Perilaku saat lampu merah
Fenomena lain yang tidak kalah membagongkan adalah perilaku pengendara saat lampu merah. Di Surabaya, lampu merah artinya berhenti total. Meskipun ada pengendara yang melewati garis pembatas, setidaknya saat lampu berwarna merah mereka berhenti sepenuhnya. Palingan hanya tampak satu atau dua pengendara motor yang nekat menerobos.
Hal tersebut jauh berbeda di Medan. Alih-alih berhenti total, terlihat banyak pengendara yang hanya memelankan laju kendaraan. Mereka sedikit demi sedikit menerobos jalan secara berjamaah. Mereka tampak tidak segan memotong kendaraan dari arah lain yang lampunya sedang hijau. Malah ada yang tanpa ragu memotong dan menerobos begitu saja tanpa pikir panjang. Mungkin warna merah diartikan sebagai simbol keberanian di hati mereka. Sehingga makna lampu merah jadi agak nyeleneh disini.
Upaya tertib lalu lintas
Sebetulnya sudah banyak upaya aparat untuk menegakan ketertiban berkendara di jalanan Medan. Polisi dan Dinas Perhubungan selalu disiagakan pada jam-jam sibuk. Siap siaga memberikan tilang kepada pengendara yang melanggar aturan lalu lintas. Harapannya, para pelanggar mendapatkan efek jera.
Rambu lalu lintas pun sudah tidak perlu diragukan kelengkapannya. Satu waktu saya pernah melihat ada sebuah rambu putih bertuliskan “Satu Arah” menempel di tiang-tiang jalanan Medan. Pada tiang jalan tersebut, tertempel juga rambu lalu lintas dilarang masuk dan plang berwarna biru dengan tulisan “Patuhilah Rambu-rambu lalu Lintas”. Sehingga ada tiga rambu dalam satu tiang yang intinya menandakan bahwa jalan tersebut hanya satu arah dan tidak boleh melintas kendaraan dari arah sebaliknya.
Pertanyaannya, apakah ketiga rambu tadi ditaati? Jelas tidak. Sesaat setelah saya selesai membaca keseluruhan rambu itu, terlihat jelas sebuah mobil berwarna putih yang seenaknya masuk ke jalan tersebut berlawanan dari arah seharusnya. Pada titik ini saya bahkan sudah tidak kaget lagi. Malahan muncul rasa penasaran, “Apa lagi yang belum saya lihat?”
Untung saja masih ada hal positif yang dapat saya rasakan sebagai orang Surabaya. Setiap kali berjalan kaki dan harus menyeberang jalan, ternyata tidak terlalu sulit untuk membuat kendaraan yang melintas berhenti sejenak. Nampaknya hak-hak pejalan kaki masih cukup dihargai.
Bagaimanapun juga setiap kota punya aturannya sendiri, termasuk aturan tak tertulis di jalan raya. Dan bagi saya, memahami aturan itu adalah satu-satunya cara agar bisa tetap waras sekaligus bertahan hidup di Medan.
Penulis: Arief Rahman Nur Fadhilah
Edit: Kenia Intan
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.




















