Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup Tobat

Ketika Orang Aceh Tahlilan di Jakarta

Syahmin Sukhairi oleh Syahmin Sukhairi
25 April 2023
A A
Ketika Orang Aceh Tahlilan di Jakarta

Tipe-tipe Orang yang Hadir dalam Tahlilan terminal mojok.co

Share on FacebookShare on Twitter

Jakarta yang selama ini hanya terlihat sebagai hutan beton ternyata masih menyimpan beberapa tradisi. Salah satunya adalah tahlilan.

Tahlilan adalah salah satu tradisi untuk mengadakan kumpul-kumpul sambil membaca beberapa zikir dan ayat dari Quran. Tradisi ini biasanya tumbuh subur di banyak daerah di Indonesia. Kegiatan tahlilan ini adalah sebuah tradisi yang mungkin sudah mulai jarang dilakukan di Jakarta. Salah satu alasannya adalah karena banyaknya warga Betawi asli yang bergeser ke luar Jakarta sebab tanah mereka sudah dijual kepada orang non-Betawi.

Lalu apa yang membuat tradisi tahlilan di Jakarta ini menjadi berbeda, terutama dengan tradisi tahlilan atau samadiyah di Aceh?

Jujur saja, ini adalah tahlilan pertama saya di luar Aceh. Selama beberapa tahun sebelumnya, ketika saya menjadi anak kos, saya belum pernah mengikuti kegiatan tersebut dengan berbagai macam alasan.

Tapi kali ini berbeda. Alasan pertama saya untuk mengikuti kegiatan ini adalah karena yang meninggal adalah tetangga di kosan saya saat ini. Kami sering bertegur sapa di pagi hari pada saat saya melintas di depan rumahnya untuk berangkat ke kantor. Walaupun hanya sekadar senyum dan saling menganggukkan kepala, tapi itu sudah cukup menjadi alasan utama untuk kegiatan ini.

Alasan lainnya adalah rasa penasaran saya dengan kegiatan ini.

Tahlilan di Aceh

Di Aceh, setelah acara tahlilan, para tamu akan menikmati sajian yang diberikan oleh tuan rumah. Sajian itu dinikmati di tempat, dan tidak dibawa pulang kecuali untuk “orang dapur” alias mereka yang membantu untuk urusan kelancaran tahlilan pada hari itu.

Namun, di Jakarta saya ingin membuktikan bahwa ada kebiasaan yang berbeda dengan di Aceh. Menurut cerita teman saya, setelah tahlilan selesai, para peserta akan sibuk membungkus makanan yang ada di piring untuk dibawa pulang. Makanan yang dibawa pulang tersebut tentu bukan makanan basah seperti nasi dan lauk, tetapi berupa kue-kue, buah, dan kacang.

Baca Juga:

Kerja Dekat Monas Jakarta Nggak Selalu Enak, Akses Mudah tapi Sering Ada Demo yang Bikin Lalu Lintas Kacau

Orang dari Kota Besar Stop Berpikir Pindah ke Purwokerto, Kota Ini Belum Tentu Cocok untuk Kalian

Sebagaimana gambaran saya tadi, di Aceh tidak ada yang seperti itu. Makanya saya penasaran dan ingin melihat secara langsung.

Selama acara tahlilan, selain mulut saya sibuk komat-kamit mengikuti bacaan dari pemimpin doa, pikiran saya juga sibuk berkelana untuk membandingkan kegiatan ini dengan kegiatan serupa di daerah saya. Rupanya selain acara membungkus penganan tersebut, ada banyak sekali perbedaan antara tahlilan di Jakarta dengan tahlilan di Aceh.

Perbedaan paling mencolok tentu saja urutan dan jenis ayat yang dibaca.

Di Aceh, tahlilan adalah rangkaian dari istighfar, salawat, Al-Fatihah, Al-Ikhlas (33 kali), Al-Falaq, An-Nas, Al-Fatihah, tahlil (La ilaha illa Allah 100 kali), doa tahlil, samadiah, dan doa keselamatan untuk mayit. Semuanya dibaca dalam waktu lebih kurang 30-45 menit.

Cara Jakarta

Di Jakarta, bacaan pokok dari tahlilan adalah membaca Qulhu atau Al-Ikhlas sebanyak 110 kali per orang yang dipimpin oleh seseorang yang dituakan atau alim di lingkungan setempat. Selanjutnya yang berbeda adalah cara menghitung jumlah bacaan tersebut. Biasanya orang-orang akan menggunakan ruas jari tangan, tasbih, atau alat penghitung zikir.

Nah, ketika mata saya sedang sibuk piknik, terlihat ada beberapa orang yang sedang mengeluarkan sesuatu dari bungkusan kemudian dipindahkan ke dalam genggamannya. Bisik-bisik kepo, akhirnya saya mendapatkan informasi bahwa mereka sedang melakukan penghitungan bacaan Qulhu dengan menggunakan kacang sebagai media untuk menghitungnya.

Awalnya saya mengira kalau bungkusan itu adalah makanan ringan yang disajikan untuk dinikmati ketika sedang membacakan Qulhu. Mulut mengunyah sambil membaca. Kirain begitu.

Rupanya pada tradisi tahlilan di Jakarta, tuan rumah sudah membungkuskan biji kacang ke dalam plastik kecil. Setiap bungkusnya berisi 110 butir biji kacang. Jadi kita tinggal memindahkan biji kacang tersebut dari satu sisi ke sisi yang lain untuk mempermudah penghitungan jumlah bacaan.

Unik, karena biasanya makmum tidak ikut menghitung jumlah bacaan tetapi mereka mengikuti petunjuk dari pemimpin tahlil saja. Para peserta hanya menunggu kode bahwa itu adalah bacaan terakhir seperti tepuk tangan satu kali atau ketukan di pengeras suara dua atau tiga kali. Kalaupun ikut menghitung, maka alat hitungnya adalah tasbih atau menggunakan ruas jari di kedua tangan.

Di sisi lain, ini bisa menjadi salah satu media untuk meningkatkan semangat para pendoa. Melihat biji kacang berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain serta melihat sisa kacang di sisi sisa bacaan itu membangkitkan kenikmatan tersendiri. Kayaknya tinggal sedikit lagi nih, mungkin itu yang dirasakan ketika melihat biji kacang berpindah ke sisi yang lain.

Setelah bacaan Qulhu dan doa selesai, akhirnya tibalah acara yang saya tunggu. Makan makanan ringan

Plastik kresek adalah kunci

Piring-piring dan air mineral gelas mulai beredar dari depan hingga akhirnya semua mendapatkan beberapa jenis makanan di hadapannya. Pengunjung juga sudah mulai menyalakan rokok sambil ngobrol mereka mulai makan hidangan yang ada di depan mereka. Masih normal.

Tiba-tiba seorang bapak yang duduk di sebelah saya memanggil orang yang tadi mengantarkan piring kami untuk meminta plastik kresek. Kayaknya ini dia yang saya tunggu.

Ketika plastik tersebut datang, tiba-tiba piring-piring yang tadinya masih berisi kue dan buah menjadi bersih. Secara otomatis, piring-piring tersebut telah tertumpuk rapi, siap untuk dibawa ke tempat pencucian. Beberapa orang terlihat masih saling menukar isian plastik yang akan mereka bawa pulang. Tapi biasanya urusan barter ini tidak terlalu lama karena mereka sering kali puas dengan apa yang berhasil mereka masukkan ke dalam plastik yang dibagikan tadi.

Tradisi ini unik karena di Aceh setelah selesai tahlilan atau samadiah terkadang masih banyak sekali kue atau buah yang masih tersisa setelah para tamu pulang. Tidak jarang kue atau buah tersebut menjadi tidak bagus lagi untuk dihidangkan pada malam selanjutnya. Sehingga sering terlihat sehari setelah tahlilan, keluarga yang berduka membagikan kue dan buah ke tetangga mereka.

Tapi dengan tradisi membungkus ini maka makanan bisa terhindar dari resiko basi atau busuk. Selain itu juga mengurangi beban keluarga untuk berkeliling membagikan kue dan buah yang belum habis di rumah mereka.

Akhirnya, walaupun pulang tanpa membawa tentengan, tapi saya cukup puas bisa melihat beberapa hal baru. Lumayan untuk sekadar mengingatkan saya bahwa Indonesia ini luas, ada banyak sekali cara dan adat kebiasaan yang bertujuan sama, tapi dilakukan secara berbeda.

Penulis: Syahmin Sukhairi
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Tipe-tipe Orang yang Hadir dalam Tahlilan

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya

Terakhir diperbarui pada 25 April 2023 oleh

Tags: acehJakartatahlilan
Syahmin Sukhairi

Syahmin Sukhairi

Hobi jalan, ngopi, dan makan.

ArtikelTerkait

Jakarta vs Jawa: Kenapa Orang Jabodetabek Merasa Berbeda?

Jakarta vs Jawa: Kenapa Orang Jabodetabek Merasa Berbeda?

15 Maret 2025
Membantah Nasihat Ibu, Rela Hidup Menderita di Jakarta (Shutterstock)

Rela Tetap Bertahan dan Menderita di Jakarta walau Disuruh Ibu Pulang Kampung karena Yakin di Jakarta Semua Mimpi itu Ada

24 Juli 2025
5 Bioskop Murah di Jakarta yang Harganya Masih di Bawah Rp35 Ribu Mojok.co

5 Bioskop Murah di Jakarta yang Harganya Masih di Bawah Rp35 Ribu

20 Februari 2024
Jangan Jadi Terlalu Baik di Jakarta

Jangan Jadi Terlalu Baik di Jakarta

11 Agustus 2022
keumalahayati inong balee aceh mojok

Keumalahayati, Inong Balee, dan Akhir Tragis Cornelis de Houtman

1 Oktober 2020
Begini Rasanya Menjadi Penumpang KA Bengawan Kelas Ekonomi, Pegel Dikit Nggak Ngaruh!

Begini Rasanya Menjadi Penumpang KA Bengawan Kelas Ekonomi, Pegel Dikit Nggak Ngaruh!

14 Januari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

Tombol Penyeberangan UIN Jakarta: Fitur Uji Nyali yang Bikin Mahasiswa Merasa Berdosa

16 Desember 2025
4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

4 Rekomendasi Film India Penuh Plot Twist Sambil Nunggu 3 Idiots 2 Tayang

18 Desember 2025
Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia Mojok.co

Yamaha Xeon: Si Paling Siap Tempur Lawan Honda Vario, eh Malah Tersingkir Sia-Sia

13 Desember 2025
Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

Tambak Osowilangun: Jalur Transformer Surabaya-Gresik, Jadi Tempat Pengguna Motor Belajar Ikhlas

15 Desember 2025
Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

Pendakian Pertama di Gunung Sepikul Sukoharjo yang Bikin Kapok: Bertemu Tumpukan Sampah hingga Dikepung Monyet

15 Desember 2025
Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

Perbaikan Jalan di Lamongan Selatan Memang Layak Diapresiasi, tapi Jangan Selebrasi Dulu, Wahai Pemerintah Daerah!

13 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.