Yogyakarta jadi salah satu pusat kegiatan yang ramai di masa kolonial belanda. Orang-orang londo itu banyak membangun pemukiman beserta fasilitas-fasilitasnya di beberapa spot di kota pelajar ini. Salah satunya di kawasan Perempatan Jetis di utara Tugu Pal Putih. Dari beberapa bangunan masa kolonial Belanda di kawasan Perempatan Jetis, ada satu bangunan yang sekarang jadi markas TNI AD. Itulah bangunan Kodim 0734/Yogyakarta.
Dulu saya pikir mungkin bangunan ini dulunya bekas markas militer Belanda yang kemudian jadi milik TNI. Ternyata anggapan saya itu salah. Bangunan ini adalah salah satu dari lima sekolah zaman kolonial yang ada di Perempatan Jetis. Pernah saya bahas juga di tulisan saya yang berjudul Perempatan Jetis, Perempatan Paling Berpendidikan di Jogja Sejak Masa Kolonial. Malah sekolah ini nggak ada hubungannya sama ketentaraan blas. Terus, ini sekolah apa?
Di peta tahun 1925, Kodim 0734/Yogyakarta ini bernama Voorbereidende Afdeeling voor de Kwekschool voor Inlandesche Onderwijzen atau departemen persiapan bagi sekolah kejuruan pengajar pribumi. Ini adalah sekolah untuk kaum pribumi yang mau masuk ke Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzen atau sekolah kejuruan bagi pengajar pribumi yang sekarang jadi SMA 11 Jogja, yang juga ada di kawasan Perempatan Jetis ini.
Seserius itu Belanda untuk mencetak guru sampai ada dua sekolah guru di satu kawasan. Balik lagi, sejak politik etis diberlakukan, Belanda membangun banyak sekolah untuk orang londo sendiri dan untuk priyayi pribumi. Oleh karena itu, kebutuhan atas guru jadi meningkat tajam. Makanya Belanda juga membikin banyak sekolah guru untuk mengakomodir kebutuhan tersebut.
Ditambah lagi pada awal abad 20 masih sangat sedikit pribumi yang familier dengan model pendidikan modern ala barat. Jadi pendidikan guru juga dibuat secara berjenjang. Ada sekolah persiapan sebelum masuk sekolah guru dan ada sekolah gurunya sendiri. Mungkin ada semacam pembekalan dulu untuk memperkenalkan sistem pendidikan ala barat.
Pernah jadi sekolah guru Kristen
Dari foto lawas tahun 1943, bangunan Kodim Jogja juga pernah berganti fungsi jadi sekolah guru Kristen yang bernama Pemoelangan Tjalon Goeroe Kristen Keucheniusschool yang mana juga tetap sebagai sekolah guru. Tapi, di peta tahun 1945 namanya masih tetap Voorbereidende Afdeeling voor de Kwekschool. Mbuh lah. Data sejarah tentang bangunan ini memang kurang lengkap. Tahun dibangun sama dari kapan jadi punya TNI juga nggak tahu kapan.
Kodim 0734/Yogyakarta ini dibangun dengan gaya indis art deco yang cirinya adalah denah bangunan yang simetris dengan pintu, jendela, dan ventilasi yang banyak dan besar serta langit-langit yang tinggi biar lebih sejuk untuk daerah tropis kayak Indonesia.
Tapi ternyata ada “keanehan” di Kodim 0734/Yogyakarta ini kalau fungsi awalnya adalah sekolah. Pertama, ada porch di teras depan bangunan yang berfungsi untuk tempat berlindung dari terik matahari atau hujan ketika naik turun kendaraan. Ini cukup “janggal” kalau fungsi awalnya adalah sekolah. Sebab sekolah peninggalan Belanda lain di kawasan ini nggak ada yang pakai porch.
Kedua, lantai Kodim 0734/Yogyakarta ini pakai tegel bermotif, yang mana ini juga agak “janggal” untuk bangunan sekolah. Umumnya tegel bermotif dipakai di bangunan privat untuk menunjukkan derajat sosial pemiliknya. Bisa jadi penggunaan tegel bermotif baru ada waktu renovasi yang dilakukan setelah nggak lagi jadi sekolah.
Hanya satu yang jadi bangunan non sekolah, ya Kodim 0734/Yogyakarta ini
Uniknya, dari lima bangunan sekolah zaman Belanda di kawasan Perempatan Jetis ini, hanya bangunan ini yang berubah fungsi jadi bangunan non sekolah. Yang lain tetap jadi sekolah sampai sekarang bahkan berkembang jadi dua sekolah. Contohnya, Prinses Julianaschool yang dulu adalah satu sekolah kejuran teknik, sekarang jadi dua sekolah, yaitu SMK 2 dan 3 Yogyakarta. Kweekschool voor Inlandsche Onderwijzen juga berkembang jadi SMA 11 sama SD Tumbuh.
Meski udah nggak jadi sekolah lagi, harus disyukuri Kodim 0734/Yogyakarta ini masih terjaga dengan baik karena termasuk bangunan cagar budaya yang sarat sejarah. Apalagi untungnya sekarang dipakai sama bapak-bapak TNI, sudah pasti akan dirawat dan dijaga dengan disiplin dan penuh tanggung jawab. Mereka akan menjaga pertahanan markas sampai titik darah penghabisan.
Meski nggak bisa masuk ke dalam untuk lihat-lihat karena memang kawasan off limits yang harus ngurus izin ini itu dan screening berlapis untuk masuk, jadi hanya bisa lihat dan menikmati megahnya bangunan Kodim 0734/Yogyakarta ini dari luar di pinggir Jalan AM Sangaji. Itu masih mending daripada kalau di sini cuma bisa mencium aroma udara buangan Hotel Tentrem yang nyegrak di hidung itu.
Penulis: Rizqian Syah Ultsani
Editor: Rizky Prasetya
BACA JUGA Kisah 3 Korban Petrus selama OPK Jogja 1983-1984