Ada banyak hal yang bisa bikin kangen kampung halaman. Hal-hal sederhana seperti mendengar suara azan di sore hari hingga mencium bau selepas hujan bisa bikin kangen kampung halaman. Iya, kalau untuk saya, kangen kampung halaman saya di Tulungagung bisa dipicu dari hal sesederhana itu.
Selain suasana khas kampung halaman, satu hal yang selalu bikin kangen Tulungagung adalah kuliner atau makanannya. Bertahun-tahun merantau, sangat sulit bagi saya menemukan makanan Tulungagung yang pas di lidah saya. Jangankan menemukan rasa yang pas. Kadang, makanannya saja nggak ada di pasaran. Inilah 5 makanan yang selalu saya rindukan di tanah perantauan:
#1 Punten, kuliner Tulungagung yang diproses dengan penuh kesabaran
Jangan salah mengartikan punten di sini dengan “maaf” yang biasa digunakan oleh orang-orang Jawa Barat. Punten juga bukan lontong seperti yang biasa dipahami orang-orang. Beda.
Punten yang saya maksud di sini adalah makanan Tulungagung yang terbuat dari beras, santan, dan bumbu rempah. Ketika sudah matang, nasi dengan berbagai bumbu tadi dipindahkan ke wadah besar bernama lumpang untuk ditumbuk. Proses ini nggak sebentar, memakan waktu. Nasi yang semula berbulir halus perlahan melebur, menyatu, dan hilang teksturnya menjadi punten yang legit, padat, dan lembut.
Biasanya punten disajikan dengan sambal pecel sayuran seperti kacang panjang, tauge, sawi, atau bayam kemudian ditambah tahu goreng dan kerupuk agar lebih ramai.
Punten itu bukan sekadar makanan, tapi bukti kesabaran. Setiap tumbukan di lumpang seakan menyimpan doa agar yang makan nanti kenyang lahir batin. Gurihnya santan berpadu dengan pedas kacang dan aroma rempah yang lembut, bikin siapa pun yang perantau seperti saya tiba-tiba ingin pulang.
#2 Sompil, lontong lodeh versi lebih istimewa
Di tanah rantau atau daerah lain ada lontong lodeh yang biasanya dianggap menu atau masakan rumah biasa. Di Tulungagung sebenarnya menu yang mirip, namanya sompil. Namun, bisa saya bilang, sompil Tulungagung jauh lebih istimewa dibanding lontong lodoh yang ada di berbagai daerah.
Bagi yang belum tahu, Sompil dibuat dari nasi yang dimasukkan ke daun pisang, bukan plastik. Daun pisang jadi item yang penting karena memberi aroma wangi pada lontong sehingga terasa lebih “nendang” dan alami. Lontong ini kemudian disajikan dengan sayur lodeh pepaya muda, nangka muda, atau kacang lotho.
Satu hal yang bikin kuliner Tulungagung ini khas diberi taburan bubuk kedelai sangrai di atas lontong sebelum kuah disiram. Teksturnya lembut, aromanya harum, dan rasanya gurih manis pedas dalam satu waktu. Tambah tempe goreng, tahu, dan sambal, lengkaplah sudah rasa nikmatnya.
Di perantauan, saya pernah coba lontong lodeh. Tapi tanpa aroma daun pisang dan taburan bubuk kedelai, rasanya hampa seperti sehabis di ghosting hts-an
#3 Sego Ampok yang sederhana
Sego ampok kuliner Tulungagung yang tampak sederhana, tapi aslinya penuh makna. Bisa saya bilang, makanan satu ini adalah cerminan ketahanan dan kesederhanaan orang Tulungagung.
Bahan utama sego ampok adalah jagung yang dihaluskan (atau diselip) sampai halus. Pastikan jagungnya tidak benar-benar halus ya, tapi masih terasa bulir kecilnya. Kemudian, nasi jagung itu dikukus, lalu disajikan dengan gudangan. Gudangan terbuat dari sayur rebus yang dicampur parutan kelapa berbumbu rempah khas Tulungagung. Sementara, lauknya bisa macam-macam seperti ikan asin, ayam goreng, atau lele bakar.
Rasa sego ampok ringan, tapi mengenyangkan. Gurih dari kelapa, manis dari jagung, dan sedikit asin dari ikan asin perpaduan rasa yang pas. Kuliner satu ini bak pengingat makanan nggak harus mewah untuk bikin bahagia. Dia lahir dari tanah yang keras dan tangan yang sabar, tapi rasanya justru paling tulus.
#4 Ayam Lodho Tulungagung yang paling cocok di lidah saya
Setiap kali mencium aroma ayam bakar di perantauan, saya selalu teringat ayam lodho Tulungagung. Kuliner satu ini mungkin bisa dengan mudah ditemui di daerah lain. Namun, di lidah saya, ayam lodho Tulungagung paling enak dan cocok di lidah.
Ayam lodho Tulungagung selalu menggunakan ayam kampung muda. Ayam dibakar lebih dulu sampai keluar aroma asap. Baru setelahnya dimasak dengan santan kental dan rempah-rempah seperti lengkuas, serai, daun jeruk, kunir dan cabai.
Hasilnya, ayam lodho Tulungagung punya rasa pedas dan gurih yang dalam, dengan kuah yang kental dan aroma asap yang khas. Tidak terlalu pedas, tapi cukup bikin lidah ketagihan soal rasanya.
Biasanya, makanan Tulungagung satu ini disajikan dengan nasi, sambal terasi, dan sayur rebus atau gudangan. Kalau versi daerah lain cenderung berkuah encer dan rasa santannya lebih dominan. Itu mengapa ayam lodho versi Tulungagung terasa lebih seimbang di lidah saya, bisa pedas, gurih, dan wangi bakaran yang kuat.
Makan ayam lodho bikin saya serasa duduk di dapur rumah , menunggu sambil kipas-kipas asap arang. Sederhana, tapi membahagiakan dan selalu ingin pulang
#5 Rujak sayur dengan cita rasa yang kaya
Di kota lain, rujak identik dengan buah, di Tulungagung justru rujak sayur yang berjaya. Bumbunya dari petis hitam khas Jawa Timur, gula merah, cabai, dan kacang tanah. Yang bikin unik, ada bahan tambahan yang jarang ada di tempat lain adalah pisang kluthuk muda yang ditumbuk bersama bumbu.
Pisang ini bikin rasa rujak jadi legit, sedikit sepet, tapi luar biasa nikmat. Rujak sayur Tulungagung biasanya dicampur dengan sayuran rebus, tahu, tempe, dan kerupuk merah. Kadang juga dimakan bareng lontong atau nasi putih hangat.
Rasanya meledak di lidah sensasi ada pedas, sepet, manis, gurih, semuanya dalam satu suapan. Dan anehnya, meski sederhana, rujak ini bisa menyembuhkan rindu dalam sekejap.
Itulah kuliner Tulungagung yang sering saya rindukan di tanah perantauan. Saat kangen dengan makanan-makanan ini, entah mengapa ada rasa kosong yang nggak bisa dijelaskan. Ternyata, rindu paling sulit bukan hanya rindu pada seseorang, tapi pada sepiring makanan yang cuma bisa dimasak di tanah kelahiran sendiri. Dan, di antara semua rasa yang pernah saya cicipi, rasa “pulang” itu tetap yang paling gurih.
Penulis: Helisa
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA 4 Tipe Orang yang Dipastikan Akan Merana kalau Tinggal di Tulungagung.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
