Saya bukan orang Jogja dan tinggal di sana, tapi lucu sekali, setiap mendengar lagu-lagu bertema Jogja, saya tiba-tiba merasa saya ini orang yang lahir dan besar di Jogja. Lagu-lagu seperti “Yogyakarta” dari KLa project dan “Sesuatu di Jogja” Adhitia Sofyan sepertinya sukses menghipnotis orang-orang di luar Jogja seketika jadi punya hubungan emosional dengan kota ini. Jangan-jangan ada mantra di lagu-lagu itu?
Padahal seumur-umur ke Jogja saya baru dua kali, saat study tour SMA dulu dan suatu ketika menginap tiga hari di sana untuk menikmati masa pengangguran. Sesingkat itu waktu saya di Jogja, tapi perasaan yang ditinggalkannya sangat dalam.
Padahal lagi, kalau diingat-ingat, kenangan saya di Jogja nggak bagus-bagus amat. Saya pernah ditipu tukang becak di Malioboro: saya dioper ke toko bakpia yang namanya saja saya baru dengar, padahal saya minta rekomendasi bakpia yang ngetop sekalian diantarkan ke sana.
Pernah juga kepala saya kleyengan karena belum terbiasa dengan panasnya Jogja. Saya dari Bogor dan di sini, hujan lebih sering daripada panas (kalau Bandung diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum mungkin Tuhan menciptakan Bogor saat sedang menangis). Saya juga pernah merasakan pengalaman mendadak jadi miliarder ketika menghabiskan ratusan ribu saat makan 2 potong ayam, 2 nasi uduk, dan 2 es jeruk di angkringan Makioboro.
Coba simak lirik lagu “Yogyakarta” KLa Project yang bikin saya mellow.
Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat
Penuh selaksa makna
Saya tak punya saudara maupun teman di Jogja, jadi kalau ke “Jogja” disebut pulang, pulang ke rumah siapa tho? Lihatlah, lagu ini sama sekali tidak relate dengan saya. Tapi lagu “Yogyakarta” termasuk playlist favorit saya juga. Artinya hanya satu, KLa Project telah membuat memori palsu di kepala saya bahwa saya punya kenangan di Jogja, yang entah sama siapa. Hal ini terbukti di lirik berikutnya:
Terhanyut aku akan nostalgia
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja
HAAAH? “KITA”???
Tapi saya setuju kok, suasana Jogja memang hangat dan bersahabat. Berbeda dari Bogor kota kelahiran saya yang dingin. Iyalah dingin, orang hujan terus.
Selanjutnya lagu “Sesuatu di Jogja” Adhitia Sofyan.
Hey cantik,
coba kau catat keretaku tiba pukul empat sore.
Tak usah kau tanya aku ceritakan nanti.
Lirik ini membuat saya merasa sedang LDR-an sama orang Jogja, padahal nggak. Hiks. Lagu “Sesuatu di Jogja” sukses bikin kaum jomblo kayak saya berilusi punya pacar orang Jogja kayak tokoh di lagu ini.
Begitulah. Memang lagu-lagu tentang Jogja jadi sarana hipnotis terselubung biar kita-kita yang nggak tinggal di sana jadi ngerasa jadi orang Jogja. Kenapa sih nggak ada lagu tentang Bogor biar saya kangen sama tanah kelahiran saya juga?
Sumber gambar: Wikimedia Commons
BACA JUGA Vandalisme Jari Bekas Lipstik di Tembok Musala dan tulisan Fanisa Putri lainnya.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Pernah menulis di Terminal Mojok tapi belum gabung grup WhatsApp khusus penulis Terminal Mojok? Gabung dulu, yuk. Klik link-nya di sini.