafi.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 30 Maret 2020 oleh

Tags: ketua RTlockdownlockdown mandirivirus corona
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

ArtikelTerkait

Riang Prasetya, Ketua RT Rasa Kepala Daerah

Riang Prasetya, Ketua RT Rasa Kepala Daerah

27 Mei 2023
Hidup di Desa Terkadang Tak Lebih Baik ketimbang Hidup di Kota, Bahkan Bisa Jadi Lebih Buruk

4 Jenis Manusia yang Bikin Hidup di Desa Serasa Neraka

25 Januari 2025
mahasiswa selesai kompre, pengangguran

Nasib Pengangguran: Cari Kerja Susah, Dagang Nggak Bisa, di Rumah Aja Nyusahin Orang Tua

12 April 2020
wisma atlet kemayoran

Syukurlah, Wisma Atlet Kemayoran yang Jadi Proyek Mubazir itu Bisa Ada Gunanya

22 Maret 2020
Percayalah, Ketua RT yang Beres Adalah Sebenar-benarnya Kunci Kebahagiaan Rumah Tangga

Percayalah, Ketua RT yang Beres Adalah Sebenar-benarnya Kunci Kebahagiaan Rumah Tangga

16 Januari 2023
Seandainya Pohon dan Hewan Bisa Komentar Soal Banjir Jakarta dan Virus Corona

Seandainya Pohon dan Hewan Bisa Komentar Soal Banjir Jakarta dan Virus Corona

30 Januari 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Nggak Ada Gunanya Dosen Ngasih Tugas Artikel Akademik dan Wajib Terbit, Cuma Bikin Mahasiswa Stres!

Dosen yang Minta Mahasiswa untuk Kuliah Mandiri Lebih Pemalas dari Mahasiswa Itu Sendiri

5 Desember 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

Menengok Bagaimana Penjaga Palang Kereta Api Bekerja, Termasuk Berapa Gajinya dan Gimana Cara Mendaftarnya  

1 Desember 2025
Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang (Unsplash)

Desa Ngidam Muncar, Desa Terbaik di Kabupaten Semarang dengan Pesona yang Membuat Saya Betah

4 Desember 2025
Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

Bengawan Solo: Sungai Legendaris yang Kini Jadi Tempat Pembuangan Sampah

2 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.