Di sini saya ingin membahas tentang sejarah Gunung Ciremai dan kisah-kisah mistis yang menghantui gunung setinggi 3.078 mdpl ini. Nama gunung yang berada di antara wilayah Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat ini sebenarnya adalah Ceremai. Namun, warga lokal terbiasa dengan pengucapan yang salah yaitu Ciremai.
Nama gunung ini diambil dari nama sejenis tumbuhan perdu yaitu cereme. Gunung ini dinamai Ciremai karena banyaknya tumbuhan cereme di sana. Di tempat tinggal saya, Cianjur, buah cereme memang cukup diminati. Saya pernah memakannya sewaktu kecil di kebun milik orang lain secara diam-diam. Rasanya asam manis dan bentuknya bulat-bulat kecil seperti kotoran domba, tapi warnanya oranye dan merah.
Menurut cerita dari warga lokal di sana, konon di puncak Gunung Ciremai ada kerajaan dengan ratu penyihir. Katanya, ratu itu sakti mandraguna dan suka bikin ulah ke masyarakat. Nama ratu ini sangat terkenal dan selalu dibikin candaan oleh masyarakat Sunda, yaitu Nini Pelet.
Selain Nini Pelet, konon di gunung itu ada seorang petapa sakti bernama Ki Buyut Mangun Tapa. Kesaktian si petapa ini sangat terkenal. Meski masih kalah pamor sama Nini Pelet, Ki Buyut menggunakan ilmunya untuk kebaikan dan menolong sesama. Warga lokal percaya, Ki Buyut mangun tapa ini menulis sebuah kitab yang isinya bermacam-macam mantra sakti. Kitab itu bernama Mantra Asmara.
Bener, kalian nggak salah baca. Kitab itu menyimpan ilmu-ilmu yang dimiliki Ki Buyut. Bahkan, kitab itu ibarat resep rahasia Krabby Patty yang diincar banyak orang termasuk Plankton, eh Nini Pelet maksudnya. Dengan ilmu hitamnya, Nini Pelet akhirnya berhasil merebut Kitab Mantra Asmara yang didalamnya ada ajian yang namanya dijadikan judul lagu dangdut, yaitu Jaran Goyang.
Jaran Goyang ini bukan cuma ada di lagu dangdut. Tapi, ia adalah sebuah mantra yang ampuh untuk meluluhkan hati lawan jenis. Dengan ini, Nini Pelet bisa mendapatkan sekutu untuk melakukan tindak kejahatannya. Alhasil, Ki Buyut Mangun Tapa pun menjadi resah, ia takut kitab itu malah mendatangkan malapetaka kalau dipakai oleh orang yang salah.
Akhirnya, agar bisa merebut kembali Kitab Mantra Asmara, Ki Buyut mengutus muridnya bernama Restu Singgih. Ia diperintahkan melabrak Nini Pelet dan merebut kitab itu. Maka, dimulailah kisah perjalanan Restu Singgi menuju puncak Gunung Ciremai. Kisah ini, sempat disiarkan dalam sandiwara radio pada 1980-an, loh!
Nggak asyik kalau bahas sebuah gunung tanpa kisah mistisnya. Setidaknya ada 3 kisah mistis yang ada di Gunung Ciremai ini. Beberapa memang tidak masuk akal. Namun, hal ini sangat dipercaya oleh warga lokal dan pendaki.
Pertama, dilarang membuang air seni ke tanah di Gunung Ciremai. Pantangan ini biasanya disampaikan oleh juru kunci gunung kepada para pendaki. Konon, kalau pantangan ini dilanggar, ia akan mendapatkan musibah.
Makanya, kalau mendaki gunung ini, kita bakal sering menemukan dahan dan ranting yang digantungi plastik atau botol plastik berisi air seni. Meskipun demikian, masih banyak yang nggak percaya dan kencing seperti biasa.
Kedua, blok Batu Lingga Keramat. Ada beberapa pos atau blok yang dipercaya beraura mistis di Gunung Ciremai. Tapi, tidak ada yang bisa mengalahkan aura mistis pos Batu Lingga Keramat. Bahkan, warga lokal sampai menyakralkan tempat itu.
Agar tidak terjadi hal-hal mistis yang tidak diinginkan, para pendaki dilarang duduk di sebuah batu besar atau berbuat hal yang tidak senonoh di pos ini. Konon, batu-batu di tempat itu menjadi tempat pertapaan Nini Pelet yang udah diceritain di atas. Bahkan, katanya batu ini jadi lokasi khotbah seorang Walisongo.
Menurut informasi, di dekat Batu Lingga ada sebuah cerita tentang pendaki yang meninggal. Katanya, pendaki itu meninggal dengan tidak wajar di Batu Lingga. Menurut warga lokal, blok Batu Lingga memiliki dua penunggu gaib yaitu Aki dan Nini Serentet Buntet.
Ketiga, konon katanya, Gunung Ciremai merupakan sarang harimau. Harimau di sini bukan harimau biasa, ia adalah harimau bermata satu. Menurut legenda yang beredar, makhluk ini adalah tunggangan sekaligus sekutu Nini Pelet.
Dengan cerita dan kepercayaan di atas, kamu nggak gentar dan mundur untuk tetap mendaki gunung ini, kan? Tenang, asalkan kamu tidak berencana jahat dan selalu menjaga sikap, semoga hal buruk tidak terjadi.
Penulis: Muhammad Afsal Fauzan S
Editor: Audian Laili