• Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
Terminal Mojok
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
  • Home
    • Mojok.co
  • NusantaraHOT
  • Gaya Hidup
    • Game
    • Fesyen
    • Otomotif
    • Olahraga
    • Cerita Cinta
    • Gadget
    • Personality
  • Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Acara TV
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Politik
  • Profesi
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
  • Pojok Tubir
  • Kampus
  • Hiburan
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Artikel

KRL Dalam Satu Dasawarsa Terakhir: Selalu Ada Sekelompok Orang yang Berbicara dengan Volume Suara Tinggi

Seto Wicaksono oleh Seto Wicaksono
3 September 2019
A A
satu dasawarsa

satu dasawarsa

Share on FacebookShare on Twitter

Bagi pengguna KRL rutin dalam aktivitasnya sehari-hari, pasti sudah terbiasa menemui beberapa orang dengan tingkah laku yang berbeda. Sekitar 10 tahun yang lalu, ketika kali pertama saya menjadi pengguna setia KRL dan sebelum larangan makan juga minum betul-betul diberi penegasan, pada pagi hari banyak sekali para pekerja yang sarapan di dalam gerbong.

Bukan hanya sarapan gorengan, roti atau sekadar minum susu, makan nasi kuning, nasi uduk, mie goreng, dan lain sebagainya pun ada. Ketika siang hari menaiki KRL, bahkan ada seorang penumpang yang sampai memakan nasi padang. Saya pikir hal itu hanya sebatas candaan sehari-hari yang sering dilontarkan oleh teman-teman, sampai akhirnya saya melihat sendiri bagimana ada seseorang yang betul-betul melakukannya—makan nasi padang di kereta.

Bagi saya, hal tersebut rasanya terlihat wajar, sebab sekitar 10 tahun alias satu dasawarsa yang lalu KRL belum semewah dan serapi sekarang dalam sisi pelayanan dan bagaimana stasiun terbilang modern. Satu dasawarsa lalu, di wilayah Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi), kereta pun terbilang masih terbagi menjadi tiga kelas yakni, ekonomi, ekonomi ac (bisnis), dan pakuan (eksekutif).

Tiketnya pun berbeda, untuk kelas ekonomi dapat dibeli dengan harga 2000 rupiah, ekonomi ac (bisnis) 6000 rupiah, sedangkan pakuan (eksekutif) yang hanya berhenti di stasiun tertentu ada yang dijual dengan seharga 9000-11000 rupiah. Semua kembali ke kebutuhan masing-masing. Saya yang kala itu masih kuliah semester awal, lebih memilih kelas ekonomi agar dapat menyesuaikan uang saku. Sesekali naik ekonomi ac jika memang sudah terlambat, karena ada perbedaan waktu keberangkatan.

(Penumpang yang naik di atap kereta pada 2010 di Stasiun Pondok Cina, dokumentasi pribadi).

Satu dasawarsa lalu, masih banyak penumpang yang naik di atap kereta pada kelas ekonomi juga ekonomi ac, dan tentu sangat membahayakan keselamatan penumpang. Tak jarang pula saya mendengar kabar adanya korban jiwa karena naik di atap kereta lalu tersengat aliran listrik. Kini, tidak ada lagi kejadian seperti itu karena sudah diawasi lebih ketat lagi oleh para petugas.
Saat ini, tidak ada kelas atau kasta dalam KRL Jabodetabek, semuanya menjadi satu dalam commuter line. Namun, tingkah laku para penumpang selalu ada-ada saja dan hampir selalu menjadi bahan laporan pengguna Twitter ke akun resmi commuter line. Sebetulnya, peringatan pun sudah ada di dalam kereta—tiap gerbong—juga diberitahukan secara verbal sebelum dan setiap keberangkatan. Namun, tidak semua orang memahami akan hal tersebut.

(Pedagang bergelantung di gerbong kereta paling belakang. Lokasi: Stasiun Pondok Cina, 2010. Dokumentasi pribadi).

Diantaranya, ada penumpang yang jongkok, minum, makan, gelantungan di pegangan kereta, sampai dengan sekelompok orang yang berbicara dengan volume suara yang tinggi pun seringkali dilaporan via media sosial.

Akhir-akhir ini pun, seringkali saya lihat beberapa orang yang melaporkan kejadian serupa di KRL, yakni adanya sekelompok orang di pagi hari—pada jam orang ramai berangkat kerja—yang selalu berangkat secara bergerombol dan di dalam gerbong selalu berbicara dengan suara yang bising. Saya pun beberapa kali pernah satu gerbong dengan jenis penumpang seperti ini. Mereka kadang duduk di deretan bangku yang sama, kadang juga terpisah. Itu salah satu hal yang membuat mereka berbicara dengan volume suara yang cukup tinggi dan dirasa mengganggu. Di dalam kerumunan, mereka berbicara berseberangan.

Meski tidak sampai lapor ke akun Twitter resmi commuter line, namun tetap saja saya mangkel dan risih. Sewaktu dari masih adanya KRL ekonomi sampai dengan saat ini, sekelompok orang yang naik di satu gerbong yang sama dan selalu berbicara dengan volume suara yang terbilang keras masih ada—dan harus diakui cukup menyebalkan.

Meskipun begitu, mereka juga tetap memiliki sisi lain. Diantaranya membuat pagi hari yang begitu suntuk dan identik dengan kantuk, menjadi tidak begitu membosankan karena candaan yang dilontarkan. Bahkan pada pagi hari diketahui ada copet di kereta, mereka selalu sigap untuk memberi tanda dan meneriaki ada copet lalu menahannya dengan sigap dalam kerumunan.

Satu dasawarsa berlalu, KRL semakin membaik kondisinya dan semoga memang selalu seperti demikian—tak terkecuali untuk semua fasilitas di stasiun. Tidak ada lagi penumpang yang naik di atap kereta, harapannya tidak ada lagi korban jiwa karena perilaku penumpang yang sama. Dan semoga, semakin modernnya KRL juga banyak stasiun, diimbangi pula oleh sikap dan perilaku yang baik dari para penggunanya. (*)

BACA JUGA Waspada, Pelecehan Seksual Masih Terjadi dan Merajalela di KRL atau tulisan Seto Wicaksono lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 18 Februari 2021 oleh

Tags: dasawarsaKeretaKRLpt kaiTransportasi

Ikuti untuk mendapatkan artikel terbaru dari Terminal Mojok

Unsubscribe

Seto Wicaksono

Seto Wicaksono

Kelahiran 20 Juli. Fans Liverpool FC. Lulusan Psikologi Universitas Gunadarma. Seorang Suami, Ayah, dan Recruiter di suatu perusahaan.

ArtikelTerkait

Semoga Kita Semua Bisa Bernapas di Manggarai

Semoga Kita Semua Bisa Bernapas di Manggarai

28 Januari 2023
5 Tipe Orang yang Nggak Cocok Naik KA Panoramic. (Foto dari IG @ariefmanhakim)

5 Tipe Orang yang Nggak Cocok Naik KA Panoramic

26 Desember 2022
5 Rekomendasi Sepatu Kerja untuk Pejuang Rupiah yang Sering Naik KRL

5 Rekomendasi Sepatu Kerja untuk Pejuang Rupiah yang Sering Naik KRL

19 Desember 2022
Tips Bawa Sepeda Naik KRL Jogja-Solo

Tips Bawa Sepeda Naik KRL Jogja-Solo

8 November 2022
KRL, Tempat Terbaik untuk Melihat “Wajah” Manusia di Kota Besar Terminal Mojok

KRL, Tempat Terbaik untuk Melihat “Wajah” Manusia di Kota Besar

14 Oktober 2022
PT KAI Adalah Contoh untuk Negara dan BUMN: Tidak Ada Kufur Nikmat dari Keluhan Rakyat

PT KAI Adalah Contoh untuk Negara dan BUMN: Tidak Ada Kufur Nikmat dari Keluhan Rakyat

27 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
iuran bpjs

Sambat Sejenak : Duh Iuran BPJS Kesehatan Naik Dua Kali Lipat

Tips Jadi Petani Pemula bagi Sarjana Pengangguran yang Peduli Agraria terminal mojok.co

Bagi Kami di Sulawesi Barat, Menjadi PNS dan Polisi adalah Cita-Cita Kami. Kalau Gagal? Balik Lagi Jadi Petani dan Nelayan

persahabatan

Hal-hal Sepele yang Membedakan Antara Hubungan Pertemanan dan Persahabatan



Terpopuler Sepekan

6 Dosa Penjual Nasi Padang yang Bukan Orang Minang Terminal Mojok
Kuliner

6 Dosa Penjual Nasi Padang yang Bukan Orang Minang Asli

oleh Tiara Uci
25 Januari 2023

Tobat, klean.

Baca selengkapnya
Dilema Agen Elpiji Pertamina: Ambil Untung Besar Kena Masalah, Ambil Untung Kecil Bangkrut

Dilema Pangkalan Elpiji Pertamina: Ambil Untung Besar Kena Masalah, Ambil Untung Kecil Bangkrut

26 Januari 2023
Solo di Mata Orang Jogja: Solo Dipandang Rendah, tapi Lebih Menjanjikan

Solo (Layak) Mulai Melesat, Jogja Perlahan (dan Pasti) Ditinggal Wisatawan

26 Januari 2023
Pertashop Lebih Nyaman, SPBU Pertamina Malah Bikin Resah (Unsplash)

Pertashop Lebih Nyaman karena Mengisi Bensin di SPBU Bikin Resah

28 Januari 2023
Pariwisata Semarang Siap Melesat Seperti Solo, Meninggalkan Jogja (Unsplash)

Wisata Semarang Siap Melesat Seperti Solo, Meninggalkan Jogja

27 Januari 2023

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=FyQArYSNffI&t=47s

Subscribe Newsletter

* indicates required

  • Tentang
  • Ketentuan Artikel Terminal
  • F.A.Q.
  • Kirim Tulisan
DMCA.com Protection Status

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .

  • Nusantara
  • Kuliner
  • Gaya Hidup
    • Cerita Cinta
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Hewani
    • Kecantikan
    • Nabati
    • Olahraga
    • Otomotif
    • Personality
  • Pojok Tubir
  • Kampus
    • Ekonomi
    • Loker
    • Pendidikan
  • Hiburan
    • Acara TV
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Tiktok
  • Politik
  • Kesehatan
  • Mau Kirim Tulisan?
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2023 Mojok.co - All Rights Reserved .