Sebagai warga asli Lamongan, saya selalu bangga dengan daerah sendiri. Namun setelah sering berkunjung ke Mojokerto dan Tuban, sulit untuk tidak menyadari bahwa Lamongan terasa semakin tertinggal dibandingkan dua kabupaten tetangganya yang berkembang pesat.
Secara umum, ketiga daerah plat S ini memiliki banyak kesamaan, terutama dalam hal pendidikan tinggi yang belum memiliki universitas negeri unggulan. Iya, sama-sama tidak punya kampus negeri yang bisa dibanggakan. Kalau mau kuliah di universitas ternama, ya tetap harus ke Surabaya atau Malang.
Akan tetapi dalam aspek lain seperti infrastruktur, pariwisata, dan fasilitas publik, Lamongan tampak berjalan di tempat, sementara Mojokerto dan Tuban terus maju. Entahlah, perkembangan kabupaten tetangga kami ini terasa lebih maju dibandingkan daerah sendiri. Ini bukan cuma perasaan saya, lho. Memang ada beberapa hal yang bikin Lamongan tampak semakin semenjana.
Mojokerto dengan infrastruktur dan wisata yang maju
Mojokerto memiliki banyak keunggulan dibandingkan Lamongan. Salah satu hal yang bikin saya iri berat adalah infrastruktur. Jalanan di Mojokerto mulus, serta banyak yang punya view gunung yang menawan. Sementara di Lamongan? Jalan berlubang di mana-mana. Setiap kali hujan, jalanan jadi penuh kubangan. Mau naik motor harus ekstra hati-hati, salah belok sedikit bisa nyemplung ke lubang.
Transportasi umum juga lebih baik di Mojokerto. Ada bus yang lebih teratur, ada ojek online yang siap sedia. Sementara di Lamongan? Ya ada sih angkutan umum, tapi seadanya. Meski Lamongan juga dilalui Transjatim, tapi cuma arah Pantura saja. Kalau ke arah pusat kota, nggak ada transportasi umum sama sekali. Jadi kalau nggak punya kendaraan pribadi, siap-siap saja dibuat repot.
Kalau mau ngomongin tempat hiburan dan gaya hidup, Mojokerto jelas menang telak. Kota ini punya Pacet dan Trawas yang jadi destinasi wisata alam andalan. Mau ngadem? Bisa. Mau wisata kuliner? Ada. Mau staycation cantik di villa dengan view gunung? Tinggal pilih. Sementara itu, wisata di Lamongan, seperti pantai dan WBL, kurang terawat dan tidak mengalami inovasi berarti.
Di pusat kota, Mojokerto juga lebih lengkap. Mereka punya mall, tempat nongkrong oke, dan hiburan lain yang lebih variatif. Di pusat Lamongan, cuma ada Plaza, itu pun kondisinya antara hidup dan mati, isinya juga gitu-gitu aja. Nggak heran kalau orang Lamongan lebih sering main ke Gresik atau Surabaya kalau mau cari hiburan yang proper.
Baca halaman selanjutnya: Tuban makin bersinar…