Murah, tetapi tidak murahan
Seperti yang telah saya katakan, uang yang perlu Arsenal keluarkan untuk merekrut Trossard hanyalah 27 juta pounds. Nominal yang tergolong murah jika kita melihat kembali betapa mahalnya harga-harga pemain berkualitas di dunia sepak bola modern.
Sebagai perbandingan, beberapa waktu lalu Liverpool memboyong Cody Gakpo dari PSV Eindhoven dengan mahar sebesar 37 juta pounds. Lalu ada pula Chelsea, salah satu rival abadi Arsenal, yang mendatangkan Mykhailo Mudryk dari Shakhtar Donetsk dengan total kocek sekitar 100 juta euro (!). Dari dua kasus tersebut, dapat dilihat bahwa biaya kepindahan Trossard sangatlah terjangkau. Dibandingkan dua pembelian lain yang dilakukan oleh pesaing-pesaing, The Gunners bisa dibilang menjadi yang paling pintar dan bijaksana dalam menggelontorkan uang mereka.
Faktor inilah yang paling ingin saya highlight dari bisnis ini. Arsenal tampaknya sudah belajar dari masa lalu, yakni ketika mereka dengan begitu ambisiusnya memberikan uang sebesar 72 juta pounds kepada Lille demi mendapatkan Nicolas Pepe. Padahal nyatanya, pemain yang akrab dengan nomor punggung 19 itu gagal memberikan sumbangsih yang signifikan bagi tim. Maka dari itu, bagi saya, pembelian tersebut layak dimasukkan ke dalam salah satu bisnis terburuk yang pernah manajemen Arsenal lakukan.
Sementara Trossard? Dengan harga pembeliannya yang jauh dari kata mahal, ekspektasi terhadap kedatangannya otomatis akan cenderung rendah. Kalau gagal, ya nggak masalah, kalau berhasil, ya alhamdulillah. Namun, saya yakin, Trossard tidak akan berujung flop. Kualitas yang ia miliki akan mampu membawanya mencapai kesuksesan bersama Arsenal. Saya percaya itu.
Kenyang pengalaman
Kini, Leandro Trossard memang tak lagi berstatus sebagai wonderkid penuh potensial. Di usianya yang sudah mencapai angka 28 tahun, ia telah menjadi “pemain jadi” yang tengah berada di masa keemasan. Di sisi lain, hal ini tentu bukanlah yang terbaik bagi tim yang ingin menjadikannya sebagai bagian dari rencana jangka panjang. Trossard bukanlah pemain seperti Saka atau Martinelli yang diproyeksikan menjadi tulang punggung Arsenal di masa-masa mendatang.
Namun, jika kita menengok dari perspektif lainnya, umur sang pemain yang tak lagi muda membuatnya memiliki satu hal yang kurang dimiliki oleh para wonderkid: pengalaman. Di EPL, Trossard telah memasuki tahun ketiganya sejak pertama kali direkrut oleh Brighton dari KRC Genk pada pertengahan tahun 2019 lalu. Tiga tahun jelas bukan waktu yang sebentar; kurun waktu tersebut membuat Trossard sudah boleh dibilang sebagai pemain yang “kenyang” pengalaman.
Sementara di level internasional pun, Trossard juga sudah cukup sering merumput bersama Timnas Belgia. Ia sudah pernah merasakan atmosfir berlaga di kompetisi-kompetisi bergengsi seperti UEFA Nations League, Euro, dan tentunya, World Cup.
Pengalamannya yang tidak sedikit itu membuat Trossard dapat menjadi mentor bagi skuat Arsenal yang didominasi oleh banyak pemain berusia muda. Ia dapat menjadi figur penting di ruang ganti, sama seperti James Milner di Liverpool ataupun Sergio Busquets di Barcelona. Jika mental tim sedang dalam kondisi goyah, Trossard bisa menjelma motivator untuk menaikkan kembali mentalitas rekan-rekannya. Maka dari itu, pembelian Leandro Trossard tidak hanya akan memberikan dampak di atas lapangan saja, tetapi juga di luarnya.
Itulah artikel singkat saya mengenai Leandro Trossard, rekrutan anyar The Gunners yang bisa menjadi kepingan final mereka untuk terus tampil konsisten di level teratas. Selain menjadi squad player yang berkualitas, bukan tak mungkin Trossard juga seketika bisa langsung mencuat ke tim utama dan memberikan kontribusi yang signifikan. Saya percaya ia mampu melakukan itu.
Jadi, gimana, nih, Gooners? Menyenangkan, ya, jadi pendukung Arsenal?
Sumber gambar: Akun Instagram @leandrotrossard
Penulis: Bintang Ramadhana Andyanto
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kedewasaan Arsenal Mengalahkan Tim Kampungan Bernama Tott