Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

5 Alasan Nggak Punya Circle Itu Nggak Buruk-buruk Banget

Rika Handayani oleh Rika Handayani
27 Agustus 2020
A A
hidup tanpa circle pertemanan itu asyik dan simpel mojok.co

hidup tanpa circle pertemanan itu asyik dan simpel mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Saya cuma mahasiswa biasa. Tidak introver-introver banget, tapi lebih suka tidak berafiliasi dengan kelompok tertentu yang menyebut dirinya sebagai “circle”. Kepada mereka, saya ingin bilang: tidak punya circle pertemanan bukanlah hal yang aneh, terutama di usia akhir belasan.

Saya menyadarinya setelah lima semester kuliah. Ternyata saya tidak memiliki teman yang yang ke mana mana mesti dengan orang yang itu-itu saja. Saya juga baru sadar lebih suka nongkrong dan jalan-jalan sendiri. Kalo lagi senewen, saya bisa naik bus Trans Jogja rute 3A dan tidak turun sama sekali. Cuma mubeng-mubeng, istilahnya.

Bagi sebagian teman, perilaku saya dianggap aneh. Apalagi di kalangan mahasiswi yang identik dengan nongkrong dan jalan bersama—setidaknya seperti inilah lingkungan saya.

Tidak punya circle pertemanan di dunia perkuliahan saja sudah dianggap aneh, apalagi ke mana-mana jalan sendiri. Bukan cuma aneh, bahkan dinilai menakutkan segala. Terutama karena kondisi lingkungan yang biasa melakukan ngapa-ngapain mesti berjamaah. Paling tidak seseorang punya satu teman CS yang selalu menemaninya.

Jika kamu sebenarnya tak nyaman dengan model pertemanan yang selalu bergerombol, tapi khawatir untuk menjajal hidup tanpa circle pertemanan, saya ingin membagi cerita. Berdasarkan pengalaman saya, ada lima alasan tidak punya circle dan suka jalan sendiri itu tidak buruk-buruk banget.

#1 Tidak punya circle = irit

Tidak punya circle berarti kamu nggak perlu memikirkan iuran perayaan ulang tahun dan kado untuk setiap anggota circle. Tentunya sudah menjadi rahasia umum jika tergabung dalam suatu lingkaran pertemanan, akan ada perayaan ulang tahun bersama. Terlebih jika lingkaran pertemanan tersebut kurang dari sepuluh orang, sudah pasti ulang tahun setiap anggotanya akan dirayakan.

Sudah menjadi hal umum juga jika iuran kue dan kado akan ditanggung anggota circle yang lain. Nominal iurannya bervariasi, mulai dari yang low budget hingga yang nominalnya cukup untuk makan di burjo langganan seminggu penuh. Tergantung seberapa high end lingkaran pertemanannya. Singkat kata, tidak punya circle akan menyelamatkan kantong mahasiswa rantau dan mahasiswa dengan uang bulanan pas-pasan.

#2 Tidak punya circle = nggak ribet

Kamu akan terhindar dari diskusi berkepanjangan soal mau makan di mana. Habis, punya circle itu artinya kamu akan sering makan bersama teman-teman tersebut. Dan dari seluruh anggota, kecil banget kemungkinan semua orang memiliki selera makan yang sama.

Baca Juga:

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

4 Dosa Pemilik Jasa Laundry yang Merugikan Banyak Pihak

Musyawarah perihal tempat makan ini sering sulit mencapai kata mufakat. Ujung-ujungnya harus ada yang mengalah dan bukan tidak mungkin orang itu adalah kita. Mengalah soal tempat makan tentu tidak terlalu buruk jika pilihan makanannya masih bisa kita terima. Tapi kalau kita nggak suka ayam kok diajak makan di Olive, kan nggak nyaman. Tapi mau nolak juga sungkan. Ribet.

#3 Tidak punya circle = nggak perlu sibuk atur jadwal ngumpul

Kamu tidak akan ada pusing untuk mencocokkan waktu antar-anggota hanya demi ketemuan dan melakukan hal-hal yang masih bisa dilakukan sendiri. Iya sih, umumnya anggota circle memiliki kesibukan yang mirip-mirip. Tapi tetap akan ada satu titik ketika tiap anggota memiliki kesibukan berbeda. Jadilah sebuah musyawarah panjang hanya buat nentuin waktu kongkow full team. Soalnya anak circle selalu berpikir, tidak seru jika satu circle nongkrong tidak full team.

Jika kamu tidak memiliki circle, kamu tidak perlu pusing memikirkan hal semacam ini. Mau nongkrong? Tinggal cusss. Mau jalan? Tinggal cusss. Praktis.

#4 Tidak punya circle = minim drama

Tidak semua circle penuh drama, juga tidak semua circle baik-baik saja. Sesehat-sehatnya suatu circle, akan ada suatu waktu pergelaran drama entah antar-anggota circle, bisa juga antara anak circle dengan orang luar. Apa mereka nggak lelah ya? Saya sebagai pengamat saja capek mengamati konflik per-circle-an duniawi.

#5 Tidak punya circle = sat-set

Ke mana-mana sendiri itu sungguh praktis dan fleksibel. Apalagi jika kamu punya banyak kesibukan dan suka dipanggil rapat mendadak. Kalau tiba-tiba ada perubahan rencana, bisa sat-set-sat-set, istilahnya Bu Tejo. Tentu hal ini sulit terjadi jika kamu punya circle dan harus bermusyawarah dulu sama temen jalanmu, yang ujung-ujungnya adalah sungkan-sungkanan. (Susah emang jadi manusia sungkan ini.)

Setidaknya itulah lima alasan kenapa nggak punya circle dan suka nongkrong atau jalan sendiri itu nggak buruk-buruk amat. Walau nggak buruk, nggak punya circle juga ada minusnya sih. Tapi itu kapan-kapan aja dibahasnya.

BACA JUGA 3 Jenis Teman yang Pasti Kamu Temui dalam Hidup 

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.

Terakhir diperbarui pada 1 September 2020 oleh

Tags: KuliahMahasiswaTeman
Rika Handayani

Rika Handayani

Mahasiswa biasa saja

ArtikelTerkait

3 Barang yang Wajib Ada Saat Wisuda agar Wisudawan Lebih Nyaman. Sederhana, tapi Sering Dilupakan Mojok.co

3 Barang yang Wajib Dibawa Wisudawan agar Wisuda Jadi Lebih Nyaman. Sederhana, tapi Sering Dilupakan

9 Mei 2024
impresi

Tak Perlulah Terlalu Berprestasi, Karena Impresi Awal Adalah Kunci

24 Mei 2019
Rahasia Lulus Cepat dari Universitas Terbuka

Rahasia Lulus Cepat dari Universitas Terbuka

18 April 2023
Memancing Ikan, Tren Healing Mahasiswa yang Harus Didukung Penuh. Dosen Muring, Tinggal Mancing!

Memancing Ikan, Tren Healing Mahasiswa yang Harus Didukung Penuh. Dosen Muring, Tinggal Mancing!

18 November 2023
tugas kuliah

Tugas, Apa Tidak Bisa Kamu Ngerjain Dirimu Sendiri?

22 Mei 2020
Ormawa Lebih Tepat Jadi Tempat Melatih Kesabaran daripada Berorganisasi. Terlalu Banyak Masalah! Mojok.co

Ormawa Lebih Tepat Jadi Tempat Melatih Kesabaran daripada Berorganisasi. Terlalu Banyak Masalah!

26 November 2023
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Logika Aneh di Balik Es Teh Solo yang Bikin Kaget (Unsplash)

Logika Ekonomi yang Aneh di Balik Es Teh Solo, Membuat Pendatang dari Klaten Heran Sekaligus Bahagia

30 November 2025
Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

Brakseng, Wisata Hidden Gem di Kota Batu yang Menawarkan Ketenangan

2 Desember 2025
6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting Mojok

6 Hal Sepele, tapi Menyebalkan Saat Zoom Meeting

30 November 2025
Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

Culture Shock Orang Lamongan Menikah dengan Orang Mojokerto: Istri Nggak Suka Ikan, Saya Bingung Lihat Dia Makan Rujak Pakai Nasi

2 Desember 2025
Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

Sudah Saatnya Bandara di Indonesia Menjadi Ruang untuk Mempopulerkan Makanan Khas Daerah

3 Desember 2025
Lamongan Megilan: Slogan Kabupaten Paling Jelek yang Pernah Saya Dengar, Mending Diubah Aja Mojok.co Semarang

Dari Wingko Babat hingga belikopi, Satu per Satu yang Jadi Milik Lamongan Pada Akhirnya Akan Pindah ke Tangan Semarang

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.