Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Hiburan Buku

Komik Mafalda: Ketika Anak-anak Menyindir Negara

Rusmanto oleh Rusmanto
25 September 2021
A A
Mafalda

Mafalda

Share on FacebookShare on Twitter

Mafalda adalah komik strip yang aslinya diterbitkan di Argentina untuk majalah dan koran pada masanya. Cerita yang diangkat (katanya) memiliki perspektif dari para bocah yang polos. Saking polosnya hingga bisa mengungkapkan pikiran dengan lebih jujur.

Pandangan kritis terhadap fenomena sosial yang dimuat dalam komik ini sepertinya akan terlalu berat kalau harus dibaca oleh anak-anak. Namun demikian, anak-anak maupun orang dewasa yang membaca pastinya akan terhibur, asal mudeng apa yang sedang dibicarakan dalam ceritanya.

“Pada masa tokoh Mafalda hadir, kebijakan ekonomi Argentina dinilai hanya menguntungkan segelintir orang dan modal asing. Kelas menengah memang meningkat hingga 40 persen, namun pengangguran meroket dan kesenjangan ekonomi menajam.”

Itulah secuil pengantar redaksi dalam Mafalda dari sebegitu panjang pengantar yang diberikan. Tentu bisa dilihat betapa beratnya ini komik ini. Komik yang lahir dari kritik terhadap negara atas ketidakmampuan dalam mensejahterakan rakyat.

Dari kutipan tersebut, seolah komik ini adalah komik aktual yang kontekstual pada kondisi kekinian. Namun, pada kenyataannya, komik ini pertama diterbitkan pada 1969. Bukankah merupakan hal yang ironis? Setelah 52 tahun kondisi yang diceritakan masih aktual di masa kini.

Kondisi aktual macam apa sih yang bisa kita lihat dari komik yang udah terbit dalam lebih dari 30 bahasa ini?

Dalam salah satu strip komik ini, menyoroti ketidakadilan ketika Mafalda dan temannya Susianita sedang main ibu-ibuan. Ternyata di Argentina anak kecil juga main ibu-ibuan. Terdapat dialog singkat yang cukup bikin garuk-garuk kepala meski nggak gatal.

Ketika Susanita (yang pura-pura jadi ibu-ibu) bertanya gosip terkini, Mafalda memberi jawaban yang luar biasa. Katanya, “Ketidakadilan masih tetep in. Polanya juga masih tetep vertikal! Yah gitu,deh!” Ibu-ibu macam apa yang ngegosip-nya macam begini coba?

Baca Juga:

Nusron Wahid Keliru, Tanah Milik Tuhan dan Diberikan pada Rakyat, Bukan Negara Indonesia!

ASN Bisa Bersuara, Bisa “Mati” Maksudnya

Andai orang-orang di Indonesia ngerumpi dengan tema macam itu, pasti akan lebih seru. Gerakan sosial untuk memberantas ketidakadilan akan masif dan meningkat. Tapi, tentu saja akan berbahaya bagi yang digosipin.

Kayaknya sih nggak ngaruh kalau digosipin. Namanya ndableg, jangankan cuma digosipin atau disindir, dikasih demo dan dikalahkan di meja hijau aja dicuekin. Terkadang, (((kelengoban))) ultimate emang nggak ada batasnya.

Komik strip ini juga mengemukakan kritik terhadap kesetaraan antara laki-laki dan perempuan di masyarakat. Di mana perempuan lebih cenderung melakukan pekerjaan domestik. Kayaknya sih nggak jauh juga dengan kondisi saat ini kali ya.

Dalam sebuah renungannya yang panjang, Mafalda berpikir, kenapa perempuan cenderung melakukan pekerjaan yang itu-itu saja. Perempuan yang dilihatnya setiap hari hanya melakukan pekerjaan bersih-bersih. Dan dia menganggap itu bukan “hidup” karena terlalu monoton.

Setelah berpikir dan merenung sampai beberapa lembar habis, akhirnya dia menyimpulkan pikirannya. Kehidupan wanita kala itu monoton karena mereka lebih sering “memegang kain pel” dibandingkan dengan “memegang peranan penting” dalam masyarakat dan negara.

Diskriminasi sistemik terhadap perempuan zaman ini, udah dikritik 52 tahun yang lalu oleh komik anak-anak. Dan setelah ganti milenium, ternyata kenyataan hidup masih begitu-begitu juga. Bukankah ini sedikit memalukan. Nggak berkembang banget ya dunia ini?

Kritik pada komik strip Mafalda emang terkesan difokuskan pada penguasa saat itu. Terbitnya komik strip Mafalda merupakan sebuah prestasi tersendiri media saat itu. Di mana sensor ketat rezim otoriter bisa menghancurkan media, komik macam ini bisa lolos dan terbit.

Buat saya, komik ini merepresentasikan perjuangan akan keadilan sosial dan kemanusiaan. Tema sehari-hari yang diangkat membuatnya mudah dipahami pembaca. Namun, kalau mau dibaca anak-anak, ada baiknya dengan bimbingan orang tua.

Beneran deh, komik ini bisa mendekonstruksi imajinasi anak kecil tenang dunia. Waktu kecil, saya beranggapan kalau PBB (United Nations) adalah lembaga yang sangat hebat. Namun di komik ini, cuma dibilang sebagai lembaga yang punya anggota simpatik tidak berguna.

Sebagai komik jadul ini, isi yang disajikan memberikan pandangan yang mutakhir pada aspek kehidupan sosial. Hal ini membuktikan Joaquin Salvador atau yang lebih populer dengan nama Quino bukan hanya pintar menggambar, tetapi juga cerdas dalam memberikan gagasan pada komiknya.

Selain itu, tentu saja orangnya pasti sangat berani. Kalau saja tahun 1969 di Indonesia ada yang bikin komik strip macam ini. Bisa langsung dikirim ke penjara. Lebih parah lagi, bisa dikarungin terus hilang tanpa jejak.

Bentar, ini kok tiba-tiba WhatsApp saya minta verifikasi ya…

Sumber gambar: YouTube Génériques de dessins animés. Sila cek channel-nya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 25 September 2021 oleh

Tags: komikkritikmafaldanegarasatir
Rusmanto

Rusmanto

Penulis lepas.

ArtikelTerkait

Konsekuensi Memberi Predikat “Paling” dalam Menilai Film atau Serial terminal mojok.co

Konsekuensi Memberi Predikat ‘Paling’ dalam Menilai Film atau Serial

21 Oktober 2020
Kata Siapa #YogyaTidakAman? Sembarangan!

Kata Siapa #YogyaTidakAman? Sembarangan!

29 Desember 2021
Wajar Kalau Kita Jadi Nggak Suka Slank karena Kedekatan Mereka dengan Penguasa

Wajar Kalau Kita Jadi Nggak Suka Slank karena Kedekatan Mereka dengan Penguasa

6 November 2022
4 Komik Seru di Webtoon yang Mengajarkan Kita untuk Menahan Diri dari Berbagai Godaan MOJOK.CO

4 Komik Seru di Webtoon yang Mengajarkan Kita untuk Menahan Diri dari Berbagai Godaan

22 Agustus 2020
Serupa tapi Tak Sama, Ini Bedanya Komik Manga, Manhwa, dan Manhua terminal mojok

Serupa tapi Tak Sama, Pencinta Komik Wajib Tahu Bedanya Manga, Manhwa, dan Manhua

25 April 2021
UNESA Jangan Buru-buru Mengejar World Class University, deh. Itu Kampus Ketintang Surabaya Masih Banjir, lho! unesa surabaya

UNESA Jangan Buru-buru Mengejar World Class University, deh. Itu Kampus Ketintang Surabaya Masih Banjir, lho!

1 Desember 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi (Unsplash)

Desa Sumberagung, Desa Paling Menyedihkan di Banyuwangi: Menolong Ribuan Perantau, tapi Menyengsarakan Warga Sendiri

22 Desember 2025
Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

Nestapa Tinggal di Kendal: Saat Kemarau Kepanasan, Saat Hujan Kebanjiran

22 Desember 2025
Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

Perlintasan Kereta Pasar Minggu-Condet Jadi Jalur Neraka Akibat Pengendara Lawan Arah

24 Desember 2025
Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

Linux Menyelamatkan Laptop Murah Saya dari Windows 11, OS Paling Menyebalkan

24 Desember 2025
Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

Universitas Terbuka (UT): Kampus yang Nggak Ribet, tapi Berani Tampil Beda

26 Desember 2025
Nggak Punya QRIS, Nenek Dituduh Nggak Mau Bayar Roti (Unsplash)

Rasanya Sangat Sedih ketika Nenek Saya Dituduh Nggak Mau Bayar Roti Terkenal karena Nggak Bisa Pakai QRIS

21 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • Gereja Hati Kudus, Saksi Bisu 38 Orang Napi di Lapas Wirogunan Jogja Terima Remisi Saat Natal
  • Drama QRIS: Bayar Uang Tunai Masih Sah tapi Ditolak, Bisa bikin Kesenjangan Sosial hingga Sanksi Pidana ke Pelaku Usaha
  • Libur Nataru: Ragam Spot Wisata di Semarang Beri Daya Tarik Event Seni-Budaya
  • Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa
  • Sempat “Ngangong” Saat Pertama Kali Nonton Olahraga Panahan, Ternyata Punya Teropong Sepenting Itu
  • Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

Konten Promosi



Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.