Alun-Alun Surabaya adalah alun-alun yang menyalahi kodrat. Gimana nggak menyalahi kodrat, alun-alun satu ini full keramik. Padahal definisi alun-alun menurut Wikipedia adalah lapangan terbuka yang luas dan berumput. Belum lagi kalau dalam falsafah Jawa ada istilahnya Catur Gatra yang mengatur soal tata letak sebuah alun-alun. Alun-alun diyakini harus dikelilingi oleh 4 tempat publik, yakni pusat pemerintahan, pusat kegiatan sosial, masjid, dan tentu saja pasar.
Meski begitu, kalau boleh jujur, saya justru menyukai konsep Alun-Alun Surabaya, sebab beginilah alun-alun yang dibutuhkan di zaman sekarang. Apalagi alun-alun di sini nggak cuma soal keramik. Di sini kita bisa menikmati fasilitas yang nggak kalah menarik.
Jadi menarik karena menyediakan berbagai fasilitas yang bisa diakses publik meski nggak berupa lapangan rumput luas
Siapa sangka di Alun-Alun Surabaya ada perpustakaan buat pengunjung yang suka membaca buku sambil ngadem. Di sini, ada pula museum yang bisa dikunjungi untuk menambah pengetahuan. Bahkan, ada semacam galeri seni di bawah tanah buat yang suka dengan suasana estetis dan kebutuhan konten media sosial itu.
Iya, di sini banyak tempat teduhnya. Tentu saja cocok bagi pengunjung yang ingin sekadar ngadem, duduk lesehan, atau melamun sepuasnya.
Baca halaman selanjutnya: Konsep seperti ini tentu lebih bermanfaat…