Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi adalah suatu kebanggaan tersendiri. Setelah meraih gelar yang lebih baik, kita biasanya menjadi lebih percaya diri dan yakin masa depan bakal secerah mentari. Banyak yang berpikir bahwa memiliki titel berderet akan mudah mendapatkan pekerjaan bahkan jabatan. Padahal, tidak sedikit mereka yang lulus kuliah S2 atau S3 masih “mengais” lowongan kerja di berbagai platform rekrutmen kerja.
Mengambil kuliah S2 atau magister adalah salah satu keputusan yang populer di kalangan mahasiswa S1, entah fresh graduate atau karyawan sekalipun. Bingung sehabis kuliah mau kemana, akhirnya kuliah lagi aja. Ingin “kabur” sejenak dari rutinitas kantor, ya mending kuliah aja. Ya ada juga yang visioner, lanjut kuliah untuk mengembangkan karir dan pengetahuan. Mulia sekali.
Tidak ada yang salah apapun target yang ingin kamu capai setelah kuliah S2. Bagus banget malah kalau kamu punya niat yang kuat untuk menjalani pendidikan magister, di luar maupun dalam negeri. Namun, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan baik-baik sebelum kamu lanjut kuliah pascasarjana. Berdasarkan pengalaman saya, inilah hal-hal yang sebaiknya kamu pertimbangkan dulu, jangan sampai menyesal kemudian.
Daftar Isi
#1 Biaya studi S2 itu mahal, kalau bisa pakai beasiswa
Kuliah S2 itu bukan cuma kamu siap untuk belajar lagi, tapi finansialmu harus mendukung juga. Kalau kamu nggak punya uang, paling tidak orang tuamu bisa membiayai. Mau kuliah di PTN atau PTS, uang masuknya mahal tergantung jurusan yang kamu ambil. Contohnya saya, memilih lanjut studi di salah satu PTN ternama Jogja dengan UKT sebesar Rp 10 juta (per semester) untuk rumpun ilmu sosial. Bagaimana jika kamu ambil kedokteran? Mungkin menangis lihat biayanya.
Untuk menghindari keboncosan saat kuliah, sebaiknya kamu cari beasiswa. Banyak bantuan pendidikan yang ditawarkan pemerintah maupun swasta. Ya memang harus berkorban lebih untuk bersaing, tapi kalau kamu tekun, pasti akan dapat. Bukan hanya urusan kampus saja tanggungan keuanganmu, kehidupan sosialmu juga butuh uang. Entah itu untuk makan sehari-hari, ngekos, ataupun bergaul.
Saya sadar jika saya nggak mampu bayar kuliah S2 sendiri apalagi membebani orang tua, maka saya andalkan beasiswa. Dengan begitu, perkuliahan berjalan lancar tanpa harus kepikiran gimana caranya cari uang tambahan. Jangan coba-coba kuliah S2 mandiri kalau kamu nggak punya dana. Jangan sampai pinjol juga loh.
#2 Matangkan tujuan dan manfaat kuliah S2 untuk kehidupanmu selanjutnya
Saya pernah bertanya kepada seorang teman yang berkuliah di sebuah pascasarjana swasta tentang alasan dia belajar lagi. “Ya cari kegiatan aja soalnya aku gabut” kelakarnya. Saya sih berharap itu hanya candaan, tapi kalau benar, saya harap tujuanmu lanjut studi bukan sekedar isi waktu luang ya. Sebelum mendaftar magister, kamu sebaiknya renungkan tujuan utamamu kuliah itu apa sih. Selain itu, kamu pikirkan juga manfaat apa yang akan didapatkan setelah berjuang selama dua tahun di kampus.
Tidak dibenarkan juga jika gelar barumu cuma untuk meningkatkan prestise atau sekedar pamer. Saya yakin akan sia-sia. Otak sudah pusing buat berpikir lagi, eh tujuanmu belum jelas kedepannya. Jika sudah bekerja, kamu bisa gunakan gelar S2 mu untuk pengembangan karir atau naik jabatan. Jika kamu masih fresh graduate, gelar S2 itu bisa untuk mendapatkan pekerjaan yang bonafide. Terkadang, pendidikan S2 itu dianggap overqualified sih. Ya pokoknya dipertimbangkan baik-baik kalau mau kuliah S2.
#3 Jangan sembarangan pilih kampus dan jurusan
Riset universitas dan jurusan yang akan dipilih merupakan hal penting yang nggak boleh diskip. Kamu harus tahu betul kuliahmu ini nantinya akan membawamu kemana, khususnya dalam dunia pekerjaan. Siapa tahu ilmu yang kamu ambil ini tidak dibutuhkan dalam karirmu, dengan kata lain “nggak laku”. Jangan asal pilih kampus hanya karena dekat dengan rumah atau waktu belajarnya yang fleksibel. Kalau harus di luar kota tapi menunjang kegiatan akademikmu, kenapa nggak.
Rekan-rekan saya banyak yang bingung pilih jurusan apa ketika akan registrasi S2. Malahan minta rekomendasi saya, padahal yang mau belajar mereka. Hal seperti ini sebaiknya dihindari ya. Kamu bisa mengambil jurusan yang linear dengan pendidikan sebelumnya. Disamping itu, kamu pun dapat mencari tahu kebutuhan instansi atau kantor incaranmu. Jangan asal ambil jurusan. Nanti nggak berguna ilmunya.
#4 Kuliah S2 itu memang santai, tapi tidak dengan tugas dan tesisnya
Studi magister itu memang terlihat lebih santai karena tugas-tugasnya tidak sebanyak S1 serta waktu belajar yang lebih fleksibel. Bahkan di kampus saya lebih sering kelas daring daripada tatap muka di semester awal. Terdengar menyenangkan kan? Kamu punya banyak waktu untuk melakukan hobimu atau bisa mengerjakan pekerjaanmu di kantor. Faktanya, tidak seenak yang kamu bayangkan ya.
Saat saya kuliah S2, setiap hari dosen memberikan tugas berupa paper riset (karya ilmiah) dan presentasi materi. Tidak ada bentuk pertanyaan 5W+1H ilmu dasar yang jawabannya bisa ditemukan dalam buku atau googling. Menjadi mahasiswa S2 berarti kamu dituntut berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang lebih kompleks. Intinya, beban studi di kelas S2 nggak ada yang ringan. Hampir semuanya berbasis penelitian. Hanya jam belajarnya saja lebih menyesuaikan (sesuai mood dosen maksudnya).
Satu lagi kewajiban terberatnya anak S2, tesis. Apakah kamu pikir akan sama seperti menulis skripsi? Oh tentu tidak kawan. Saat kuliah S1 dulu, saya merasa skripsi itu rumit dan njelimet. Menyelesaikannya saja butuh waktu 1 tahun. Ternyata, tesis ini lebih bikin stress karena pembahasan penelitiannya cukup mendalam dan kita diminta untuk mengembangkan teori dengan temuan yang ada. Akan tetapi, entah kenapa saya bisa menyelesaikan tesis hanya satu semester saja, ajaib sih.
#5 Setelah lulus mau kemana? Gelar S2 itu beban loh
Siapa bilang gelar akademik yang kamu miliki setelah lulus S2 itu suatu kebanggaan semata. Faktanya, gelar baru tersebut dapat menjadi beban dalam hidupmu loh. Bayangkan jika semua orang terdekat tahu kamu bergelar magister, tidak bisa dimungkiri ekspektasi mereka akan setinggi langit terhadap jenjang karirmu.
“Oh sudah lulus S2, wah langsung naik jabatan dong di kantor,” ucap seorang teman saya saat sedang ngopi. Saya no comment dan cuma ketawa karena nggak segampang itu langsung berada di posisi teratas. Semua butuh proses sekalipun kamu anak S2 atau S3. Namun, setelah selesai studi kamu masih menganggur, itu semakin jadi momok dalam hidupmu. Mereka berpikir kalau lulusan S2 ya gampang dapat kerja.
Sebaiknya kamu segera berpikir akan kemana setelah kuliahmu berakhir. Setidaknya sudah ada target perusahaan yang ingin dilamar. Persiapkan segala sesuatu agar kamu segera ngantor begitu kelar studi. Bagi yang sudah bekerja, kamu bisa langsung mencari tahu cara mendapatkan promosi jabatan atau posisi yang lebih relate dengan jurusanmu. Jangan biarkan perjuangan selama 2 tahun nggak ada faedahnya.
Jadi bagaimana sedulur? Apakah masih ingin lanjut kuliah S2? Ingat, jangan asal daftar kuliah karena gabut aja. Semangat ya!
Penulis: Rachelia Methasary
Editor: Kenia Intan
BACA JUGA Berdamai dengan Stereotipe Alumni UIN, Satu-satunya Cara Hidup Tenang Setelah Lulus
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.