Kendal sering kali tertutupi dengan tenarnya Kota Semarang. Saat di Jakarta, ketika saya ditanya kalau mudik pulangnya ke mana, saya sering menyebut Semarang. Alasannya karena ketika menyebut “Kendal”, banyak yang nggak familier. Kalaupun ada yang tahu, mereka lebih sering mengira kalau Kendal bagian dari Kota Semarang.
Sebagai sebuah daerah yang terletak di Pantura, Kendal memang biasa-biasa saja. Bahkan saat ini nasibnya mulai dibayang-bayangi Batang yang geliat perkembangan industrinya makin pesat. Tetapi terlepas dari statusnya yang medioker, Kendal masih punya beberapa hal baik yang patut diapresiasi, setidaknya oleh warganya sendiri.
Daftar Isi
#1 Kendal punya stasiun yang memadai
Stasiun Weleri yang terletak di ujung barat Kendal jadi salah satu aspek yang patut dibanggakan oleh warga Kendal. Saya sendiri pernah menulisnya secara khusus di sini. Bagi saya, kehadiran Stasiun Weleri paling tidak membuat keberadaan Kendal disadari oleh orang dari luar kota. Ukuran stasiun ini memang kecil, tapi menjadi saksi bisu tiap orang yang datang dan pergi ke berbagai kota di Jawa.
Selain itu, fasilitas di dalam stasiun ini cukup memadai. Lahan parkir yang dulunya jadi sengketa sekarang sudah selesai permasalahannya. Di sekitar stasiun pun terdapat pertokoan yang di depannya tersedia kursi dan meja untuk penumpang atau penjemput yang menunggu kereta.
#2 Perpustakaan daerah rasa perpustakaan nasional
Kendal bisa dibilang unggul soal fasilitas perpustakaan dibanding daerah lainnya (non-kotamadya) di Pantura. Coba sebutkan daerah Pantura mana yang punya perpustakaan yang memecahkan rekor Muri sebagai perpustakaan terluas? Selain luas, perpustakaan daerah Kendal ini juga memiliki ruangan khusus anak dan mini bioskop yang kerap dimanfaatkan untuk penayangan film-film edukasi dan nasional.
Saya rasa perpustakaan ini menjadi salah satu hal yang dibanggakan ketika mengaku sebagai orang Kendal. Perpustakaan ini mulai beroperasi pada tahun 2022 dan jadi salah satu destinasi favorit saya ketika di Kendal. Di sana WiFi gratis, tempat nyaman, dan full AC. Orang-orang seperti saya yang hari-harinya lebih sering memandang laptop ketimbang manusia jadi nggak bingung mencari tempat untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan.
#3 Ruang terbuka publik bisa diakses warga Kendal dengan mudah
Kendal punya beberapa ruang terbuka publik yang bisa diakses dengan mudah oleh warganya. Setidaknya, di beberapa kecamatan yang punya lokasi strategis punya ruang terbuka publik seperti Alun-alun atau taman hijau di kota, Boja, Kaliwungu, dan Sukorejo.
Ruang terbuka ini tentu jadi hal yang baik karena selain jadi tempat bersantai bagi warga saat pagi hari dan sore hari, ruang terbuka publik ini juga mendatangkan rejeki bagi para pedagang kecil. Pasalnya berbagai ruang terbuka publik tersebut jadi pusat keramaian sehingga berpotensi mendatangkan banyak pembeli.
#4 Kendal, kotanya para santri
Kendal ini kota santri, slogannya saja Kendal Beribadat. Badan Pusat Statistik Nasional menyebut bahwa total jumlah pondok pesantren di kabupaten ini ada sekitar 162, dengan jumlah santri mencapai 26.337 orang. Jadi nggak heran kalau di momen hari besar Islam atau keagamaan seperti bulan Ramadan, Idulfitri dan Iduladha, Tahun Baru HIjriah, Hari Santri, dll., kabupaten ini akan terlihat sangat ramai, terutama di daerah Kaliwungu.
Tak jarang santri dari luar daerah banyak yang belajar di Kaliwungu. Mereka datang dari Semarang, Demak, bahkan kota-kota di Jawa Barat. Hal ini membuat Kendal menjadi salah satu kawasan religi penting di Jawa Tengah, meskipun tak sepopuler Tebuireng di Jombang atau Sarang di Rembang. Setidaknya, nilai-nilai keislaman di kabupaten ini begitu terasa sehingga masyarakat punya kultur budaya yang tenang dan bersahaja.
#5 Budaya pernikahan yang nggak ribet dan glamor
Ada seorang kawan yang berkelakar begini, “Kalau kamu cuma punya modal cinta, mantep, dan tanggung jawab, wes goleko ae wong Kendal. Orange nrimonan, bisa diajak sederhana, tapi yo nggak ngisin-ngisini.” Tentu ini nggak bermaksud menyebut bahwa orang Kendal itu gampangan ya, tapi lebih kepada budaya sederhana orang-orangnya.
Mohon maaf, nih, kalau dibanding Pati dan Jepara, tradisi pernikahan di Kendal tergolong lebih sederhana dan fleksibel. Nggak ada pemaksaan harus melalui prosesi pernikahan macam siraman, midodareni, temu manten, panggih, sampai ritual-ritual simbolik yang kompleks dan rumit itu. Hal itu pun berpengaruh pada biaya pernikahan yang jatuhnya lebih murah dan hemat.
Nah, itulah beberapa hal baik yang ada di Kendal. Di balik statusnya yang medioker, daerah ini sebenarnya punya hal-hal baik yang patut disyukuri warganya. Kekayaan alamnya, potensi wisatanya, dan ceruk ekonomi baru masih bisa dieksplorasi lebih jauh lagi untuk kepentingan warga.
Pada akhirnya, Kendal bisa jadi akan tetap medioker karena memang pemangku kepentingan yang tak mampu mengolah. Atau memang karena daerah ini hanya pantas jadi pelengkap di jalur Pantura.
Penulis: Muhamad Iqbal Haqiqi
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Kendal, Daerah Salah Urus yang Bakal Jadi Kota Sampah di Pantura.
Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.